Delapan abad adalah waktu panjang bagi konklaf.
Konklaf atau yang lazim ditulis conclave
berasal dari gabungan dua kata Latin : “cum” yang berarti “bersama/dengan”;
dan “clavis” yang berarti “kunci”.
Secara harafiah, “konklaf”
berarti "dengan
kunci". Kata ini
dapat digunakan untuk setiap pertemuan rahasia, tetapi sangat cocok untuk pemilihan paus karena para
kardinal benar-benar
“dikunci” ke
dalam
sebuah ruangan sampai
mereka telah memilih seorang paus baru. Semua kardinal tidak diizinkan untuk memiliki
hubungan dengan dunia luar selama pemilihan paus. Kapel Sistina, tempat
berlangsungnya konklaf, pun dikunci. Setiap pembocoran saat pemilihan diancam
hukuman ekskomunikasi otomatis.
Konklaf dimulai dalam rentang 15-20 hari sejak lowongnya Takhta Suci atau yang lebih dikenal dengan istilah Sede
vacante. Tetapi, peraturan terbaru yang dikeluarkan oleh Paus Emeritus Benediktus XVI menyatakan konklaf sudah bisa dimulai jika seluruh kardinal-pemilih sudah hadir. Lowongnya Takhta Suci itu secara umum bisa disebabkan oleh pengunduran
diri paus
atau wafatnya paus. Penetapan jangka waktu itu dilakukan pada abad pertengahan
karena kala itu, transportasi menuju Vatikan masih terbilang sulit, padahal,
peserta konklaf adalah para kardinal dari seluruh dunia. Uniknya, jangka waktu
tersebut tetap dilakukan sampai kini, tetapi dengan pertimbangan lain, yaitu
ada cukup waktu bagi para kardinal bertukar pikiran soal keadaan Gereja
Katolik. Meski tidak menjadi keharusan, jangka waktu tersebut bisa pula
dimanfaatkan untuk membicarakan calon pengganti paus. Jika takhta lowong karena paus meninggal, jangka waktu tersebut
dikenal dengan istilah novemdiales
(masa berkabung 9 hari).
Konklaf diawali dengan misa pagi hari yang disebut Pro Eligendo Romano Pontifice (Misa Pemilihan Uskup Roma), yang diikuti semua kardinal dan
biasanya diadakan di Basilika Santo Petrus. Misa tersebut dipimpin oleh Dekan Dewan Kardinal. Dalam misa tersebut, selebran berdoa: "Ya Allah, Gembala yang kekal,
Engkau yang memerintah umat-Mu dengan kepedulian seorang bapa, berikan
Gereja-Mu seorang Paus yang berkenan bagi-Mu karena kekudusan hidupnya
dan sepenuhnya diabdikan untuk melayani umat-Mu". Di dalam Misa
ini ujud utama yang dikedepankan adalah memohon bantuan Allah Tritunggal
agar memberkati konklaf dan memohon bantuan-Nya melalui
penerangan Roh Kudus agar para kardinal-pemilih dapat memilih seorang
paus yang sungguh-sungguh tepat sesuai kehendak Tuhan sendiri. Jika paus meninggal, juga ada doa permohonan agar Allah menganugerahkan hidup abadi bagi jiwa paus yang
meninggal. Misa untuk
pemilihan paus ini adalah satu-satunya yang akan
dirayakan secara terbuka sebelum paus yang baru diperkenalkan kepada
dunia. Pada akhir misa, selebran akan memberitahu para kardinal: "Setelah merayakan
misteri ilahi, kita masuk ke dalam konklaf untuk memilih Uskup Roma.
Seluruh Gereja, bersatu dengan kita dalam doa, memohon rahmat Roh Kudus
sehingga kita memilih gembala yang pantas bagi seluruh domba Kristus".
