Social Icons

TOKOH-TOKOH MAKABE MEMPERJUANGKAN APA?



Kedua kitab Makabe menceritakan sejarah perjuangan penting (mulai 165 SM) yang akan mengubah jalan sejarah bangsa Yahudi secara dramatis. Setelah berabad-abad hidup di bawah penjajahan Asyur, Babel, Persia, Mesir, dan Siria, bangsa Yahudi yang kecil itu kembali menjadi bangsa yang merdeka dengan dinastinya sendiri. Kemerdekaan itu sempat bertahan hampir seabad lamanya, sampai Pompeius menaklukkan bangsa Yahudi kepada kekaisaran Romawi (63 SM). Terlebih dahulu akan disajikan beberapa data sejarah, lalu akan dijelaskan perbedaan visi kedua kitab Makabe terhadap sejarah itu. Bukannya kisah bersambung (seperti 1 & 2 Samuel atau 1 & 2 Raja-raja), kedua kitab Makabe merupakan dua karangan independen yang menceritakan sejarah yang sama, namun dari sudut pandang yang sama sekali berbeda.

Sejarah revolusi Makabe
Sumber utama sejarah revolusi Makabe adalah kedua kitab Makabe itu sendiri.[1] 1 Makabe menceritakan empat puluh tahun sejarah keluarga Makabe (175-134 SM), sedangkan masa lima belas tahun (176-161 SM) yang diliput oleh 2 Makabe memberi informasi yang melengkapi 1 Makabe.
Sejak tahun 200 SM Palestina ditaklukkan oleh kerajaan Siria. Yang memancing revolusi Makabe adalah raja Siria Antiokhus IV Epifanes yang naik takhta seperempat abad kemudian (175-163 SM). Pada tahun-tahun pertama pemerintahannya, kursi imam besar di Yerusalem menjadi buah rebutan. Imam besar yang sah, Onias III, digeser oleh saudaranya Yason (175-172 SM) yang telah menjanjikan upeti yang lebih besar kepada Raja Antiokhus. Raja memberikan dukungan kepada Yason untuk membangun di Yerusalem sebuah gelanggang olahraga, lambang kebudayaan Helenis. Raja memang berhasrat menyatukan seluruh kerajaannya di bawah satu kebudayaan Helenis. Ia memanfaatkan pertentangan intern bangsa Yahudi. Sebagian dari mereka (kalangan atas?) tertarik kepada kebudayaan asing itu; sebagian lagi menolaknya dan berpegang teguh pada tradisi Yahudi sendiri. Mula-mula raja tampak berhasil mengubah Yerusalem menjadi kota Helenis berkat bantuan segolongan orang Yahudi yang menginginkan hal yang sama.
Beberapa tahun kemudian, ketegangan dalam bangsa Yahudi meningkat ketika Imam Besar Yason disingkirkan oleh Menelaus yang bukan keturunan imam tetapi menawarkan upeti yang lebih tinggi lagi kepada raja. Menelaus memegang jabatan imam besar itu selama sembilan tahun (172-163 SM) didukung oleh raja, tetapi ditentang oleh kebanyakan orang Yahudi.
Pada tahun 169 SM, kembali dari peperangan mahal di Mesir, Raja Antiokhus masuk ke Yerusalem dan merampok perbendaharaan Bait Allah. Hal yang sama terulang pada tahun berikutnya, setelah raja gagal di Mesir. Lalu mulailah periode yang paling berat bagi bangsa Yahudi. Sebuah benteng (Akra) dengan pasukan Siria didirikan di Yerusalem, tidak jauh dari Bait Allah. Bait Allah sendiri dinajiskan dengan ibadat berhala, mirip dengan ibadat Siro-Kanaan untuk Baal-Syamin.
Pada saat yang sama, seluruh cara hidup Yahudi yang tradisional dilarang. Hukum Taurat yang sudah berabad-abad mengatur kehidupan bangsa Yahudi - bahkan ketika mereka di bawah kekuasaan bangsa asing - tiba-tiba diberangus oleh raja dengan dukungan partai Yahudi yang menyukai kebudayaan Helenis dan melihat hukum Taurat sebagai rintangan utama. Masyarakat Yahudi sendirilah yang terpecah. Berkobarlah penganiayaan terhadap orang Yahudi yang tetap setia kepada Taurat.
