Social Icons

BENARKAH ORANG KATOLIK MENYEMBAH PATUNG?

Perkembangan dan pertambahan (dari segi jumlah) umat Katolik dewasa ini cukup mengembirakan. Apakah setiap orang Katolik dewasa sudah memahami benar iman Katoliknya? Mampukah mereka mempertanggungjawabkan iman Katoliknya bila pada suatu saat ada kelompok lain yang mempertanyakannya?
Kenyataan memperlihatkan banyak sekali orang Katolik yang belum memahami secara betul dan benar iman mereka. Kasus-kasus berikut lebih memperjelas sikap iman di atas:

  1. Beberapa umat Katolik terpengaruh oleh ajaran-ajaran lain yang membuat mereka bingung dan bahkan berpindah agama.
  2. Banyak umat Katolik kurang mampu mempertanggungjawabkan iman mereka dalam pergaulan.
  3. Pengetahuan agama mereka sangat minim karena pelajaran agama di sekolah dan paroki hanya/lebih mengutamakan penghayatan iman.
  4. Pengetahuan iman/agama bagi calon baptis dan pembinaan selanjutnya sangat minim.
  5. Tenaga full time untuk membimbing umat sedikit sekali. Tenaga awam yang selalu hadir bersama-sama umat hampir tidak ada (padahal imam hanya hadir seminggu sekali, bahkan kadang-kadang sebulan sekali).
Melalui tulisan ini disampaikan sumbangan kecil bagaimana memahami secara benar dan tepat iman Katolik. Seringkali umat Katolik tidak mampu menjawab pertanyaan "Benarkah orang Katolik menyembah patung?" Jawaban yang tidak tepat akan menimbulkan pertanyaan dan perdebatan yang tak bermanfaat.

Gereja Katolik memang mengijinkan penggunaan patung dalam menjalankan ibadatnya. Ini nampak jelas di dalam gereja ada patung Yesus, Maria, Yosef dan para kudus lainnya. Lalu dapatkah disimpulkan bahwa orang Katolik menyembah patung? Pasti tidak. Gereja Katolik tidak pernah dan tidak akan mengajarkan agar umat Katolik menyembah patung. Patung yang ada dalam gereja hanyalah sebagai alat bantu/penolong dalam doa. Misalnya: kalau mau berdoa kepada Yesus, konsentrasi orang tersebut akan lebih mudah terpusat kepada-Nya dengan memandang gambar/patung Yesus. Hal yang sama dapat dibandingkan dengan melihat foto seseorang yang kita kenal, kita hormati dan kita kasihi. Bukankah dengan melihat foto/gambarnya orang lebih mudah untuk menyatukan dir dengannya.

Jika manusia hanya menggunakan akal budi saja, sebenarnya bisa mengatakan: "Aah, apa gunanya foto/patung". Tetapi manusia tidak hanya mempunyai akal budi, melainkan juga perasaan dan hati yang menuntut kebutuhan lain. Perasaan dan hati mempunyai hukum tersendiri yang-berbeda dengan akal budi.

Dasar pemakaian patung dalam Gereja Katolik adalah inkarnasi Yesus Kristus (Allah yang tidak kelihatan menyapa manusia dengan menjadi manusia - Yoh. l:14). Tubuh manusia merupakan materi yang dapat diraba dan dilihat. Jadi kalau mendekati Tuhan orang dapat juga memakai materi sebagai penolong.

Apakah menghormati patung sama dengan menyembahnya? Dalam Kitab Keluaran 20:3-5 dituliskan: "Jangan ada allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan Allahmu adalah Allah yang cemburu". Dari kutipan tersebut Allah mengajar: orang tidak boleh menyembah allah lain kecuali Dia; orang tidak boleh membuat patung tentang diri-Nya dan menyembahnya sebagai allah.

Sebab pada waktu itu Allah sedang memisahkan umat-Nya dari bangsa-bangsa lain yang menyembah patung sebagai allah. Jadi allah lain berupa patung sedangkan Allah itu adalah Roh yang sama sekali berbeda dan melampaui segala benda ciptaan-Nya.