Sore harinya
semua kardinal berarak dari Kapel Paulina
menuju Kapel Sistina – yang disebut tempat "di mana segala sesuatu mendukung bagi suatu kesadaran akan kehadiran Allah" oleh Beato Paus Yohanes Paulus II. Dalam prosesi
di belakang salib, para kardinal berjalan ke Kapel Sistina menyanyikan
litani para kudus dari Timur dan Barat dan serangkaian doa kepada
Kristus dengan refren, "Selamatkan kami, Tuhan". Ketika semua
kardinal telah berada di tempat duduknya, para kardinal menyanyikan doa kuno
turunnya Roh Kudus, "Veni, Creator Spiritus". Kemudian kardinal pemimpin (kardinal tertua) berdoa : "Ya Bapa, Engkau yang membimbing dan melindungi
Gereja-Mu, berikan hamba-hamba-Mu semangat kecerdasan, kebenaran dan
perdamaian, sehingga mereka berusaha untuk mengetahui kehendak-Mu dan
melayani-Mu dengan pengabdian penuh". Para kardina-pemilih kemudian mengambil sumpah di atas Injil untuk "setia dan mematuhi hal yang
sekecil-kecilnya" pada aturan pemilihan paus; masing-masing bersumpah
bahwa jika ia terpilih ia akan "setia memenuhi pelayanan Petrus sebagai
Gembala gereja universal dan sekuat tenaga memperteguh dan membela hak
rohani dan jasmani serta kebebasan Tahta Suci". Mereka juga berjanji
untuk menjaga semuanya harus dilakukan dengan pemilihan yang bersifat
rahasia. Ketika
kardinal terakhir telah menempatkan tangannya di Kitab Injil dan
bersumpah, pemimpin upacara, mengatakan: "Extra
omnes", memerintahkan semua orang yang tidak secara langsung terlibat
dalam konklaf untuk keluar dari Kapel Sistina. Satu-satunya yang akan
tetap tinggal rohaniwan yang dipilih para kardinal untuk memimpin mereka
dalam permenungan akan tanggung jawab mereka dalam memilih seorang paus
baru. Setelah permenungan, rohaniwan dan pemimpin upacara akan meninggalkan
Kapel. Setelah permenungan
bersama tersebut dilakukan, kardinal pemimpin menanyakan seluruh kardinal
pemilih apakah pemilihan dapat dimulai, atau barangkali masih ada keraguan
mengenai aturan dan tata
cara pemilihan yang perlu diklarifikasi lagi. Bila mayoritas kardinal pemilih menyatakan setuju dengan semua aturan dan tata cara yang ada, maka pemilihan segera dimulai.
Proses Pemungutan
Suara
Tiga orang
kardinal dipilih menjadi Pengawas
melalui undian untuk setiap tahap pemungutan suara. Menurut tata cara yang sudah baku sejak dulu para kardinal pemilih
akan dibagikan surat suara berbentuk persegi panjang kecil yang bertuliskan “Eligo in summum pontificem...”
(Saya memilih....sebagai imam agung tertinggi). Dalam keheningan setiap
kardinal menulis nama calon paus kecuali dirinya
sendiri. Setelah menuliskan nama calon paus, setiap
kardinal melipat dua surat suara, memegangnya ke atas sehingga dapat
dilihat, dan membawanya ke
altar Kapel Sistina di mana Pengawas berdiri dan di mana di atasnya
ditempatkan sebuah kantung, yang ditutupi dengan sebuah piring, untuk menerima
kartu suara. Setelah
sampai di altar kardinal pemilih berkata dengan lantang, “Testor Christum Dominum, qui me iudicaturus est, me eum eligere, quem secundum Deum iudico eligi debere” ("Aku memanggil sebagai saksiku Kristus Tuhan yang akan menjadi hakimku, karena pilihanku diberikan kepada orang
yang di hadapan Allah aku pikir harus dipilih"). Ia kemudian
menempatkan surat suara di atas piring, yang ia jatuhkan ke dalam kantung.
Setelah melakukan hal ini, ia membungkuk kepada altar dan kembali ke tempatnya.
