Social Icons

APAKAH INJIL LUKAS (DAN KISAH PARA RASUL) DITULIS OLEH LUKAS?


Sejak pertengahan abad kedua, tradisi - melalui Santo Ireneus – menyatakan bahwa penulis Injil Lukas memang bernama Lukas. Nama “Lukas” (Latin : Lucius) atau “Loukaios” (Latin : Lucianus) memang cukup lazim pada masa itu. Nama itu tiga kali disebut dalam Perjanjian Baru (Kol 4:14; Flm 1:24; 2 Tim 4:11). Dalam Kol 4:14 ia disebut tabib dan sahabat Paulus, sedangkan dalam Flm 1:24 ia disebut teman sekerja Paulus. Tetapi apakah Lukas, teman Paulus tersebut, yang menulis Injil Lukas (dan juga Kisah Para Rasul)? Kemungkinan besar penulis Injil Lukas benar-benar bernama Lukas karena sukar dipikirkan mengapa tradisi memberi nama itu jika memang tidak ada dasarnya. Tetapi ini tidak berarti serta-merta kita dapat berkesimpulan bahwa penulis Injil Lukas adalah Lukas, teman Paulus.


Tradisi kemungkinan besar mendasarkan keyakinannya berdasarkan “data” pada Kisah Para Rasul. Penulis Luk dan Kis pastilah orang yang sama. Dalam Kis, berulang kali digunakan kata “kami” ketika sang penulis menceritakan segala sesuatu mengenai perjalanan Paulus dan rombongannya (Kis 16:10; 20:5; 21:1; 27:1; 11:28). Jika keterangan ini diperhatikan bersama dengan petunjuk dalam Kol dan Flm, ternyata teman-teman Paulus yang lain tidak ikut serta di manapun rombongan itu berada. Artinya, tinggal seorang yang tidak disebut namanya yang menemani Paulus, yang berdasarkan Kol dan Flm seharusnya bernama Lukas. Tetapi tetap saja tidak jelas apakah penulis Kisah Para Rasul adalah benar-benar seorang dari mereka yang ikut dalam perjalanan Paulus. Beberapa penilitian yang dilakukan para ahli Kitab suci belakangan ini cukup membuktikan bahwa penulis Kisah Para Rasul (dan Injil Lukas) tidak mungkin teman seperjalanan dan sekerja Paulus. Jadi, sampai saat ini kita tidak tahu banyak tentang penulis Injil Lukas (dan Kisah Para Rasul) meski agaknya benar bernama Lukas.

Dari “data” Kitab Suci, Lukas adalah seorang bukan Yahudi dan kiranya ia mendapat pendidikan Yunani yang cukup tinggi. Ia seorang Kristen generasi kedua, yang mahir dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan mempunyai minat besar terhadap tradisi Kristen dari masa lampau. Ia mahir menulis dalam Bahasa Yunani halus, bahasa sastrawan pada zamannya, seperti terlihat dalam Luk 1-4. Seni berceritanya sungguh-sungguh unggul di zamannya seperti misalnya perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk 15:11-32) atau Orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37).

Lukas menulis Injilnya dengan mengambil bahan dari tradisi yang tersedia baginya. Paling tidak sebagian besar tradisi itu sudah tertulis. Banyak bahan yang terdapat dalam Luk tercantum juga entah dalam Mrk (dan Mat), entah Mat saja. Menjadi jelas bahwa Luk memakai tradisi yang dibukukan juga dalam Mat dan Mrk. Selain itu, Luk masih memanfaatkan tradisi-tradisi lain, entah lisan entah tertulis karena kira-kira 1/3 bahan Luk tidak terdapat dalam Mrk atau Mat. Dengan kata lain, dalam menyusun Injilnya Lukas terikat pada apa yang tersedia dan juga dengan bebas mengolah, menggarap, dan menyusun kembali bahannya sehingga cocok dengan selera, pandangan dan maksud tujuannya sendiri. Teristimewa bahan yang tercantum dalam Luk 1-2 memperlihatkan bahwa ia mendapat bahannya dari tradisi, agaknya bukan dari Maria, tetapi dengan leluasa mengolah dan menyusun tradisi itu menjadi suatu kisah yang tersusun rapi dan mengharukan. Luk 1-2 adalah sangat khas Lukas karena tidak ada jejaknya dalam karangan-karangan Perjanjian Baru lainnya.

Lukas melalui Injil Lukas dan Kisah Para Rasul mencoba menyusun “sejarah” kekeristenan, yang dimulai kehidupan Yesus (Injil Lukas) dan permulaan umat Kristen sampai Paulus tiba di Roma (Kisah Para Rasul). Namun “sejarah” yang ditulis Lukas bukanlah sejarah dalam arti melaporkan berbagai peristiwa yang telah terjadi. Bagaimana, di mana dan kapan semuanya itu terjadi tidak menjadi minatnya. Ia menulis Lukas dan Kisah Para Rasul agar (Teofilus dan) sidang pembacanya diperteguh iman kepercayaannya. (bdk Luk 1:4). Untuk maksud itu, ia memperlihatkan asal usul dan segala tentang iman kepercayaan itu di masa lampau. Ia mengumpulkan, menggarap dan menyusun bahannya, pewartaan umat terdahulu, sedemikian rupa, sehingga bermakna bagi iman kepercayaan sidang pembaca pada zamannya dan akhirnya kita pun mendapat manfaatnya. Ia bukan seorang sejarawan, tetapi seorang pewarta Kabar Baik Tuhan.

Kapan Injil Lukas ditulis? Berdasarkan kisah-kisah yang ditunjuk dalam Luk 1:1, kisah Paulus dalam penjara di Roma sekitar tahun 63, di masa pemerintahan Kaisar Nero (54-68) pada akhir Kisah Para Rasul, “cerita” tentang kehancuran kota Yerusalem (tahun 70) dalam Luk 19:43-44; 21:20-24 sebagai peristiwa yang telah lampau, dan tradisi yang ada, menjadi cukup jelas bahwa Injil Luk digubah menjelang akhir abad pertama, sekitar tahun 80.

Sidang pembaca Injil Lukas adalah suatu jemaat yang berbahasa Yunani dan mereka bukan keturunan Yahudi. Hal ini terlihat jelas dalam Injil Lukas yang tidak memuat kata-kata Yahudi (Ibrani dan Aram) kecuali kata “Amen”. Selain itu, ia banyak menyinggung hal-hal khusus di bidang Yunani yang dimengerti sidang pembacanya, seperti atap (Luk 5:19), makan sambil berbaring (Luk 7:36-38). Masalah-masalah tentang Hukum Taurat malahan tidak disinggung dalam Luk, tidak seperti Mat dan Mrk. Sidang pembaca Luk jelas sudah lepas sama sekali dari masyarakat Yahudi. Mereka secara keseluruhan adalah orang berkebangsaan dan berkebudayaan Yunani meski mereka masih ingat asal usul agamanya yang berasal dari bangsa Yahudi, umat Perjanjian Lama.