Pada zaman Musa dahulu Allah melarang orang membuat patung tentang diri-Nya dan orang tidak boleh menyembah berhala. Menyembah berhala artinya menyembah sesuatu yang bukan Allah, misalnya: kekuatan gaib, harta (emas, perak, uang), kemasyhuran, kenikmatan, foya-foya dan segala macam nafsu daging.

Pada zaman dahulu berhala berupa patung dewa-dewi yang dianggap berkuasa dan mempunyai kekuatan. Sekarang berhala berupa kekuasaan, kekuatan, harta, kemasyhuran dll (di mana orang-orang lebih mementingkan hal-hal tersebut dan lupa sama sekali akan Allah). Dengan kata lain manusia terbelenggu oleh hal-hal dunia tersebut.

Apakah Gereja melanggar perintah Allah?
Gereja Katolik tidak melanggar perintah Allah sebab yang dilarang ialah menyembah patung itu yang disembah sebagai allah. Allah sendiri juga pernah memerintahkan agar manusia membuat patung. Contohnya: waktu Musa diperintahkan untuk membuat patung ular (Bil. 21:8-9); Allah memerintahkan membuat kotak dan dua kerub (Tabut Perjanjian - Kel. 25:10). Dengan demikian yang dilarang Allah: bukan membuat patung itu sendiri, tetapi menyembah patung yang dijadikan allah (= berhala).

Jika Gereja Katolik mempergunakan sarana patung (Yesus, Maria, Yosef, dll) dalam berdoa, bukan berarti berdoa dan menyembah patung itu. Gereja memakai sarana itu untuk menolong agar mudah berkonsentrasi, lebih khusuk dalam berdoa dan pikiran tidak menerawang jauh. Bila menggunakan sarana patung lain (Yesus, Maria dan Yosef, dll) tidaklah salah sebab yang disembah bukan patung itu sendiri melainkan patung itu menjadi sarana untuk menghormati dia yang dilambangkan melalui patung tersebut.

Jadi patung yang digunakan hanyalah merupakan sarana/alat seperti umat dalam Perjanjian Lama bersujud di hadapan Tabut Perjanjian untuk menyembah Allah yang Esa yang bertahta di atasnya. "Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya .... Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel" (Kel. 25:10-22).

Jelas bahwa anggapan yang mengatakan orang Katolik menyembah patung tidaklah benar.

Mengapa Gereja Katolik Mengizinkan Penggunaan Patung?
Manusia adalah makhluk yang membutuhkan lambang dan simbol. Bendera adalah lambang dari suatu bangsa. Bendera bukanlah bangsa itu sendiri. Orang yang berani menurunkan bendera Merah-Putih dan menginjak-injaknya pasti akan dihukum karena menghina bangsa Indonesia.

Mengapa seseorang memasang foto-foto orang yang dicintai lebih-lebih kalau berada jauh sekali? Orang tersebut memperlakukan foto-foto tersebut dengan baik: menciumnya, menatapnya, menempelkan ke dada dll. Foto-foto itu bukan orang yang dicintainya, tetapi hanya gambarnya yang berfungsi mempermudah ingatan kepada orang yang dicintai itu. Bila hanya akal budi saja yang dipakai orang tersebut akan berkata: "Apa gunanya foto itu. Itu kan bukan orangnya sendiri!" Tetapi orang tersebut juga punya perasaan dan hati yang mempunyai kebutuhan lain. Perasaan dan hati mempunyai hukumnya sendiri yang lain dari hukum akal budi.

Orang Yahudi, yang terkenal keras terhadap penggunaan gambar-gambar atau bentuk lambang lain, mempunyai kebiasaan yang mirip dengan kebiasaan orang Katolik: mereka ingin menghormati Taurat; mereka menaruh beberapa ayat dari Taurat; menempatkannya di kotak kecil segi empat (= mezuzah); "mezuzah" ditaruh di jenang pintu; "mezuzah" diraba dan dielus pada waktu keluar-masuk rumah sebagai tanda penghormatan kepada Taurat.

