Social Icons

MENGENAL KONKLAF


Proses pemilihan paus mengalami perkembangan penting sepanjang sejarah Gereja. Sejarah pemilihan paus sudah dimulai sejak pemilihan paus kedua, Santo Linus. Pada masa itu paus dipilih oleh para klerus yang tinggal di sekitar kota Roma hingga tahun 1059. Kemudian pada tahun 1179 Paus Alexander III menyatakan bahwa semua kardinal memiliki suara yang sama dalam pemilihan paus. Paus Gregorius X adalah orang yang pertama kali menggunakan kata “konklaf” pada Juli 1274 ketika ia memutuskan bahwa kardinal harus bertemu dalam sepuluh hari setelah kematian paus dan mereka harus berada dalam pengasingan yang ketat. Sejak abad 16 ditetapkan tata cara pemilihan paus seperti yang digunakan hingga saat ini, yaitu dengan menggunakan pemungutan suara.

Delapan abad adalah waktu panjang bagi konklaf. Konklaf atau yang lazim ditulis conclave berasal dari gabungan dua kata  Latin : “cum” yang berarti “bersama/dengan”; dan “clavis” yang berarti “kunci”. Secara harafiah, “konklaf berarti "dengan kunci". Kata ini dapat digunakan untuk setiap pertemuan rahasia, tetapi sangat cocok untuk pemilihan paus karena para kardinal benar-benar “dikunci ke dalam sebuah ruangan sampai mereka telah memilih seorang paus baru. Semua kardinal tidak diizinkan untuk memiliki hubungan dengan dunia luar selama pemilihan paus. Kapel Sistina, tempat berlangsungnya konklaf, pun dikunci. Setiap pembocoran saat pemilihan diancam hukuman ekskomunikasi otomatis. 

Konklaf dimulai dalam rentang 15-20 hari sejak lowongnya Takhta Suci atau yang lebih dikenal dengan istilah Sede vacante. Tetapi, peraturan terbaru yang dikeluarkan oleh Paus Emeritus Benediktus XVI menyatakan konklaf sudah bisa dimulai jika seluruh kardinal-pemilih sudah hadir. Lowongnya Takhta Suci itu secara umum bisa disebabkan oleh pengunduran diri paus atau wafatnya paus. Penetapan jangka waktu itu dilakukan pada abad pertengahan karena kala itu, transportasi menuju Vatikan masih terbilang sulit, padahal, peserta konklaf adalah para kardinal dari seluruh dunia. Uniknya, jangka waktu tersebut tetap dilakukan sampai kini, tetapi dengan pertimbangan lain, yaitu ada cukup waktu bagi para kardinal bertukar pikiran soal keadaan Gereja Katolik. Meski tidak menjadi keharusan, jangka waktu tersebut bisa pula dimanfaatkan untuk membicarakan calon pengganti paus. Jika takhta lowong karena paus meninggal, jangka waktu tersebut dikenal dengan istilah novemdiales (masa berkabung 9 hari).

Konklaf diawali dengan misa pagi hari yang disebut Pro Eligendo Romano Pontifice (Misa Pemilihan Uskup Roma), yang diikuti semua kardinal dan biasanya diadakan di Basilika Santo Petrus. Misa tersebut dipimpin oleh Dekan Dewan Kardinal. Dalam misa tersebut, selebran berdoa: "Ya Allah, Gembala yang kekal, Engkau yang memerintah umat-Mu dengan kepedulian seorang bapa, berikan Gereja-Mu seorang Paus yang berkenan bagi-Mu karena kekudusan hidupnya dan sepenuhnya diabdikan untuk melayani umat-Mu". Di dalam Misa ini ujud utama yang dikedepankan adalah memohon bantuan Allah Tritunggal agar memberkati konklaf dan memohon bantuan-Nya melalui penerangan Roh Kudus agar para kardinal-pemilih dapat memilih seorang paus yang sungguh-sungguh tepat sesuai kehendak Tuhan sendiri. Jika paus meninggal, juga ada doa permohonan agar Allah menganugerahkan hidup abadi bagi jiwa paus yang meninggal. Misa untuk pemilihan paus ini adalah satu-satunya yang akan dirayakan secara terbuka sebelum paus yang baru diperkenalkan kepada dunia. Pada akhir misa, selebran akan memberitahu para kardinal: "Setelah merayakan misteri ilahi, kita masuk ke dalam konklaf untuk memilih Uskup Roma. Seluruh Gereja, bersatu dengan kita dalam doa, memohon rahmat Roh Kudus sehingga kita memilih gembala yang pantas bagi seluruh domba Kristus".

