Tanggal 13 Maret 2013 pukul 19.06 waktu Roma (14 Maret 2013
pukul 00.06 WIB), fumata (asap) putih
muncul dari cerobong yang berada di atas Kapel Sistina, sementara bel berbunyi
di Lapangan Santo Petrus. Ribuan orang yang sudah menanti sejak 12 Maret 2013
berteriak gembira karena Paus terpilih sudah didapatkan. Mereka bergegas menuju
Lapangan Santo Petrus untuk menanti siapakah yang terpilih menjadi Paus yang
baru.
Sekitar 45 menit kemudian, di balkon
utama Basilika Santo Petrus, Vatikan, Kardinal-diakon tertua, Jean Louis
Kardinal Tauran berkata : "Annuntio vobis gaudium magnum; habemus
Papam: Eminentissimum ac Reverendissimum Dominum, Dominum Georgium Marium
Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem Bergoglio qui sibi nomen imposuit
Franciscum" ("Saya mengumumkan kepada Anda suatu
kegembiraan besar; kita mempunyai Paus: Yang utama dan terhormat, Jorge Maria
Kardinal Gereja Roma yang Kudus Bergoglio yang mengambil baginya nama Fransiskus").
Jorge Mario Kardinal Bergoglio, SJ, Uskup Agung Buenos Aires, Argentina,
terpilih menjadi penerus ke-265 dari Takhta Santo Petrus atau Paus ke-266
sepanjang sejarah kepausan dalam konklaf putaran ke-5.
Ketika nama Bergoglio disebutkan setelah habemus papam,
banyak orang tertegun. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Gereja Katolik, Paus
berasal dari Ordo Serikat Yesus atau Yesuit.
Baru kali ini pula, Gereja Katolik mempercayakan Tahta Suci di atas pundak
seorang kardinal dari Dunia Ketiga. Ia merupakan Paus
non-Eropa pertama setelah lebih dari 1200 tahun masa kepausan. Paus non-Eropa
terakhir adalah Paus Santo Gregorius III, paus ke-90, yang lahir di Suriah dan menduduki Tahta Suci
dari tahun 18 Maret 731 hingga November 741. Dan, inilah pertama kalinya juga dalam
Sejarah Gereja Katolik seorang Paus mengambil nama “Fransiskus” sebagai panggilan
resminya sebagai Paus.
Ada pepatah “Tak kenal maka tak sayang”. Oleh karena itu,
melalui tulisan ini, yang disarikan dari berbagai sumber, saya mengajak Anda
sekalian untuk mengenal Paus Fransiskus. Semoga dengan semakin mengenalnya,
kita semakin mencintai dan mendukung karya Paus Fransiskus untuk menghadirkan
Kerajaan Allah di dalam Gereja dan dunia.
Perjalanan Kariernya
Jorge Mario Kardinal Bergoglio dilahirkan pada tanggal 17
Desember 1936 di Buenos Aires sebagai lima
bersaudara anak dari imigran Italia yang berasal
dari Piemonte, sebuah wilayah di sebelah utara Italia, tepatnya di Bricco
Marmorito, Asti. Ayahnya, Mario Jose
Bergoglio, bekerja sebagai pegawai kereta api dan
ibunya, Regina Sivori, adalah seorang ibu rumah tangga berdarah Piemonte dan
Genoa.
Awalnya ia belajar teknik kimia dan berhasil meraih gelar sarjana
dalam bidang kimia pada salah satu perguruan tinggi di Buenos Aires. Tetapi, ia
memutuskan untuk menjadi imam Yesuit dan belajar di Seminari Yesuit, Villa
Devoto. Pada 11 Maret 1958, resmi menjalani masa novisiatnya sebagai calon
Yesuit di sebuah novisiat SJ di Buenos Aires. Selepas mengucapkan kaul
pertamanya sebagai seorang Yesuit, Frater Jorge Mario Bergoglio SJ kemudian
dikirim ke Santiago, Cili. Pada tahun 1963 ia mendapatkan gelar sarjana dalam
bidang filosofi dari Colegio Máximo San José di San Miguel, Buenos Aires. Pada
tahun 1964-1965, ia mengajar literatur dan psikologi di Colegio de la Inmaculada,
Santa Fe dan pada tahun 1966 ia mengajar mata kuliah yang sama di Colegio del
Salvador, Buenos Aires. Pada tahun 1967, ia melanjutkan studi teologinya
di Fakultas Teologi Seminari Tinggi San Jose, San Miguel dan meraih gelar
master teologi. Ia ditahbiskan menjadi seorang imam Serikat Yesus (SJ) oleh Uskup Agung Ramon Jose Castellano pada 13 Desember
1969. Setelah kaul kekal sebagai Yesuit pada 22 April 1973, ia menjadi pembimbing novis di Seminari Villa
Barilari, San Miguel, tempat ia
mengajar.