Penganiayaan ini pada tahun 165 SM menimbulkan pemberontakan yang dipimpin oleh Yudas Makabe.[2] Pada awalnya Yudas dan pasukannya dengan cepat memperoleh hasil yang besar. Dalam tahun 164 SM Kota Yerusalem direbut, penganiayaan dihentikan; dan pada bulan Desember 164 SM Bait Allah ditahirkan dan mezbah ditahbiskan kembali. Dengan demikian revolusi Makabe telah mencapai tujuannya yang semula. Apalagi, pada waktu yang kurang lebih sama Raja Antiokhus meninggal dunia ketika sedang merampok suatu kuil di Persia.
Namun, revolusi Makabe ternyata tidak berhenti di situ. Muncullah seorang imam besar baru, Alkimus (162-159 SM) yang terus menghasut bangsa melawan Yudas Makabe. Siria mengadakan serangan-serangan baru terhadap Yudas dan Yerusalem. Setelah Yudas tewas dalam tahun 160 SM, revolusinya bisa kandas. Akan tetapi, setahun kemudian Imam Besar Alkimus juga mati. Lalu, jabatan imam besar dibiarkan tidak terisi selama tujuh tahun (159-152 SM).
Pada masa lowong itu tampillah Yonatan (160-142 SM), saudara Yudas, sebagai orang yang paling berwibawa di Yudea. Ia menjadi juru bicara bangsa Yahudi dalam perundingan dengan Siria. Cara kerja Yonatan agak berbeda dengan aksi-aksi militer Yudas. Ia memperjuangkan kepentingan bangsanya lewat kelihaian perundingan politis dengan raja-raja Siria. Wangsa yang sedang pecah dalam dua cabang yang saling berebut kekuasaan itu, masing-masing selalu mencari sekutu. Yonatan dengan pandai setiap kali memihak pada cabang yang sedang kuat, sambil memperoleh privilese-privilese khusus untuk bangsa dan dirinya. Peranannya begitu penting dan menguntungkan bagi bangsa Yahudi sehingga pada tahun 152 SM kebanyakan orang Yahudi dapat menerima dia sebagai imam besar (meskipun ia bukan keturunan keluarga imam besar, melainkan dari keluarga imam biasa). Ia pun diangkat oleh raja Siria menjadi panglima untuk wilayah Yudea.
Ketika Yonatan dikhianati, ditangkap, dan kemudian dibunuh oleh Trifon, panglima Siria, kepemimpinan revolusi diambil alih oleh satu-satunya saudara yang masih tersisa, Simon (142-134 SM). Simon melanjutkan garis kebijaksanaan Yonatan. Ia tidak hanya menjadi imam besar dan panglima, tetapi juga diakui sebagai penguasa bangsa Yahudi. Ia menyelesaikan masa revolusi dalam tahun 141 SM dengan menaklukkan benteng Siria yang sejak 168 SM menjadi lambang kekuasaan Siria di kota Yerusalem. Dalam tahun 134 SM Simon bersama dua putranya dibunuh oleh menantunya sendiri di Yerikho. Seorang putra yang luput dari pembantaian itu, Yohanes Hirkanus (143-104 SM), mengambil alih jabatan-jabatan Simon.
Pertanyaan kita selanjutnya ialah : dengan cara dan visi manakah sejarah tersebut disajikan dalam masing-masing kitab Makabe?

Kitab 1 Makabe
Garis besar kitab 1 Makabe cukup jelas.[3] Setelah menceritakan krisis yang ditimbulkan oleh Antiokhus Epifanes (pasal 1) dan perlawanan pertama yang dikobarkan oleh Imam Matatias (pasal 2), kitab ini secara berturut-turut menggambarkan tindakan kepahlawanan dari tiga putra Matatias, yaitu Yudas Makabe (3:1-9:21), Yonatan (9:23-12:53), Simon (13-15), dan berakhir dengan memperkenalkan cucunya, Yohanes Hirkanus (16).