Orang Katolik juga memerlukan lambang dan simbol. Tuhan Yesus, Maria dan Santo-Santa lainnya tidak kelihatan lagi. Karena itu banyak orang Katolik memasang gambar/patung Yesus, Maria dan santo-santa agar mudah mengingat pribadi-pribadi yang tergambar. Dengan memandang gambar atau patung Yesus, Maria atau santo-santa orang dapat lebih mudah mengarahkan budi dan hatinya kepada Yesus sewaktu berdoa (tidak melamun).

Pemasangan dan penghormatan patung bukanlah penyembahan berhala. Patung-patung bisa dibuang dan tanpa patung pun kita tetap mempunyai Tuhan. Penyembahan berhala baru terjadi bila orang meng-Tuhan-kan patung itu sendiri, sehingga kehilangan patung berarti kehilangan Tuhan. Dalam Kej.31:30 dst. Laban, mertua Yakub, lari mengejar Yakub sebab dewa-dewanya yang berupa patung-patung kecil dicuri puterinya sendiri, Rahel. Ini baru penyembahan berhala namanya.

Harus diakui bahwa kadang-kadang orang menghormati patung secara berlebihan, misal : mengelus patung, mencium patung, membakar lilin di depan patung dll. Bagi yang tidak memahaminya akan menumbuhkan kesan penyembahan berhala. Penyelewengan-penyelewengan memang selalu bisa terjadi. Namun hal tersebut tak perlu dijadikan alasan untuk menghapus patung, apabila halnya itu sendiri mempunyai arti cukup besar. Toh orang tak bisa berkata: "Jangan menikah, sebab cukup banyak orang yang bercerai" atau "Jangan naik mobil karena sering terjadi kecelakaan mobil".

Apakah bertentangan dengan Kel. 20:4-5 atau Ul. 4:15?
Seorang rabbi Yahudi, W. Gunter Plaut, menerbitkan Kitab Taurat berikut komentar-komentar singkatnya. Ia berpendapat bahwa menurut Kel. 20:4-5 Allah melarang pembuatan patung yang menyerupai apapun dengan tujuan untuk menyembahnya. Larangan membuat patung (ayat 4) harus dibaca dalam kesatuan dengan larangan untuk menyembahnya (ayat 5). Jadi membuat patung sekedar karya seni tidaklah dilarang. Ul 4:15 berlatar belakang kebiasaan bangsa-bangsa kafir yang membuat patung-patung menjadi dewa-dewi mereka.

Dalam Kel. 25:18-20 Tuhan sendiri memerintahkan pembuatan dua kerub dari emas untuk ditempatkan di atas penutup tabut perjanjian. Dalam l Raj. 6:23-28 sepasang kerub dari kayu minyak yang dilapisi emas ditaruk di Bait Suci yang dibangun Salomo.

Ul. 4:15 hanya melarang pembuatan patung Yahwe, Tuhan Allah Israel dengan maksud untuk disembah. Dengan demikian Gereja Katolik tidak bertentangan dengan Ul. 4:15 karena tidak membuat patung Yahwe (= Allah Bapa) yang tidak kelihatan itu. Yang dibuat hanyalah patung Yesus, yang memang Allah, tetapi sejauh Dia pernah menjelma jadi manusia. Dia (Yesus) bisa kita gambarkan sebagai manusia tetapi bukan untuk disembah. Begitu juga dengan patung Maria dan patung para kudus.

Penutup
Dasar pemakaian patung dalam gereja Katolik adalah inkarnasi Yesus Kristus (Allah yang tidak kelihatan menyapa manusia dengan menjadi manusia - Yoh. l:14). Tubuh manusia merupakan materi yang dapat diraba dan dilihat. Jadi kalau mendekati Tuhan orang dapat juga memakai materi sebagai penolong (lambang/simbol).