Social Icons

ADAKAH YANG SALAH DENGAN UCAPAN "HAPPY EASTER"?


Dalam suasana Paskah ini, kita dikejutkan dengan pernyataan bahwa "Easter" adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus. Beberapa orang langsung mengganti ucapan mereka menjadi "Happy Passover". Mengapa bisa terjadi demikian?

Rupanya mereka yang membuat "heboh" mengaitkan kata "Easter" dengan kata "Ishtar". Ishtar adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus. Siapakah Tamus? Salah satu anak Nuh bernama Ham. Ham memiliki seorang anak bernama Kush. kush menikah dengan seorang perempuan yang bernama Semiramis. Kush dan Semiramis memiliki seorang anak laki-laki bernama Nimrod (Kej 10:8-10). Nimrod dalam bahasa Ibrani berarti 'pemberontak'. Nimrod adalah pencipta sistem Babilonia di mana ia menciptakan tatanan pemerintahan dan hukum dasar perdagangan ekonomi. Nimrod adalah orang pertama yang memperkenalkan penyembahan setan. Nimrod bersetubuh dengan ibu kandungnya sendiri yaitu Semiramis. Sang ibu kemudian hamil dan melahirkan anak bernama Tamus. Ketika Nimrod meninggal, Semiramis mendoktrinasi pengikutnya bahwa Nimrod telah naik ke tahtanya di matahari dan harus dipuja sebagai Baal yaitu sang dewa matahari. Semiramis sendiri menyatakan bahwa ia datang di Bumi melalui peristiwa di mana ia turun dari bulan dan 'mendarat' di sungai Efrat ( Irak). Peristiwa ini dinamai Ishtar Easter. Nimrod yang dipuja sebagai dewa matahari, Semiramis dipuja orang sebagai dewa bulan, Tamus disembah dengan gelar Ratu Surga (Yer 7:18 dan Yer 44:17-25). Dan mereka berargumen bahwa pada Alkitab bahasa inggris, kata "Paskah" diterjemahkan sebagai "Passover" bukan "Easter" (Mat 26:17-19).

Bagaimana sebenarnya duduk persoalannya? Memang ada orang yang menduga bahwa Easter berasal dari nama Dewi Isthar (dari Sumeria) atau Dewi Eostre/Astarte (dari Teutonik). Memang sekilas bunyinya mirip, seperti halnya juga, bahwa besar kemungkinan kata “Easter” berakar dari kata “Eostur”, yang berarti “musim kebangkitan” (season of rising) yang mengacu kepada musim semi. Maka kata “Easter” digunakan di Inggris, “Eastur” di Bahasa Jerman kuno, sebagai kata lain musim semi. Sedang di negara-negara lain, digunakan istilah yang berbeda: “Pascha” (bagi Latin dan Yunani), ” Pasqua” (Italia), “Pascua” (Spanyol), “Paschen” (Belanda), …dan seterusnya, yang semua berasal dari kata Ibrani (“Pesach”) yang artinya “Passover”.

Jika kita melihat kepada Bahasa Jerman, kata "Ostern" (yang artinya Easter) berasal dari kata "Ost" (east atau terbitnya matahari), dan berasal dari bentuk kata Teutonik yaitu "erster" (artinya yang pertama/first) dan "stehen" (artinya berdiri/stand) yang kemudian menjadi ‘erstehen’ (bentuk kuno dari kata kebangkitan/ resurrection), yang kemudian menjadi ‘auferstehen’ (kata kebangkitan dalam Bahasa Jerman sekarang). Jadi kata Ester/Eostur dalam Bahasa Inggris yang berubah menjadi Easter, adalah setara dengan kata Oster dalam bahasa Jerman yang kemudian menjadi Ostern.

Dengan demikian bukan berarti karena sebutan Easter mirip dengan Isthar atau Eostre, maka ucapan “Happy Easter” berkaitan dengan penyembahan berhala. Sebab bagi umat Katolik, perayaan Easter/Pascha/Paska itu bersumber dari penggenapan nubuat Perjanjian Lama di dalam kurban salib Kristus yang memberikan buah kebangkitan. Jangan lupa bahwa sedikit banyak nama hari-hari dalam Bahasa Inggris semua dapat dihubungkan dengan asal-usul pagan. Sebab Sunday, berkaitan dengan matahari (Sun), Monday, dengan bulan (moon), Tuesday dengan Dewa Tiu, Wednesday dengan Dewa Woden, Thursday dengan Dewa Thor, Friday dengan Freya, Saturday dengan Saturnus. Jadi jika mau konsisten, sebaiknya mereka yang menolak menyebut Easter, juga menolak semua nama hari dalam Bahasa Inggris yang kedengarannya juga berbau pagan.

Mungkin menarik untuk diketahui bahwa William Tyndale (1494-1536), seorang tokoh pemimpin Protestan, ahli dan penerjemah Kitab Suci yang terkenal, adalah yang pertama kali memasukkan kata “Easter” di dalam Kitab Suci terjemahan Bahasa Inggris, dan bersamaan dengan itu ia juga menyebutkan kata Passover. Jadi penggunaan kata “Easter” itu bukan ‘penemuan’ Gereja Katolik.

Selanjutnya perlu diketahui bahwa secara prinsip, Gereja menguduskan hal-hal yang dulunya mengacu kepada pagan, dengan memberi makna baru dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Seperti bangunan gereja-gereja pada abad-abad pertama yang tidak mereka bangun sendiri, melainkan dulunya bekas kuil-kuil pagan yang sudah ditinggalkan, lalu dirombak dan disesuaikan dengan prinsip dan kebutuhan ibadah Kristiani, dan dipersembahkan kepada Kristus.

Dengan demikian, tidak perlulah kita "heboh" jika menggunakan kata “Easter”, karena bagi kita umat Katolik kata itu tidak mengacu kepada Isthar, tetapi kepada “Eostur”, “erster-stehen/ erstehen” yang artinya mengacu kepada kebangkitan, yaitu Kebangkitan Kristus. Jangan lupa bahwa Kitab Suci menyebutkan tanda kelahiran Kristus dengan bintang di timur (Mat 2:2,9) sehingga makna Terang di Timur (East) memperoleh makna yang baru dan sempurna, setelah kelahiran dan terutama Kebangkitan Kristus.


Sumber : katolisitas