Dugaan bahwa orang-orang Majus itu
adalah para astrolog Persia ditunjang oleh fakta berikut. Jika kita
menyimak seluruh Injil Matius, kentara sekali bahwa Matius tentunya
memiliki Kitab Suci Ibrani di benaknya. Dalam hal mengungkapkan jati
diri orang-orang majus, Matius pasti teringat seorang penglihat yang
bernama Bileam. Bileam telah menyanggupi keinginan seorang raja kafir
untuk mengutuk umat Israel, tetapi seekor keledai yang dapat berbicara
dan seorang malaikat dengan pedang terhunus telah mengubah pikirannya
(Bil 22:22-35). Dia memberkati Israel dan meramalkan bahwa “sebuah
bintang akan terbit dari Yakub (Bil 24:17). Dengan Bileam dan nubuatnya,
Matius mengaitkan bintang dengan penglihatnya, yaitu orang-orang Majus.
Dan secara tidak langsung, Matius mengungkapkan bahwa orang-orang majus
adalah para astrolog dari dunia bukan Yahudi. Matius didukung oleh Philo
(20 SM-50 M), seorang ahli Yahudi diaspora yang berasal dari
Aleksandria. Philo menyebut Bileam sebagai seorang magos, yang
menguatkan kaitan antara penglihat kafir dan orang-orang majus.
Selain
itu, Matius juga pasti ingat nubuat dari Mzm 72:10-11 : "… kiranya
raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan;
kiranya raja-raja dari Sheba dan Seba menyampaikan upeti. Kiranya semua
raja sujud menyembah kepada-Nya, dan segala bangsa menjadi hamba-Nya!".
Yesaya juga menubuatkan persembahan-persembahan: “Sejumlah besar unta
akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua
akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta
memberitakan perbuatan masyhur TUHAN” (Yes 60:6). Oleh karena itu,
banyak orang menampilkan mereka sebagai raja, dan menyatakan bahwa
mereka ada tiga karena ada tiga berdasarkan kawasan mereka berasal dan
pemberian mereka kepada bayi Yesus.
Namun sebenarnya
tradisi awal Gereja tidak secara konsisten menyebutkan demikian. Memang
para Bapa Gereja Barat, seperti Origenes, Santo Leo Agung dan Santo
Maksimus dari Turin, menyatakan ada tiga orang majus. Namun pada karya
seni Kristen di Roma yang ada di kuburan Santo Petrus dan Santo
Marselinus menggambarkan dua orang majus, sedangkan di kuburan Santa
Domitila, empat orang majus dan dalam tradisi Gereja Timur, beragam
jumlahnya.
Tiga orang majus yang sekarang ini dikenal
dalam Gereja Katolik Roma berasal dari tradisi sejak abad 7. Mereka
diberi nama Melkior, Kaspar dan Baltasar. Santo Bede (735) menulis
tentang hal ini dalam Excerpta et Collectanea, "Orang majus adalah
mereka yang memberikan persembahan-persembahan kepada Allah. Yang
pertama dikatakan bernama Melkior, seorang yang tua dengan rambut putih
dan jenggot yang panjang… yang mempersembahkan emas kepada Tuhan sebagai
raja. Yang kedua bernama Kaspar, muda dan tidak berjenggot,
berbintik-bintik kemerahan… dengan persembahan kemenyan, persembahan
yang ditujukan kepada Sang Ilahi. Yang ketiga, berkulit hitam dan
berjenggot lebat, bernama Baltasar… dengan persembahan mur yang menandai
bahwa Anak Manusia itu yang akan wafat". Sedangkan menurut Gereja Timur
nama mereka beragam. Misal: Hor, Karsudan, Basanater (Ethiopia).
Kagpha, Badadakharida, Badadilma (Armenia). Larvandad, Gusnasaph,
Hormisdas (Siria). Menurut tradisi Gereja Siria di Irak, jumlah mereka
dua belas. Mereka terbagi dalam tiga kelompok berdasarkan persembahan
yang dibawa. Emas dibawa Arvandid bin Artiban, Hormsad bin Satros,
Gusnasab bin Gunafar, Arshak bin Makrus. Mur dibawa Zarandar bin Warzud,
Akreho bin Kesro, Arbachas bin Kolite, Ashtankakodon bin Shesran.