a)      Kisah perjuangan dinasti Allah
Setelah secara singkat menyebut Aleksander Agung dan orang-orang yang menggantikannya (1:1-9), perhatian segera diarahkan kepada raja yang menjadi musuh utama, Antiokhus Epifanes. Kejahatan-kejahatannya terhadap bangsa Yahudi diceritakan satu demi satu : perampasan perkakas dan harta Bait Allah (ayat 16-24), pendirian benteng yang akan menjadi basis kekuatan Siria di Yerusalem (ayat 29-35), surat perintah yang melarang ibadat Bait Allah, Sabat, sunat, hukum ketahiran, dll (ayat 41-51). Puncak kejahatan raja adalah penegakan "kekejian yang membinasakan di atas mezbah korban bakaran" (ayat 52-64).
Reaksi orang Yahudi berbeda-beda : banyak yang meninggalkan Taurat, tetapi ada juga yang memilih mati daripada melanggar hukum (1:62-64). Namun, para martir ini tidak menjadi perhatian utama pengarang (berbeda dengan 2 Makabe). Pengarang 1 Makabe lebih meminati perlawanan yang akan dilancarkan oleh Matatias dan kelima putranya (Yohanes, Simon, Yudas, Eleazar dan Yonatan, 2:2-3). Sebagai permulaan perlawanan itu, dengan panjang lebar diceritakan suatu peristiwa yang sama sekali tidak dikenal oleh sumber lain. Ketika pegawai raja datang ke kota kecil Modein dan memaksa orang Yahudi mengadakan pengorbanan menurut cara yang ditentukan raja, imam Matatias membunuh seorang Yahudi yang melakukannya dan pegawai raja itu, lalu mengajak orang Yahudi untuk mengikutinya dalam perang gerilya melawan raja (2:15-28).
Berbeda dengan sebagian orang Yahudi yang memilih mati daripada bertempur pada hari Sabat (2:29-41), rombongan Matatias bertempur pada hari Sabat. Sikap bebas kaum Makabe terhadap hukum ini tentu bisa menjauhkan orang-orang saleh dari mereka. Mungkin karena itulah pengarang sangat menekankan bahwa kaum mursid bergabung dengan gerakan Matatias (ayat 42). Ia dan keluarganya memimpin seluruh Israel dalam aksi melawan penguasa Siria. Dalam kata-kata wasiatnya, Matatias mengangkat Simon sebagai Bapa (penasihat) dan Yudas yang lebih muda sebagai pemimpin perang (ayat 49-70).
Yudas Makabe (pasal 3-9) digambarkan sebagai pemimpin militer yang gagah berani, tetapi yang juga memberi ilham kepada orang-orangnya melalui seruan dan doa yang saleh. Serangkaian kemenangan atas pasukan Siria (3:10-4:35) membuka jalan ke puncak pertama dalam kisah Yudas, yaitu penahiran dan penahbisan ulang Bait Allah. Untuk terus mengenang peristiwa itu, Yudas menetapkan pesta peringatan tahunan yang kini dikenal sebagai Hanuka (dijuluki "Natal Yahudi", sebab dirayakan oleh umat Yahudi setiap bulan Desember).
Sesudah itu Yudas dan kawan-kawannya digambarkan memperluas aksi mereka ke segala penjuru angin (pasal 5): selatan (Idumea), timur (Amon), utara (Gilead dan Galilea), dan barat (Filistea). Semua aksi berhasil, kecuali kalau ada orang yang bertindak lepas dari kepemimpinan Makabe (5:55-62,67). Diceritakan juga tentang kematian Raja Antiokhus yang jatuh sakit di Persia dan meninggal ketika gagal merampas sebuah kuil di negeri itu. Namun, menurut pengarang 1 Makabe, raja itu mati karena mendengar berita-berita buruk tentang kekalahan pasukannya di Yudea dan penahiran Bait Allah (6:1-17).