Sore harinya semua kardinal berarak dari Kapel Paulina menuju Kapel Sistina – yang disebut tempat "di mana segala sesuatu mendukung bagi suatu kesadaran akan kehadiran Allah" oleh Beato Paus Yohanes Paulus II. Dalam prosesi di belakang salib, para kardinal berjalan ke Kapel Sistina menyanyikan litani para kudus dari Timur dan Barat dan serangkaian doa kepada Kristus dengan refren, "Selamatkan kami, Tuhan". Ketika semua kardinal telah berada di tempat duduknya, para kardinal menyanyikan doa kuno turunnya Roh Kudus, "Veni, Creator Spiritus". Kemudian kardinal pemimpin (kardinal tertua) berdoa : "Ya Bapa, Engkau yang membimbing dan melindungi Gereja-Mu, berikan hamba-hamba-Mu semangat kecerdasan, kebenaran dan perdamaian, sehingga mereka berusaha untuk mengetahui kehendak-Mu dan melayani-Mu dengan pengabdian penuh". Para kardina-pemilih kemudian mengambil sumpah di atas Injil untuk "setia dan mematuhi hal yang sekecil-kecilnya" pada aturan pemilihan paus; masing-masing bersumpah bahwa jika ia terpilih ia akan "setia memenuhi pelayanan Petrus sebagai Gembala gereja universal dan sekuat tenaga memperteguh dan membela hak rohani dan jasmani serta kebebasan Tahta Suci". Mereka juga berjanji untuk menjaga semuanya harus dilakukan dengan pemilihan yang bersifat rahasia. Ketika kardinal terakhir telah menempatkan tangannya di Kitab Injil dan bersumpah,  pemimpin upacara, mengatakan: "Extra omnes", memerintahkan semua orang yang tidak secara langsung terlibat dalam konklaf untuk keluar dari Kapel Sistina. Satu-satunya yang akan tetap tinggal rohaniwan yang dipilih para kardinal untuk memimpin mereka dalam permenungan akan tanggung jawab mereka dalam memilih seorang paus baru. Setelah permenungan, rohaniwan dan pemimpin upacara akan meninggalkan Kapel. Setelah permenungan bersama tersebut dilakukan, kardinal pemimpin menanyakan seluruh kardinal pemilih apakah pemilihan dapat dimulai, atau barangkali masih ada keraguan mengenai aturan dan tata cara pemilihan yang perlu diklarifikasi lagi. Bila mayoritas kardinal pemilih menyatakan setuju dengan semua aturan dan tata cara yang ada, maka pemilihan segera dimulai.

Selama konklaf, yang dapat berlangsung berhari-hari, para kardinal tinggal di Rumah Santa Marta (Domus Sanctae Marthae), yang memiliki 130 kamar, dan hanya berjarak 350 meter dari Kapel Sistina. Pegawai Vatikan lainnya tinggal di kamar-kamar ini, tetapi mereka akan mengosongkan kamar-kamar itu selama konklaf berlangsung. Penggunaan Rumah Santa Marta yang lebih nyaman diperkenalkan oleh Paus Yohanes Paulus II. Sejak awal pemilihan hingga pengumuman hasil ke publik. Domus Sanctae Marthae, Kapel Sistina dan tempat-tempat yang disiapkan untuk perayaan liturgis tertutup bagi orang luar. Hal ini dilakukan demi menjamin kerahasiaan dan kebebasan para kardinal pemilih dalam menentukan pilihannya.