Kemenyan dibawa Mahros bin Kohram, Aksherosh bin Kashan, Sadlak bin
Baldan, Marodak bin Bildad.
Suatu kutipan dari penanggalan
para kudus abad pertengahan yang dicetak di Cologne, Jerman, mencatat
tanggal pesta ketiga orang majus tersebut. Kutipan itu berbunyi,
“Setelah mengalami banyak pencobaan dan kelelahan demi Injil, ketiga
orang bijaksana tersebut bertemu di Sewa, Sebaste, Armenia, pada tahun
54 untuk merayakan Natal. Kemudian, setelah Perayaan Misa, mereka wafat:
Santo Melkior pada tanggal 1 Januari, dalam usia 116 tahun; Santo
Baltasar pada tanggal 6 Januari, dalam usia 112 tahun; dan Santo Kaspar
pada tanggal 11 Januari, dalam usia 109 tahun”. Martirologi Romawi juga
mencatat tanggal-tanggal di atas sebagai pesta masing-masing majus.
Kebanyakan
para Bapa Gereja menyatakan orang-orang majus berasal dari Persia.
Dalam salah satu gereja di Betlehem ada mozaik yang menggambarkan
orang-orang majus dengan pakaian Persia. Berkat gambar mozaik itu,
gereja tersebut luput dari pembakaran dan penghancuran orang-orang
Persia yang membumihanguskan Betlehem sekitar tahun 614. Tetapi ada juga
yang berpendapat orang-orang majus berasal dari Babilonia/Babel karena
orang-orang Babel dikenal sebagai ahli bintang ketika orang-orang Yahudi
dibuang ke Babel. Ada pula pendapat tertua yang mengatakan bahwa
orang-orang majus berasal dari padang gurun Arab karena Perjanjian Lama
sering menyebut orang-orang yang datang dari gurun Arab dengan
orang-orang dari Timur dan bawaan orang-orang majus (emas, mur,
kemenyan) merupakan jenis-jenis hadiah yang sering dihubungkan dengan
barang bawaan unta dari daerah Midian, sebelah barat daya Arab (bdk Yes
60:6; Mzm 72:15). Malahan ada yang mengaitkan mereka mewakili tiga ras
utama umat manusia, yakni ras Sem, Ham dan Yafet (Kej 10:1-32).
Akhir
kata, meskipun sebagian misteri tentang jati diri orang-orang majus
tetap tak terungkap, Gereja menghormati sembah sujud mereka kepada bayi
Yesus. Konsili Trente, ketika menekankan penghormatan yang patut
diberikan kepada Ekaristi Kudus memaklumkan, “Umat beriman Kristus
menghormati Sakramen Mahakudus ini dengan penyembahan latria yang
diperuntukkan bagi Allah yang benar. Sebab dalam sakramen ini kita
percaya bahwa Allah yang sama hadir, yang diutus Bapa yang kekal ke
dalam dunia dengan mengatakan, `Biarlah segenap malaikat Allah
menyembah-Nya.' Dialah Allah yang sama yang para majus sujud menyembah,
dan akhirnya, Allah yang sama yang dipuja para rasul di Galilea seperti
dicatat dalam Kitab Suci” (Dekrit tentang Sakramen Mahakudus, 5).
Dengan
merayakan Hari Raya Natal dan Hari Raya Penampakan Tuhan, kita pun
patut sadar akan kewajiban kita untuk bersembah sujud kepada Kristus
melalui doa, sembah bakti, dan perbuatan-perbuatan baik serta kurban.
Santo Gregorius Nazianze (wafat 389) menyampaikan khotbahnya, “Marilah
kita tinggal dalam sembah sujud; dan kepada Dia, yang, guna
menyelamatkan kita, merendahkan Diri hingga ke tingkat kemiskinan yang
begitu rupa dengan menerima tubuh kita, marilah kita mempersembahkan
tidak hanya kemenyan, emas dan mur…, melainkan juga
persembahan-persembahan rohani, yang lebih luhur daripada yang dapat
dilihat dengan mata” (Oratio, 19).
Referensi :
• Rahasia di Balik Kisah Natal – Surip Stanislaus, OFMCap.
• Palungan menyingkap kisah kelahiran – Joseph F. Kelly