Kematian Antiokhus IV tidak mengakhiri kesulitan bagi Yudea. Keberanian Yudas untuk mengepung benteng Siria di Yerusalem (6:18-29) mengundang ekspedisi militer baru dari Raja Antiokhus V dan panglima Lisias. Yerusalem kembali dikuasai pasukan raja (6:60-63). Raja baru Demetrius I mengangkat seorang imam besar baru, Alkimus, yang ditugaskan untuk membalas dendam kepada bangsa Yahudi (7:1-25). Atas permintaan Alkimus, raja mengutus panglima Nikanor yang mengancam akan membakar Bait Allah, tetapi malah tewas dalam pertempuran melawan Yudas (7:26-50).
Berbeda dengan 2 Makabe yang berhenti di sini, 1 Makabe melanjutkan kisahnya tentang keluarga Makabe yang dikaguminya. Yudas masih sempat mengadakan persekutuan dengan Roma, kekuatan besar dan sangat terpuji di ujung barat (pasal 8; pengarang kitab belum tahu bahwa seabad kemudian Roma akan menumpas kemerdekaan bangsa Yahudi yang diperjuangkan oleh keluarga Makabe). Dalam suatu pertempuran yang sama sekali tidak berimbang antara 3.000 pasukan Yudas dan 22.000 pasukan Siria, Yudas tewas (9:1-22).
Yonatan dipilih sebagai pengganti Yudas untuk memimpin gerakan melawan Siria (9:23-73). Mula-mula sibuk dengan peperangan seperti Yudas, Yonatan kemudian berkembang sebagai politikus yang cakap. Dengan pandai ia mengambil untung dari perselisihan antara kedua cabang dinasti Siria yang bersaing dan masing-masing mencari dukungannya. Dari Raja Demetrius I, ia mendapat wewenang untuk menghimpun pasukan dan membuat perlengkapan senjata (10:6). Namun, kemudian ia memihak Raja Aleksander Balas yang menawarkan kepadanya jabatan imam besar (yang sudah tujuh tahun tidak terisi) dan mengangkatnya pula menjadi panglima (10:23,65). Dengan berpindah-pindah memberi dukungan seperti itu, Yonatan dapat bertahan sebagai imam besar dan memperoleh sejumlah keringanan untuk bangsanya (11:20-37,57). Yonatan juga memperbarui persekutuan dengan Roma dan mengadakan persekutuan dengan Sparta (12:1-23). Ketika terseret lagi ke dalam beberapa aksi militer, Yonatan secara curang ditangkap oleh panglima Trifon yang berusaha merampas mahkota kerajaan (12:39-53). Di situ berakhirlah karier politik Yonatan yang telah menyumbang banyak kepada perjuangan kemerdekaan bangsanya.
Simon, satu-satunya dari lima bersaudara yang masih hidup, mengganti Yonatan yang akhirnya dibunuh oleh Trifon (13:1-11). Ia sempat memperoleh kebebasan pajak dari raja Siria (13:31-42) dan - lebih penting lagi -berhasil menaklukkan benteng Siria (Akra) di Yerusalem (13:43-53). Dengan demikian, revolusi Makabe boleh dikatakan mencapai puncaknya. Bangsa Yahudi mengakui Simon sebagai pemimpin religius (imam besar), militer (panglima), dan politik (penguasa, 13:42; 14:25-49). Ia dipuji sebagai pemimpin yang mengusahakan kesejahteraan bangsanya dan membela yang lemah (14:4-15). Juga raja Siria yang baru, Antiokhus VII, sejenak mengakuinya (15:1-14) dan tidak lagi dapat mematahkan kekuasaan Simon (15:25-16:10). Kisah tiba-tiba berakhir dengan pembunuhan Simon oleh menantunya sendiri. Putranya, Yohanes Hirkanus, pemimpin angkatan perang (13:53) dan pemenang (16:1-10), luput dari pembunuhan itu dan mengganti ayahnya (16:11-24). Pemerintahan dinasti itu pun terus berlanjut.

b)     Maksud 1 Makabe dan pandangan teologisnya
Alur kisah dengan cukup jelas menyatakan tujuan penulisan kitab ini. Pengarang ingin menjelaskan bagaimana Allah memakai Yudas dan saudara-saudaranya untuk menghentikan penindasan raja-raja Siria dan bagaimana jabatan imam besar jatuh ke keluarga itu.[4] Atau lebih tajam, pengarang mau "memuliakan wangsa Hasmone dan barangkali membela keabsahan dinasti itu terhadap kalangan orang-orang saleh yang menentangnya".[5] Dalam 1Mak. 5:62 mereka diperkenalkan sebagai "orang-orang yang tangannya diserahi penyelamatan Israel".