Proses Pemungutan Suara 
Tiga orang kardinal dipilih menjadi Pengawas melalui undian untuk setiap tahap pemungutan suara. Menurut tata cara yang sudah baku sejak dulu para kardinal pemilih akan dibagikan surat suara berbentuk persegi panjang kecil yang bertuliskan “Eligo in summum pontificem...” (Saya memilih....sebagai imam agung tertinggi). Dalam keheningan setiap kardinal menulis nama calon paus kecuali dirinya sendiri. Setelah menuliskan nama calon paus, setiap kardinal melipat dua surat suara, memegangnya ke atas sehingga dapat dilihat, dan membawanya ke altar Kapel Sistina di mana Pengawas berdiri dan di mana di atasnya ditempatkan sebuah kantung, yang ditutupi dengan sebuah piring, untuk menerima kartu suara. Setelah sampai di altar kardinal pemilih berkata dengan lantang, Testor Christum Dominum, qui me iudicaturus est, me eum eligere, quem secundum Deum iudico eligi debere” ("Aku memanggil sebagai saksiku Kristus Tuhan yang akan menjadi hakimku, karena pilihanku diberikan kepada orang yang di hadapan Allah aku pikir harus dipilih"). Ia kemudian menempatkan surat suara di atas piring, yang ia jatuhkan ke dalam kantung. Setelah melakukan hal ini, ia membungkuk kepada altar dan kembali ke tempatnya. Setelah itu surat suara dibuka dan dibacakan. Pada kata “Eligo” surat suara ditusuk dengan jarum, lalu diikat dengan benang dan dibakar, bersama dengan lembaran kertas yang di atasnya para kardinal telah mencatat hasil penghitungan suara. Jika dalam tahap ini belum ada yang memenuhi syarat maka surat suara itu dikumpulkan dan dibakar dengan zat kimia tertentu agar keluarlah asap (“fumata”) hitam di atas cerobong Kapel Sistina. Selanjutnya akan diadakan pemilihan ulang dengan mengikuti sistem pemilihan sebelumnya. Setiap hari diadakan empat babak pemilihan. Jika dalam tiga hari pertama masih gagal, maka para kardinal beristirahat sehari. Hari ke-4 dilanjutkan lagi pemilihan.  Pemilihan itu dibatasi sampai 21 kali, dengan waktu istirahat pada pilihan ke-7, ke-14, dan ke-21. Hari pertama dilakukan satu kali pemungutan suara dan pada hari-hari selanjutnya setiap hari dilakukan maksimum empat kali pemungutan suara : dua pada pagi hari dan dua lagi pada sore hari. Paus baru terpilih jika ia mendapat 2/3 suara mayoritas ditambah satu suara. Jika belum ada minimal mayoritas duapertiga,maka pemilihan akan dilanjutkan ke putaran berikutnya. Akan tetapi jika lebih dari babak ke-30 dan belum juga terpilih seorang paus, maka dua kandidat dengan perolehan suara terbanyak, akan dipilih oleh para kardinal, di mana kedua kandidat yang terpilih ini otomatis kehilangan hak memilih. Cerobong Kapel Sistina akan tampak keluar asap berwarna putih jika sudah ada paus baru yang terpilih.

Setiap hari, para kardinal mendaraskan doa pagi dan sore bersama-sama dan merayakan Misa. Mereka mendengarkan Kitab Suci dan meluangkan waktu untuk berdoa sebelum pemungutan suara dan sebelum surat suara dihitung pada masing-masing tahapan pemungutan suara. Ada juga doa "Adsumus": "Kami berada di sini di hadapan Engkau, ya Roh Kudus: Kami merasakan beratnya kelemahan kami, tetapi kami berkumpul dalam nama-Mu, datanglah kepada kami, bantulah kami, turunlah dalam hati kami. Ajarlah kami apa yang harus kami lakukan, tunjukkan kepada kami jalan untuk diikuti, sempurnakan apa yang Engkau butuhkan dari kami".Ketika paus baru terpilih, mereka akan mendaraskan  "Tu es Petrus" (Engkau adalah Petrus).

Perkenalan Paus Terpilih
Bila paus sudah terpilih secara kanonik, kardinal pimpinan atau kardinal tertua (kecuali jika dia sendiri yang terpilih menjadi paus, maka pimpinan sidang yang lain yakni kardinal termuda) atas nama seluruh pemilih menanyakan kesediaannya untuk menerima tugasnya. Jika Paus yang terpilih adalah seorang uskup, maka setelah ia menyatakan kesanggupannya, ia "dengan segera adalah Uskup Gereja Roma, Paus yang sebenarnya dan kepala dewan uskup; ia memperoleh kuasa penuh dan tertinggi atas Gereja universal". Bila dia bersedia, akan ditanyakan pula nama yang akan disandangnya. Setelah memberikan jawaban kepada kedua pertanyaan ini dengan jelas, paus terpilih akan dikenakan sebuah tanda khusus berupa sebuah pakaian kebesaran. Dulu, Paus terpilih dikenakan sebuah mahkota, tetapi tradisi ini sudah tidak berlaku lagi. Setelah mengenakan pakaian khusus ini, Paus terpilih beranjak dari tempatnya menuju ke Altar, di mana di depan altar tersebut sudah disediakan kursi khusus. Para kardinal mendekati paus baru dan memberi penghormatan dan mengucapkan janji setia kepadanya, kemudian mengumandangkan nyanyian syukur kepada Allah "Te Deum". Pada saat itu petugas akan membakar surat suara yang sudah dideretkan pada seutas tali dengan campuran bahan kimia yang menghasilkan asap warna putih, sebagai tanda bahwa Gereja Katolik sudah memiliki seorang paus. Seiring dengan munculnya asap putih dari cerobong di atas atap Kapel Sistina, bunyi lonceng raksasa berkumandang dari Basilika Santo Petrus. Umat akan segera bergegas menuju Lapangan Santo Petrus.