Setelah itu surat suara dibuka dan dibacakan. Pada kata “Eligo” surat suara
ditusuk dengan jarum, lalu diikat dengan benang dan dibakar, bersama dengan
lembaran kertas yang di atasnya para kardinal telah mencatat hasil penghitungan
suara. Jika dalam tahap ini belum ada yang memenuhi syarat maka surat suara itu dikumpulkan dan
dibakar dengan zat kimia tertentu agar keluarlah asap (“fumata”) hitam di atas cerobong Kapel Sistina. Selanjutnya akan
diadakan pemilihan ulang dengan mengikuti sistem pemilihan sebelumnya. Setiap
hari diadakan
empat babak pemilihan. Jika dalam tiga hari pertama masih
gagal, maka para kardinal beristirahat sehari. Hari ke-4 dilanjutkan lagi pemilihan.
Pemilihan itu dibatasi sampai 21 kali, dengan waktu istirahat pada
pilihan ke-7, ke-14, dan ke-21. Hari pertama dilakukan satu kali
pemungutan suara dan pada hari-hari selanjutnya setiap hari dilakukan maksimum empat kali pemungutan suara : dua pada pagi hari dan dua lagi pada
sore hari.
Paus baru terpilih jika ia mendapat 2/3 suara mayoritas
ditambah satu suara. Jika belum ada
minimal mayoritas duapertiga,maka pemilihan akan dilanjutkan ke putaran
berikutnya. Akan tetapi jika lebih dari babak ke-30 dan belum juga
terpilih seorang paus, maka dua kandidat dengan perolehan suara terbanyak, akan dipilih oleh
para kardinal, di mana kedua kandidat yang terpilih ini otomatis kehilangan hak
memilih.
Cerobong Kapel Sistina akan tampak keluar asap berwarna putih jika sudah ada paus baru yang terpilih.
Perkenalan Paus
Terpilih
Bila paus sudah
terpilih secara kanonik, kardinal pimpinan atau kardinal tertua (kecuali jika dia sendiri yang terpilih menjadi paus, maka pimpinan sidang
yang lain yakni kardinal termuda) atas nama seluruh
pemilih menanyakan kesediaannya untuk menerima tugasnya. Jika Paus yang
terpilih adalah seorang uskup, maka setelah ia menyatakan
kesanggupannya, ia "dengan segera adalah Uskup Gereja Roma, Paus yang
sebenarnya dan kepala dewan uskup; ia memperoleh kuasa penuh dan
tertinggi atas Gereja universal". Bila dia bersedia, akan ditanyakan pula nama yang akan disandangnya. Setelah
memberikan jawaban kepada kedua pertanyaan ini dengan jelas, paus terpilih
akan dikenakan sebuah tanda khusus berupa sebuah pakaian kebesaran. Dulu,
Paus terpilih dikenakan sebuah mahkota, tetapi tradisi ini sudah tidak
berlaku lagi. Setelah mengenakan pakaian khusus ini, Paus
terpilih beranjak dari tempatnya menuju ke Altar, di mana di depan altar
tersebut sudah disediakan kursi khusus. Para kardinal
mendekati paus baru dan memberi penghormatan dan mengucapkan janji setia kepadanya, kemudian
mengumandangkan nyanyian syukur kepada Allah "Te Deum". Pada saat itu
petugas akan membakar surat suara yang sudah
dideretkan pada seutas tali dengan campuran bahan kimia yang
menghasilkan asap warna putih, sebagai tanda bahwa Gereja Katolik sudah
memiliki seorang paus. Seiring dengan munculnya asap putih dari cerobong di atas atap Kapel
Sistina, bunyi lonceng raksasa berkumandang dari Basilika
Santo Petrus. Umat akan segera bergegas menuju Lapangan Santo Petrus.
Pada saat itu juga,
paus terpilih akan dipimpin ke Ruang Air Mata atau "camera lacrimatoria" (dalam bahasa
Italia dikenal dengan nama La Stanza delle Lacrime), sebuah ruangan
kecil di sebelah kiri altar. Ruangan tersebut dinamakan Ruang Air Mata karena berbagai alasan, antara lain karena di ruangan itulah paus baru meluapkan segala perasaanya dengan deraian air mata kegembiraan dan
keterharuan. Di sini pula Paus baru tersebut dikenakan pakaian lain
untuk ditampilkan ke publik.Di sana, ia akan menemukan tiga set jubah dalam
ukuran yang beragam (S,M,L). Meskipun ada pilihan, ia mungkin tidak akan
menemukan ukuran yang pas seperti terjadi pada Paus Pius XII yang jubahnya
terlalu besar ataupun Paus Yohanes XXIII
yang jubahnya terlalu kecil.