Untuk mencapai tujuan itu, pengarang menulis sejarah dengan gaya biblis. Kaum Makabe diperkenalkan sebagai utusan Allah yang digambarkan sesuai dengan pola tradisional para imam, hakim, dan raja Israel. Aksi-aksi mereka selaras dengan tindakan dan perkataan para pemimpin dahulu dalam Alkitab Ibrani (2:51-60). Tindakan Matatias (yang keras) demi hukum dibandingkan dengan apa yang dilakukan Pinehas terhadap Zimri (2:26; Bil. 25:7-15). Doa Yudas sebelum pertempuran melawan Nikanor mengingatkan malapetaka yang menimpa tentara Asyur yang mengepung Yerusalem (7:41; 2Raj 19:35; Yes. 37:36). Pemakaman Yudas diceritakan dengan gaya kitab Raja-raja dan disertai kata-kata ratapan Daud atas Saul dan Yonatan (9:19ii; 2Sam. 1:19). Yonatan berperan seperti para hakim di Israel kuno (9:73). Pujian bagi Simon (14:12) memakai kiasan-kiasan tradisional dari Mi. 4:4. Singkatnya, pemerintahan dinasti Makabe sungguh-sungguh memenuhi harapan tradisional Israel.
Sebagai kunci keberhasilan mereka ditekankan kepercayaan kepada Allah dan kesetiaan kepada hukum Taurat, sebagaimana sudah dipesan terlebih dahulu oleh Matatias: "Belum pernahlah lemah barangsiapa percaya kepada Tuhan ... Anak-anakku, hendaklah tetap bersifat jantan dan gagah berani untuk hukum Taurat" (2:61,64). Untuk membela hukum itu orang harus mengangkat senjata, juga pada hari Sabat (2:27,40-41; selebihnya Yudas digambarkan secara teliti mengikuti peraturan hukum Musa, 3:56, Ul. 20:5-8). Tanpa kepercayaan teguh akan perutusan ilahi mereka, kaum Makabe tidak akan kuat menghadapi dan mengubah jalannya sejarah. Sesuai dengan tradisi Alkitab (1Sam. 14:6), Yudas yakin bahwa kemenangan dalam peperangan tidak terletak dalam banyaknya pasukan, melainkan dari Surgalah datang kekuatan (3:19). Allahlah yang menentukan nasib bangsanya. Namun demikian, pengarang tidak menyelingi sejarahnya dengan kisah-kisah tindakan ajaib Allah (seperti dalam 2 Makabe). Pertolongan Allah yang diminta dalam doa-doa, terwujud dalam tindakan kepahlawanan kaum Makabe yang percaya dan setia.

Kitab 2 Makabe
Kitab ini berbeda dengan 1 Makabe, bukan hanya karena menceritakan periode yang jauh lebih singkat (hanya sampai kemenangan Yudas atas Nikanor tahun 161 SM), tetapi juga karena menceritakannya dengan agak lain. Misalnya, permulaan perlawanan oleh Matatias, ayah kaum Makabe (1Mak. 2), sama sekali tidak disinggung dalam 2 Makabe yang tampak tidak berminat akan dinasti Makabe. Sebaliknya, ketegangan intern dalam bangsa Yahudi yang hanya disinggung sepintas saja dalam 1Mak. 1:11-15 (padahal menjadi sebab utama masa krisis) diuraikan panjang lebar dalam 2Mak. 3-4. Juga para martir yang kurang dihargai dalam 1 Makabe menjadi perhatian utama dalam 2Mak. 6-7.[6]

a)      Kisah perjuangan untuk Bait Allah
Garis besar kitab 2 Makabe adalah sebagai berikut. Kisah diawali dengan dua surat yang mengajak orang Yahudi di Mesir untuk merayakan penahiran Bait Allah (pasal 1-2). Lalu diceritakan tentang tiga serangan utama terhadap Bait Allah : oleh Heliodorus, oleh Raja Antiokhus Epifanes, dan oleh Nikanor (2Mak. 3; 4:1-10:8; 10:9-15:39). Semua serangan itu digagalkan oleh Allah, dua yang terakhir melalui tindakan Yudas, yang mana menjadi dasar dua perayaan tahunan. Dari susunan ini jelaslah bahwa Bait Allah menjadi perhatian sentral pengarang kitab ini.
