Social Icons

APAKAH SANTO YOHANES RASUL ADALAH PENGARANG INJIL YOHANES?

Setiap tanggal 27 Desember Gereja Katolik merayakan Pesta Santo Yohanes, rasul dan pengarang Injil. Lalu siapakah dia sebenarnya? Santo Ireneus (sekitar tahun 200) memberitahukan bahwa Injil ke-4 berasal dari Yohanes, murid yang bersandar pada dada Yesus pada malam Perjamuan Terakhir. Ireneus juga menyebutkan Efesus sebagai tempat penulisannya. Di situ Yohanes hidup sampai masa pemerintahan Kaisar Trayanus (sekitar tahun 98). Karena sewaktu kecil Ireneus telah mengenal Santo Polikarpus, Uskup Smirna dan salah seorang murid Yohanes, maka pernyataan Ireneus ini dapat diterima. Tradisi tersebut sudah tersebar luas dalam abad kedua dan ketiga.

Dalam Injil Yohanes kita dapat menemukan petunjuk yang mendukung tradisi ini. Di dalamnya terdapat ciri-ciri khas yang menunjukkan bahwa pengarangnya seorang Yahudi dari Palestina dan seorang saksi mata kehidupan Yesus. Hanya seseorang yang kenal betul wilayah Palestina yang dapat mengetahui dengan pasti tempat-tempat seperti Betania (11:18), Getsemani (18:1), dan serambi Salomo dalam Bait Allah (10:23). Yohanes mengenal baik tempat-tempat dalam kehidupan Yesus yang tidak disebutkan dalam Injil Sinoptik (Mat, Mrk, Luk) : Kolam Betesda (5:2), Kolam Siloam (9:7), Listostrotos (19:13).


Pengarang Injil Yohanes pun mengenal hal-hal yang bersifat Yahudi seperti hari-hari raya (6:4;7:2;10:22), kutipan Perjanjian Lama serta ungkapan Aram yang lazim dalam Injil Sinoptik. Karena saksi mata, maka pengarang mengetahui tokoh-tokoh dalam karya Yesus yang tidak disebutkan oleh pengarang Injil Sinoptik, umpamanya Natanael, Nikodemus, Lazarus, dan Markus. Dalam uraiannya, dia menyebutkan perincian yang teliti. Umpamanya 6 tempayan air di Kana (2:6), jarak yang tepat (6:19), tenunan jubah Yesus (19:23). Hal ini menunjukka nama-nama dan perincian-perincian tersebut sejalan dengan tradisi (berita lisan) mengenai Yohanes sebagai pengarang.

Dapat dipastikan bahwa Yohanes, anak Zebedeus dan murid terkasih (21:24) menjadi sumber tradisi mengenai Yesus yang disajikan dalam Injil keempat. Tetapi tidak berarti ia sendiri menuliskannya dalam Bahasa Yunani. Besar kemungkinannya bahwa bab 21 ditulis setelah kematiannya. Yohanes kiranya sudah mewartakan (atau tepatnya menuliskan) kisah-kisahnya dalam Bahasa Aram. Dan salah satu muridnya menerjemahkannya serta menuliskannya dalam Bahasa Yunani. Hal ini terlihat dalam Injil Yohanes bahwa ungkapan Yunani tertentu menunjukkan suatu dasar Aram yang kuat, baik lisan maupun tertulis.

Bila kita dengan cermat memeriksa Injil Yohanes, maka kita dapat menemukan tanda adanya penyusunan naskah. Sebagai contoh, terdapat 2 penutup untuk bagian pertama Injil Yohanes, dalam bab 10 dan dalam bab 12; terdapat 2 penutup untuk bagian kedua Injil Yohanes, dalam bab 20 dan dalam bab 21. Juga ada beberapa pengajaran yang nampak diberitakan 2 kali. Kemungkinan besar, ini disebabkan oleh seorang muridnya. Ia mendengar Yohanes berkisah dalam dua cara dan dua kesempatan yang sedikit saling berbeda. Karena tidak menghendaki perbedaan yang kecil namun berharga ini hilang dari Injil, maka ia tetap memasukkannya dalam Injil. Penyelipan bagian-bagian kisah yang mengacaukan urutan (seperti yang nampak dalam Kotbah tentang Akhir Zaman), kemungkinan besar karya seorang murid, yang mendengar Yohanes menceritakan suatu kisah, tapi tidak tahu dengan tepat kapan atau di mana kisah itu terjadi dalam kehidupan Yesus.
Susunan Injil Yohanes yang terlihat "loncat-loncat" ini menimbulkan kesan bahwa perumusan Injil Yohanes seperti yang kita punyai sekarang tidak sekali jadi. Artinya soal penulis merupakan soal redaksi. Penulis bukan hanya satu orang, melainkan beberapa penulis dalam tahapan. Penulisnya tidak menyebut nama tetapi menyembunyikan diri dalam sebutan "murid yang terkasih". Hal ini mengindikasikan ada wibawa tertentu yang mendasari tulisan ini (13:23;19:26;20:2;bdk 1:35-39;18:15). Tetapi harus diakui pada masa itu ada kecenderungan untuk tidak menerima Injil Yohanes dalam kanon Kitab Suci. Mengapa ? Karena diduga tulisan itu bukan dari Yohanes Rasul. Dengan berkembangnya ilmu tafsir Kitab Suci, sekarang orang lebih bisa mengerti mengapa Injil Yohanes dimasukkan ke dalam kanon Kitab Suci. Jadi, intinya kita harus membedakan antara sumber tulisan dan penulisnya. Dan kalau tulisan sudah diberi wibawa oleh sumbernya, asal tulisan itu mencerminkan apa yang ada dalam sumber, lalu siapa penulisnya tidak lagi menjadi masalah.