Pada saat itu juga, paus terpilih akan dipimpin ke Ruang Air Mata atau "camera lacrimatoria" (dalam bahasa Italia dikenal dengan nama La Stanza delle Lacrime), sebuah ruangan kecil di sebelah kiri altar. Ruangan tersebut dinamakan Ruang Air Mata karena berbagai alasan, antara lain karena di ruangan itulah paus baru meluapkan segala perasaanya dengan deraian air mata kegembiraan dan keterharuan. Di sini pula Paus baru tersebut dikenakan pakaian lain untuk ditampilkan ke publik.Di sana, ia akan menemukan tiga set jubah dalam ukuran yang beragam (S,M,L). Meskipun ada pilihan, ia mungkin tidak akan menemukan ukuran yang pas seperti terjadi pada Paus Pius XII yang jubahnya terlalu besar  ataupun Paus Yohanes XXIII yang jubahnya terlalu kecil. 

Paus baru akan memakai pakaian kebesaran yang terdiri dari: 1. tiara yaitu mahkota berlapis tiga yang melambangkan bahwa paus di samping seorang raja, juga dalam memerintah mewakili Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus; 2. cincin bergambar Petrus sedang menjala ikan yang melambangkan bahwa paus meneruskan pekerjaan Petrus; 3. tongkat melambangkan bahwa karya penggembalaan yang ditugaskan Yesus kepada Petrus memang sungguh diteruskan olehnya; 4. kasula merah yang melambangkan paus sebagai guru yang rela mengorbankan hidupnya (merah = warna darah).

Kira-kira sekitar 45 menit setelah asap putih muncul, paus baru dihantar oleh rombongan kardinal menuju balkon utama Basilika Santo Paulus yang berbingkai merah dan ditutup dengan kain lebar berwarna merah pula. Kardinal-diakon tertua,  yang biasanya didampingi dua ajudan, akan memperkenalkan paus baru kepada umat yang telah menunggu di Lapangan Santo Petrus. Dalam konklaf 2013 ini, kardinal-diakon yang akan mengumumkannya adalah Jean-Louis Kardinal Tauran. Biasanya rumusan inilah yang dipakai untuk memperkenalkan Paus yang baru: “Saudara-saudara,  Yang Mulia Kardinal.... dari Negara...., telah terpilih menjadi Paus baru dan beliau memilih nama Paus....”. Sebagai contoh, pada tanggal 19 April 2005 kardinal-diakon tertua, Jorge Arturo Medina Kardinal Estevez mengumumkan Joseph Kardinal Ratzinger yang terpilih menjadi paus menggantikan Paus Yohanes Paulus II dengan kata-kata : “Annuntio vobis gaudium magnum; habemus Papam; Eminentissium ac Reverendissium Dominum, Dominum Josephum Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem Ratzinger Qui sibi nomen imposuit Benedictum XVI” (Saya mengumumkan kepada Anda dengan sukacita besar; Kita memiliki seorang Paus; Yang Mulia dan Yang Terhormat, Joseph Kardinal Gereja Roma Yang Kudus Ratzinger yang mengambil nama Benediktus XVI). Dan kemudian umat pun berteriak Habemus Papam (Kita memiliki seorang Paus). Paus baru segera tampil dan memberikan berkat Urbi et Orbi (Untuk Kota dan Dunia) dari balkon utama Basilika Santo Petrus.

Penutup
Pada konklaf 12 Maret 2013 untuk memilih pengganti Paus Benediktus XVI, kardinal camerlengo (= kardinal yang bertanggung jawab hingga paus baru terpilih), yang memiliki peran mendasar selama "Sede Vacante" (= Tahkta Lowong), adalah Tarcisio Kardinal Bertone, yang diangkat oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 4 April 2007. Para kardinal pemilih, yaitu kardinal yang berusia di bawah 80 tahun per tanggal 28 Februari 2013, berdasarkan benua asal mereka, terdiri dari 61 berasal dari Eropa, 19 dari Amerika Latin, 14 dari Amerika Utara, 11 dari Afrika, 11 dari Asia, dan 1 dari Oseania. Negara dengan jumlah kardinal pemilih terbesar adalah Italia, dengan 21 orang. 67 orang kardinal pemilih diangkat oleh Paus Benediktus XVI dan 50 orang kardinal lainnya diangkat oleh Paus Yohanes Paulus II. Mari kita nantikan siapa yang akan terpilih menjadi paus ke-266 sepanjang sejarah kepausan.