Social Icons

RELIKWI

Berasal dari kata Latin reliquuiae, yang berarti sebuah benda, bagian dari tubuh, pakaian dan barang lain, peninggalan yang pernah melekat pada orang suci (santo/santa, beato/beata) yang sudah meninggal. Penghormatan pada relikwi ini merupakan praktek yang sangat primordial, dan memiliki banyak kemiripan dengan praktik religius berbagai agama di dunia. Untuk menyebut satu contoh, di Kota Athena, Yunani, peninggalan yang dipercaya dan Oedipus dan Theseus dihormati oleh masyarakat di sana. Di sana-sini praktik ini juga dijumpai dalam agama Buddha.

"COAT OF ARMS" PAUS BENEDIKTUS XVI

Menurut tradisi, seorang Paus diperbolehkan mempunyai lambang dan semboyan (coat of arms) kepausannya yang baru. Terakhir kali yang melaksanakan tradisi ini adalah Albino Kardinal Luciano pada 1978 saat terpilih menjadi Paus Yohanes Paulus I. Penggantinya Karol Kardinal Wojtyla, yang setelah terpilih menjadi Paus mengambil nama Paus Yohanes Paulus II, tetap menggunakan lambang saat ia menjadi Uskup Agung Krakow, Polandia yaitu huruf M yang melambangkan Maria. Semboyannya pun tetap, yaitu kata-kata Maria 'Totus Tuus" (= semuanya bagi-Mu).

"COAT OF ARMS" PAUS FRANSISKUS

Paus Fransiskus telah memilih coat of arms-nya. Coat of arms-nya tidak berbeda jauh dengan yang digunakannya saat ia masih Uskup Agung Buenos Aires, Argentina. Hanya bagian atas coat of arms-nya diubah untuk mengikuti aturan lambang kepausan, yaitu tambahan latar belakang biru bersama dengan mitra, dua kunci emas dan perak yang bersilangan, dan tali merah, simbol tugas kepausannya, seperti pendahulunya Paus Benediktus XVI.

Lencana Serikat Yesus, ordo di mana Paus Fransiskus menjadi anggotanya, ditempatkan pada bagian atas tengah perisai. Lencana yang paling menonjol tersebut berupa gambar matahari bersinar dengan huruf IHS (= Yesus Penyelamat Manusia) berwarna merah di tengahnya. Sebuah salib diletakkan di atas huruf H dan tiga paku berwarna hitam diletakkan di bawahnya.

PAUS FRANSISKUS : YESUIT BERCITARASA FRANSISKAN

     Tanggal 13 Maret 2013 pukul 19.06 waktu Roma (14 Maret 2013 pukul 00.06 WIB), fumata (asap) putih muncul dari cerobong yang berada di atas Kapel Sistina, sementara bel berbunyi di Lapangan Santo Petrus. Ribuan orang yang sudah menanti sejak 12 Maret 2013 berteriak gembira karena Paus terpilih sudah didapatkan. Mereka bergegas menuju Lapangan Santo Petrus untuk menanti siapakah yang terpilih menjadi Paus yang baru.
Sekitar 45 menit kemudian, di balkon utama Basilika Santo Petrus, Vatikan, Kardinal-diakon tertua, Jean Louis Kardinal Tauran berkata : "Annuntio vobis gaudium magnum; habemus Papam: Eminentissimum ac Reverendissimum Dominum, Dominum Georgium Marium Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem Bergoglio qui sibi nomen imposuit Franciscum" ("Saya mengumumkan kepada Anda suatu kegembiraan besar; kita mempunyai Paus: Yang utama dan terhormat, Jorge Maria Kardinal Gereja Roma yang Kudus Bergoglio yang mengambil baginya nama Fransiskus"). Jorge Mario Kardinal Bergoglio, SJ, Uskup Agung Buenos Aires, Argentina, terpilih menjadi penerus ke-265 dari Takhta Santo Petrus atau Paus ke-266 sepanjang sejarah kepausan dalam konklaf putaran ke-5.

MENGENAL KONKLAF


Proses pemilihan paus mengalami perkembangan penting sepanjang sejarah Gereja. Sejarah pemilihan paus sudah dimulai sejak pemilihan paus kedua, Santo Linus. Pada masa itu paus dipilih oleh para klerus yang tinggal di sekitar kota Roma hingga tahun 1059. Kemudian pada tahun 1179 Paus Alexander III menyatakan bahwa semua kardinal memiliki suara yang sama dalam pemilihan paus. Paus Gregorius X adalah orang yang pertama kali menggunakan kata “konklaf” pada Juli 1274 ketika ia memutuskan bahwa kardinal harus bertemu dalam sepuluh hari setelah kematian paus dan mereka harus berada dalam pengasingan yang ketat. Sejak abad 16 ditetapkan tata cara pemilihan paus seperti yang digunakan hingga saat ini, yaitu dengan menggunakan pemungutan suara.

BENARKAH ORANG KATOLIK MENYEMBAH PATUNG?

Perkembangan dan pertambahan (dari segi jumlah) umat Katolik dewasa ini cukup mengembirakan. Apakah setiap orang Katolik dewasa sudah memahami benar iman Katoliknya? Mampukah mereka mempertanggungjawabkan iman Katoliknya bila pada suatu saat ada kelompok lain yang mempertanyakannya?
Kenyataan memperlihatkan banyak sekali orang Katolik yang belum memahami secara betul dan benar iman mereka. Kasus-kasus berikut lebih memperjelas sikap iman di atas:

SEKILAS TENTANG KARDINAL



Sejak Paus Benediktus XVI menyatakan pengunduran dirinya pada tanggal 28 Februari 2013, ada sosok yang secara otomatis mulai menarik perhatian banyak orang. Sosok tersebut adalah para kardinal. Karena merekalah yang akan menentukan siapa Paus pengganti dalam konklaf. Tetapi siapakah sebenarnya para kardinal itu? Apakah peran mereka sebatas untuk mengikuti konklaf dan memilih Paus?

SEKILAS TENTANG KAUL DALAM PERJANJIAN LAMA


Dalam Perjanjian Lama terdapat banyak kaul. Tentu saja ada bermacam-macam maksud dan tingkat peresmiannya, dan juga ada bermacam-macam hal yang dikaulkan. Sebagai contoh, dalam Mazmur terdapat banyak kaul atau biasa disebut "nazar" (misal Mzm 22:26;50: 14;61:6 dst). Ketika seseorang berdoa mohon pembebasan dari penyakit atau lainnya, dan doa ini disertai dengan sebuah janji/kaul sebagai balasannya (persembahan di kenisah dan sejenisnya). Hal ini tidak berarti seperti dagang, ada imbal hasil. Kaul dimaksudkan untuk menekankan kesungguhan doa. Kaul yang sangat terkenal adalah kaul dari Yefta dalam Hak 11:29-40. Ia mengucapkan kaul untuk mengurbankan apa saja yang keluar dan pintu rumahnya apabila ia pulang dengan kemenangan atas orang-orang Amon. Sayang, ketika pulang, anak perempuannyalah yang ia jumpai. Yefta menganggap bahwa ia tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab untuk mengucapkan kaul, karena itu ia melaksanakannya. Dan yang menarik, dalam Perjanjian Lama kaul kemurnian tidak dapat dipahami, karena Israel sangat menghargai karunia anak. Perempuan tanpa anak patut disayangkan (misal : Hana dalam 1Sam 1).