Paus baru akan
memakai pakaian kebesaran yang terdiri dari: 1. tiara yaitu mahkota berlapis tiga yang melambangkan bahwa paus di samping seorang
raja, juga dalam memerintah mewakili Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus;
2. cincin bergambar Petrus sedang menjala ikan yang melambangkan bahwa paus meneruskan pekerjaan Petrus; 3. tongkat melambangkan bahwa
karya penggembalaan yang
ditugaskan Yesus kepada Petrus memang sungguh diteruskan
olehnya;
4. kasula merah yang melambangkan paus sebagai guru yang rela mengorbankan hidupnya (merah = warna darah).
Kira-kira sekitar 45 menit setelah asap putih muncul, paus baru dihantar oleh rombongan
kardinal menuju balkon utama Basilika Santo Paulus yang berbingkai merah dan
ditutup dengan kain lebar berwarna merah pula. Kardinal-diakon tertua, yang biasanya didampingi dua ajudan, akan memperkenalkan paus baru kepada umat yang telah menunggu di Lapangan Santo Petrus. Dalam konklaf 2013 ini, kardinal-diakon yang akan mengumumkannya adalah Jean-Louis Kardinal Tauran. Biasanya rumusan inilah yang dipakai untuk memperkenalkan Paus yang baru: “Saudara-saudara, Yang Mulia Kardinal.... dari Negara...., telah terpilih menjadi Paus baru
dan beliau memilih nama Paus....”.
Sebagai contoh, pada tanggal 19 April 2005 kardinal-diakon tertua, Jorge Arturo Medina Kardinal Estevez
mengumumkan Joseph Kardinal Ratzinger yang terpilih menjadi paus menggantikan
Paus Yohanes Paulus II dengan kata-kata : “Annuntio
vobis gaudium magnum; habemus Papam; Eminentissium ac Reverendissium Dominum,
Dominum Josephum Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem Ratzinger Qui sibi nomen
imposuit Benedictum XVI” (Saya mengumumkan kepada Anda dengan sukacita
besar; Kita memiliki seorang Paus; Yang Mulia dan Yang Terhormat, Joseph
Kardinal Gereja Roma Yang Kudus Ratzinger yang mengambil nama Benediktus XVI).
Dan kemudian umat pun berteriak Habemus Papam (Kita memiliki
seorang Paus). Paus baru segera
tampil dan memberikan berkat Urbi et Orbi (Untuk Kota dan Dunia) dari balkon utama Basilika Santo Petrus.
Penutup
Pada konklaf 12 Maret 2013 untuk
memilih pengganti Paus Benediktus XVI, kardinal camerlengo (= kardinal yang
bertanggung jawab hingga paus baru terpilih), yang memiliki peran mendasar
selama "Sede Vacante" (= Tahkta Lowong), adalah Tarcisio Kardinal Bertone,
yang diangkat oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 4 April 2007. Para kardinal
pemilih, yaitu kardinal yang berusia di bawah 80 tahun per tanggal 28 Februari
2013, berdasarkan benua asal mereka, terdiri dari 61 berasal dari Eropa, 19
dari Amerika Latin, 14 dari Amerika Utara, 11 dari Afrika, 11 dari Asia, dan 1
dari Oseania. Negara dengan jumlah kardinal pemilih terbesar adalah Italia,
dengan 21 orang. 67 orang kardinal pemilih diangkat oleh Paus Benediktus XVI
dan 50 orang kardinal lainnya diangkat oleh Paus Yohanes Paulus II. Mari kita nantikan
siapa yang akan terpilih menjadi paus ke-266 sepanjang sejarah kepausan.