Dua surat dan kata pendahuluan. Surat pertama (1:1-9) berasal dari orang-orang Yahudi di Yerusalem yang mengajak orang-orang Yahudi di Mesir untuk setiap tahun turut merayakan penahiran Bait Allah (pesta Hanuka). Ajakan tersebut diperkuat dan diberi alasan tambahan dalam surat kedua dari penduduk Yerusalem kepada Aristobulus dan orang-orang Yahudi lainnya di Mesir (1:10-2:18). Kedua surat ini memberi kesan bahwa kisah yang menyusul disusun secara khusus untuk pesta Hanuka, untuk memberi makna kepada perayaan penahiran Bait Suci itu. Minat besar akan penahiran Bait Suci juga tampak dalam kata pendahuluan penyusun kitab (2:19-32) yang menjelaskan bagaimana ia meringkas sebuah karya dari Yason yang terdiri dari lima jilid.
Heliodorus. Setelah Simon, seseorang yang bukan keturunan imam, gagal menggeser imam besar Onias, ia berbohong kepada raja tentang besarnya harta Bait Suci. Maka, Raja Siria mengirim Heliodorus untuk menyita harta tersebut. Namun, ketika Heliodorus memasuki Bait Allah, ia diserbu oleh kuda dan dua pemuda surgawi sehingga Bait Allah tidak jadi dinajiskan (2 Mak. 3). Kisah mukjizat ini menyajikan semacam pertunjukan pendahuluan (preview) tentang dua serangan terhadap Bait Allah yang akan menyusul. Akarnya selalu keretakan di dalam bangsa Yahudi sendiri: salah satu pihak mencari dukungan raja Siria, yang lantas campur tangan sehingga timbul bahaya penajisan Bait Suci. Penajisan itu dicegah oleh intervensi ilahi. Intervensi ilahi pada dua serangan berikut bukanlah melalui peristiwa adikodrati seperti di sini, tetapi melalui gerakan Yudas Makabe.
Antiokhus IV Epifanes. 2 Mak. 4 amat melengkapi 1 Makabe karena dengan lebih rinci menggambarkan ketegangan intern bangsa Yahudi, khususnya berkaitan dengan jabatan imam besar. Sementara Simon masih berkomplot melawan Imam Besar Onias, Yason, saudara Onias, sempat merebut jabatan itu dengan menjanjikan banyak uang kepada raja dan perwujudan program helenisasi di Yerusalem (4:1-20). Keadaan yang sudah buruk di mata pengarang itu lebih diperburuk lagi ketika beberapa tahun kemudian seorang saudara dari Simon, yaitu Menelaus, juga bukan keturunan imam (!), mendapat jabatan imam besar dengan menjanjikan lebih banyak uang kepada raja. Ia akhirnya harus memenuhi janjinya itu dengan menjual perkakas Bait Suci (4:23-50).
Kembali dari Mesir, Raja Antiokhus secara kejam menaklukkan segala perlawanan di Yerusalem, menajiskan Bait Suci dengan diantar keliling oleh Menelaus sendiri, dan merampas perabot suci (5:11-20). Pengarang menjelaskan bahwa kali ini Allah tidak menghalangi penajisan itu karena banyaknya dosa penduduk Yerusalem (5:17-18). Namun, sebagai titik pengharapan, untuk pertama kalinya disebut nama Yudas (5:27).