Karena prestasi dan kepiawaiannya, ia ditunjuk menjadi
Provinsial SJ untuk Argentina pada tahun 1973-1979. Pada tahun 1980-1986 semasa
menjadi dekan Fakultas Filosofi dan Teologi San Miguel, almamaternya, ia
menjabat sebagai Pastor Paroki Santo Yosef di Keuskupan San Miguel. Setelah
menyelesaikan disertasinya di Jerman dan meraih gelar doktor, ia melayani
sebagai direktur pengakuan dan spiritual di Cordoba dan pada tahun 2001 merangkap menjadi Uskup untuk Gereja
Katolik Ritus Timur di Argentina yang tidak mempunyai ordinaris/uskup.
Pada 20 Mei 1992 ia diangkat sebagai Uskup Tituler Auca dan
Uskup Auksilier Buenos Aires, dan menerima tahbisan uskup di Katedral Buenos
Aires oleh Antonio Kardinal Quarracino, Uskup Ubaldo Calabres (Duta Besar
Vatikan untuk Argentina) dan Uskup Emilio Ognenovich. pada tanggal 27 Juni
1992. Pada tanggal 3 Juni 1997, ia diangkat menjadi Uskup Agung Koajutor Buenos
Aires dan menjadi Uskup Agung Buenos Aires menggantikan Antonio Kardinal
Quarracino pada tanggal 28 Februari 1998. Kemudian pada Konsistori 21 Februari
2001 diangkat sebagai kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II dengan gelar Kardinal dari Santo Robertus Bellarminus. Paus
pengganti Benediktus XVI juga tercatat sebagai Ketua Konferensi Waligereja
Argentina periode 8 November 2005-8 November 2011.
Selama menjadi kardinal, ia pernah menjadi anggota Kongregasi
Ibadat Ilahi dan Tertib Sakramen, Kongregasi Klerus, Kongregasi Lembaga Hidup
Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan, Dewan Kepausan untuk Keluarga dan Dewan
Kepausan untuk Amerika Latin.
Mengapa
Memilih Nama Fransiskus ?
Apa sebenarnya latar
belakang Jorge Mario Kardinal Bergoglio memilih nama Paus Fransiskus? Apa pesan
semangat di balik pemilihan nama Paus Fransiskus? Kardinal Bergoglio ingin
menghormati Santo Fransiskus dari Asisi karena Fransiskus dari Asisi adalah kekasih
dari orang-orang miskin. Kaul kemiskinan yang diucapkan saat penahbisan
diwujudkan Kardinal Bergoglio dengan memberi tempat khusus melalui tambahan
nama itu. Bagi Paus Fransiskus, orang-orang miskin selalu ada di hatinya, juga
bagi mereka yang hidup terpinggirkan dan mengalami ketidakadilan. Yang boleh ada di kemudian hari
adalah semangat meneruskan spiritualitas Fransiskan yang umumnya dan secara
fundamental ditandai dengan ciri khas yakni semangat hidup miskin, kesahajaan,
dan semangat memperbarui Gereja secara radikal. Paus baru ini rupanya mengirim
sinyal kepada Gereja Katolik dan dunia, bahwa mulai sekarang akan bergulir
sejarah peziarahan baru di lingkungan internal dan eksternal Gereja.
Santo Fransiskus dari
Asisi, yang namanya dipilih oleh Kardinal Bergoglio, adalah pendiri Ordo Saudara
Dina (OFM). Tahun 1290, saat mendirikan ordo itu, Santo Fransiskus dikenal
karena menyangkal kekayaan dan memilih hidup dalam kemiskinan. Santo Fransiskus
dilahirkan pada tahun 1181 atau 1182 sebagai anak seorang pedagang kain Italia
yang kaya raya. Setelah mengalami masa remaja yang bebas, Fransiskus bergabung
dengan militer dan dipenjarakan. Fransiskus dibebaskan karena sakit. Dan ketika
kembali ke Assisi, Italia, kehidupan spiritualnya dimulai. Dia meninggalkan
gaya hidup duniawinya. Dengan memilih nama Fransiskus, siapa pun langsung
mengerti misi dari Kardinal Bergoglio. Nama Fransiskus juga untuk menghormati
Santo Fransiskus Xaverius yang terkenal dengan perjalanannya di seluruh Asia
sebagai seorang misionaris. Dalam perjalanan itu, Fransiskus Xaverius berhasil
mengajak satu juta orang untuk menjadi Kristen.