Penajisan Bait Suci mencapai puncaknya dalam 6:1-9. Raja Antiokhus yang memaksa bangsa Yahudi untuk mengingkari hukum Taurat, mengalihkan ibadat dalam Bait Allah kepada dewa Yunani, Zeus. Pada puncak penajisan ini, perhatian kisah secara dramatis diarahkan kepada para martir: dua ibu yang menyunatkan anak-anaknya, banyak orang yang merayakan hari Sabat, serta Eleazar dan tujuh orang bersaudara beserta ibu mereka yang menolak makanan yang haram; semuanya dibunuh secara kejam (6:10-7:42). Malapetaka itu di satu pihak dipandang sebagai hukuman dari Allah demi perbaikan bangsanya (6:12-17) dan di lain pihak juga digambarkan sebagai jalan menuju kebangkitan bagi para martir sendiri (pasal 7).
Di tengah siksaan ini bangkitlah Yudas Makabe. Dengan 6.000 ribu pasukan ia mengalahkan Nikanor dan beberapa panglima Siria (2Mak. 8). Penjelasan mengapa Allah kini membela bangsanya, diletakkan dalam mulut Nikanor ketika ia melarikan diri: sebab mereka menuruti segala hukum yang ditetapkan Allah (8:36).
Penyakit yang akan membawa kematian raja sebelum penahiran Bait Suci (berbeda dengan 1Mak. 6), menurut 2Mak. 9, oleh raja diterima sebagai cambuk ilahi (ayat 11). Diceritakan bahkan ia mau menyatakan Yerusalem merdeka (ayat 14) dan mau masuk agama Yahudi (ayat 17). Ia pun menulis sebuah surat kepada orang-orang Yahudi (ay. 18-29).
Puncak kisah mengenai Antiokhus ini adalah penahiran Bait Allah dan penetapan pesta Hanuka. Perayaan selama delapan hari itu dilukiskan agak rinci agar dapat dirayakan demikian juga oleh seluruh bangsa Yahudi setiap tahun (10:1-9).
Nikanor. Kisah tentang serangan ketiga terhadap Bait Allah oleh Nikanor diawali dengan laporan panjang tentang sejumlah kemenangan Yudas atas musuhnya (2Mak. 10:14-11:13). Beberapa surat dari pihak Lisias, Raja Antiokhus V, dan Roma menegaskan bahwa bangsa Yahudi boleh hidup menurut hukumnya sendiri (11:16-32), namun kenyataannya lain. Mereka tidak dibiarkan hidup dengan tenteram, sehingga Yudas harus terus bertindak melawan berbagai musuh (pasal 12-13).
Tiga tahun kemudian keadaan memburuk. Raja baru, Demetrius, mengangkat imam besar baru, Alkimus, yang menuduh Yudas di hadapan raja (14:1-11). Karena hasutan Alkimus dan desakan raja, Nikanor menuntut supaya Yudas diserahkan kepadanya dengan ancaman, "Bait Allah ini akan kuratakan dengan tanah dan ... di tempatnya akan kudirikan sebuah kuil yang elok untuk Dionisius" (14:33). Namun, ancaman yang paling berat terhadap Bait Allah ini dicegah oleh "Dia yang memelihara kesucian Tempat-Nya sendiri" (15:34) melalui kemenangan mutlak Yudas atas Nikanor yang tewas (15:1-36). Juga kemenangan ini dilestarikan dalam penegakan pesta tahunan, pada hari ketiga belas bulan Adar. Di sinilah pengarang mengakhiri kisahnya dengan sebuah kata penutup yang menyenangkan.