Pribadi dan Kesehariannya
Setelah Yohanes Paulus
II meninggal, Kardinal Bergoglio dianggap layak untuk dipilih menjadi Paus dan
mengambil bagian dalam konklaf tahun 2005 yakni pemilihan Paus Benediktus XVI.
Menurut beberapa laporan (yang belum bisa dipastikan keabsahannya), dalam
konklaf tahun 2005, ia menjadi “saingan” Kardinal Ratzinger, yang kemudian
menjadi Paus Benediktus XVI. Dalam catatan anonim
itu Kardinal Bergoglio diklaim menerima 40 suara pada pemunggutan suara ke-3,
dan kemudian menurun pada pemunggutan suara berikutnya yang menentukan kemenangan
Kardinal Ratzinger.
Kardinal Bergoglio dikenal
sangat rendah hati. Sebagai Uskup Agung Buenos Aires, ia sudah dikenal dengan
gaya hidupnya yang sangat sederhana. Ia tidak tinggal di istana keuskupan,
melainkan di suatu apartemen sederhana. Ia tidak memiliki sopir pribadi,
melainkan memilih naik bis. Ia bahkan memasak makanannya sendiri. Tak lupa, ia
juga pencinta klub sepak bola San Lorenzo di Argentina. Sebagai seorang
komunikator yang bukan pengkhotbah megabintang, kesederhanaannya akan menjadi
kunci.
Ia sangat konservatif
dan memiliki komitmen tinggi terhadap keadilan sosial. Pandangan teologisnya
memegang teguh ajaran Roma, menolak aborsi dan euthanasia, pernikahan sesama
jenis, serta imam perempuan. Berkali-kali ia berseberangan dengan Presiden
Argentina, Nestor Kirchner yang lebih berhaluan kiri. Namun begitu,
banyak orang Amerika Utara berharap bahwa sebagai Yesuit, dia akan lebih
“progresif” dalam menanggapi persoalan Gereja.
Ada juga hal yang tidak
akan terlupakan dari Kardinal Bergoglio. Warga Argentina akan selalu
mengenangnya ketika pada Hari Kamis Putih tahun 2001, dia mencuci dan mencium
kaki 12 orang yang penderita AIDS di Kapel Bunda Kita dari Lujan, kapel dari sebuah pusat
rehabilitasi ketergantungan obat di Buenos Aires. Ia mengkritik para imamnya yang
menolak membaptis anak-anak yang tak punya ibu. “Jangan munafik! Merekalah yang
memisahkan orang dari Tuhan untuk keselamatan”.
Dari tangannya lahir
sejumlah buku antara lain: Meditaciones para religiosos del (1982), Reflexiones sobre la vida apostolica del (1986) dan Reflexiones
de esperanza del (1992).
Penutup
Banyak
pengamat menggambarkan Paus Fransiskus sebagai pribadi yang terbuka. Maka tepat
kiranya kalau ada harapan bahwa Paus yang baru terpilih ini akan membawa arah
baru dalam kepemimpinan di Takhta Suci selaku pemimpin tertinggi Gereja Katolik
sedunia. Ia diharapkan akan membawa Gereja tidak
terlalu Eropa sentris. Dia akan lebih peka pada persoalan keadilan sosial,
kemiskinan, keberagaman ras, lebih memperhatikan Gereja di Asia, Afrika, juga
Amerika Latin. Kalau pada abad-abad pertama, para misionaris belajar Bahasa
Celtik untuk mewartakan Injil di Eropa, kini, Paus harus belajar Bahasa
Mandarin dan Swahili. Paus
Fransiskus harus bersiap menghadapi persoalan besar Gereja Eropa yang semakin
sekular, masalah pelecehan seksual, korupsi dan transparansi Bank Vatikan, juga
reformasi Kuria di Vatikan.
Proficiat
untuk Paus Fransiskus! Doa dan harapan kami agar kiranya Bapa Suci bisa
memimpin umat Katolik sedunia untuk menjadi garam serta terang bagi dunia baru
yang lebih baik.