b)     Maksud 2 Makabe dan pandangan teologisnya
Dari susunan kisah dan dua surat yang mengawalinya jelas bahwa perhatian utama 2 Makabe bukanlah dinasti Makabe, melainkan nasib Bait Allah di Yerusalem. Allah yang berada bersama umat-Nya dalam Bait Suci berulang kali melindungi Bait itu terhadap ancaman musuh. Orang Yahudi di Mesir diajak untuk mengakui satu-satunya Bait Allah yang sah di Yerusalem, dengan setiap tahun merayakan penahirannya.[7]
Bait Allah itu ada demi bangsa dan bukan sebaliknya (5:19). Bait yang melambangkan pilihan Allah atas bangsa Yahudi mengambil bagian dalam nasib bangsa. Dan, nasib bangsa itu dikaitkan dengan sikap bangsa terhadap hukum Taurat. Bait dilindungi terhadap serangan Heliodorus ketika "hukum Taurat ditepati dengan sebaik-baiknya berkat Imam Besar Onias yang bertakwa..." (3:1). Akan tetapi, ketika penduduk Yerusalem "terseret oleh banyak dosa", Allah membiarkan saja Antiokhus menajiskan Bait-Nya (5:18; bdk. 4:17; 7:18; 10:4; 12:40). Malapetaka dan siksaan pada waktu itu dimaksudkan untuk memperbaiki bangsa (6:12;7:33). Kalau nasib Bait Allah kemudian berbalik, anugerah Allah itu sebagian dikaitkan dengan tindakan keberanian Yudas (yang digambarkan sebagai pemimpin golongan yang saleh dan setia, 5:27; 14:6), tetapi juga tidak lepas dari doa, tobat dan kesetiaan bangsa (3:22;8:2-5,36; 15:1-5), dan dari darah para martir yang dengan ketaatannya melunakkan murka Tuhan (7:38; 8:4). Allah bahkan mengirim bala tentara surgawi untuk membantu orang-orangnya (10:29-31; 11:6-11; seperti dalam 3:23-30).
Dalam pandangan teologis ini, 2 Makabe mengambil posisi tengah di antara 1 Makabe (yang begitu menekankan penyelamatan Allah melalui tindakan kepahlawanan orang-orang pilihannya, wangsa Makabe) dan di lain pihak, kitab Daniel (yang sama sekali mengabaikan perjuangan manusia dengan senjata dan semata-mata mengharapkan intervensi Allah untuk menolong umat-Nya yang setia). Perbedaan tajam antara 1 & 2 Makabe ialah dalam 2 Makabe, Yudas berjuang untuk ketahiran Bait Allah, sedangkan dalam 1 Makabe seluruh wangsa Makabe berjuang untuk kemerdekaan bangsa Israel di bawah kekuasaan wangsa itu sendiri, yang kemudian dikenal sebagai wangsa Hasmone.*** (Prof. Dr. Martin Harun, OFM)


[1]Harun, Memahami Kitab Makabe, halaman 36-55, cat. 1. Bdk Harrington, Maccabean Revolt, pp. 109-123.
[2]Kata Makkabaios aslinya julukan untuk Yudas saja (1Mak. 2:4; 2Mak. 2:19), tetapi kemudian dipakai untuk seluruh keluarga. Artinya mungkin "palu" (pemukul musuh), mungkin juga berasal dari kata Ibrani maqqabyahu, yang artinya "ditunjuk oleh Tuhan".
[3]Kitab 1 Makabe yang hanya tersimpan dalam bahasa Yunani tampak merupakan terjemahan kaku dari sebuah teks Ibrani yang kini hilang. Pengarangnya tampak sebagai orang Yahudi yang mengagumi dinasti Makabe/Hasmone, mengenal dengan baik geografi Palestina, menguasai gaya penulisan sejarah Alkitab, dan mempunyai akses kepada sumber-sumber resmi (14:49; kiranya kronik kerajaan Siria, sebuah riwayat Yudas, dan kronik imam besar Yonatan serta Simon, dll.).
[4]Harrington, Maccabean Revolt, p. 57.
[5]Harold Attridge, 1986, "Jewish Historiography", in: Early Judaism and its Interpreters, ed. R.A. Kraft and G.W. Nickelsburg, Philadelphia: Fortress, p. 318.
[6]2 Makabe tampak disusun langsung dalam bahasa Yunani, sebagai ringkasan atas lima jilid tulisan karya Yason, orang Kirene (2:23). Peringkasan itu mungkin dilakukan bertepatan waktu dengan penulisan surat pengantar pertama yang bertanggal tahun 124 SM (1:9). Penulisnya barangkali seorang Yahudi di Mesir (Aleksandria) yang akrab dengan semangat kaum Mursid (Hasidim, kemudian Farisi dan Eseni). Berbeda dengan 1 Makabe yang dikarang dengan gaya penulisan sejarah biblis, 2 Makabe dalam banyak hal mendekati gaya tulisan sejarah Yunani klasik.
[7]Kitab ini mungkin berpolemik melawan sebuah Bait Suci tandingan di Leontopolis, Mesir.