Social Icons

BELAJAR DARI PERJANJIAN LAMA, BAGAIMANA MENGAJARKAN KITAB SUCI PADA ANAK SEJAK DINI

Secara garis besar  tahap-tahap pengajaran formal perintah Taurat kepada anak-anak Israel dapat dibagi menjadi :
1. Pada umur 5 tahun :  Mempelajari Kitab Suci (tanggung jawab dan kewajiban setiap keluarga)
  • dimulai dengan membaca dan menuliskan 22 alfabet Ibrani
  • latihan-latihan menyusun kalimat
  • membaca potongan-potongan teks dari gulungan Kitab Suci
  • membaca gulungan Taurat yang utuh
2. Pada umur 6 tahun : Mendalami baca-tulis tentang Taurat (pendidikan sejak dini di sekolah)
  • Diajar baca-tulis dengan gulungan-gulungan kecil perkamen yang berisi: Shema (Ul 6:4-9; 11:13-21; Bil 15:37-41), Hallel (Mazmur puji-pujian dalam Mzm 113-118), Kisah Penciptaan (Kej 1-5), Hukum Upacara (Im 1-8).
  • Kitab pertama yang harus dibaca oleh anak-anak adalah Kitab Imamat karena perkenalan pertama anak-anak dengan hal-hal religius dimulai dengan peribadatan.
  • o    Seorang anak wajib memiliki ayat emas sehingga seorang anak mau tidak mau harus membaca seluruh Kitab Suci untuk menemukannya. Ketentuannya, ayat itu harus berawal dengan huruf pertama dari namanya dan berakhir dengan huruf terakhir dari namanya.
3. Pada umur 10 tahun : belajar Mishnah
4. Pada umur 12 atau 13 tahun : melaksanakan perintah Taurat
  • Anak harus bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan hukum Taurat sehingga disebut Anak Hukum Taurat.
  • pada hari Sabat paling dekat dengan hari ulang tahunnya yang ke-12 atau ke-13 ia harus hadir di rumah ibadat dan tampil ke mimbar dan menyampaikan salah satu tema yang sudah dipelajari dari hukum Taurat. Lalu ia diuji dengan berbagai pertanyaan. Kalau ia bisa menjawab dengan baik berarti ia lulus dan dinyatakan dewasa.
5. Pada umur 15 tahun : belajar Talmud
6. Pada umur 18 tahun : Perkawinan
7. Pada umur 20 tahun : Panggilan hidup
  • Melanjutkan lagi belajar seluruh Perjanjian Lama untuk menjadi rabi/guru.
Mengapa Shema harus diajarkan ?
  • Dasar : Karya istimewa Allah bagi bangsa Israel, yaitu : Peristiwa Eksodus dari Mesir dan masuknya ke Tanah Terjanji
  • Alasan : Kekayaan iman monoteis (TUHAN, Allah Israel, yang esa) dan perintah untuk mengasihi Allah merupakan karya penyelamatan yang harus dilestarikan lewat pengajaran kepada anak-anak mereka turun-temurun.

Apa yang dimaksud Shema ?
Shema Ibrani) berarti "mendengarkan". Sebutan ini diambil dari kata pertama Ul 6:4 : “Dengarlah...”. Shema berisi paham monoteis dan motivasi dasar pengakuan iman bangsa Israel.

Bagian-bagian Shema
Shema terdiri dari 3 bagian, yaitu :
Bagian pertama (Ul 6:4-9)
  • Kewajiban bangsa Israel untuk mengakui TUHAN, Allah mereka, yang esa.
  • Perintah untuk mengasihi Tuhan dan menjalankan ajaran-ajaran-Nya.
  • Tugas untuk mengajarkan Taurat kepada anak-anak mereka dan membicarakannya di setiap kesempatan.
  • Orang Israel harus memakai filakteria saat berdoa dan menaruh mezuzah di tiang pintu rumahnya dan di pintu gerbang agar selalu diingatkan akan Shema itu.
Bagian kedua (Ul 11:13-21)
  • Komitmen bangsa Israel untuk melaksanakan perintah-perintah TUHAN sebagai bukti kesetiaan.
  • Dalam komitmen itu tercermin keyakinan mereka : melaksanakan perintah Allah akan mendatangkan berkat, sebaliknya mengabaikan perintah-Nya akan mendatangkan murka dan hukuman.
  • Tugas untuk mengajarkan perintah-perintah Allah itu kepada anak-anak mereka.
Bagian ketiga (Bil 15:37-41)
  • Perintah untuk mengenakan Tzitzit (jumbai pada punca baju agar mereka selalu ingat akan perintah-perintah Allah dan kasih-Nya yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir.
Sarana Praktis Internalisasi Shema
Orang Yahudi harus mengucapkan Shema setiap pagi dan malam hari. Internalisasi Shema tidak cukup dengan pengajaran teoritis saja, tetapi juga harus dilakukan dengan cara-cara yang praktis, yaitu dengan memanfaatkan Filakteria dan Mezuzah.

Pendalaman Materi
Secara garis besar Ul 6:4-25 dapat dibagi menjadi 4 bagian :
Bagian 1 (Ul 6:4-9) : Pengertian Shema 
  • ayat 4 : pengakuan iman Israel bahwa TUHAN adalah Allah mereka dan TUHAN itu esa. (Kata “TUHAN” dengan huruf besar adalah terjemahan dari kata Ibrani Yahweh). Dengan demikian Yahweh adalah Allah satu-satunya dari bangsa Israel.
  • ayat 5 : Pengakuan monoteis itu menuntut pengabdian dan pemberian diri sepenuhnya dari bangsa Israel. Umat Allah dipanggil untuk mengasihi TUHAN, Allah mereka, dengan seluruh keberadaan dirinya, yaitu dengan segenap hati (lebab) yang merupakan pusat dari seluruh pikiran manusia, jiwa-nyawa (nefes) yang berkaitan dengan mental dan emosi, dan kekuatan yang berkaitan dengan daya tahan dan kedisiplinan diri (bdk. Ul 4:9,29; 10:12).
  • ayat 6 : Perintah untuk memperhatikan erat kaitannya dengan memasukkan ke pusat kehidupan batiniah/rohaniah seseorang. Dengan kata lain perintah itu harus diinternalisasikan dalam diri manusia. Ketaatan harus muncul dari hati sebagai jawaban kasih atas pengertian mendalam akan Allah yang sudah lebih dahulu mengasihi.
  • ayat 7 : Pengakuan iman menimbulkan kewajiban bagi orang Israel untuk mewariskan dan mengajarkan Shema dengan seksama kepada anak-anak mereka. Jadi, tanggung jawab untuk mengajarkan Shema mencakup lingkungan pendidikan formal (sekolah) maupun informal (keluarga). Shema harus diajarkan kepada anak-anak berulang-ulang supaya menyangkut aspek lahir batin. Artinya, pengajaran itu tidak sekedar untuk membantu anak-anak agar mengetahui, tetapi untuk membuat mereka mengerti dengan jelas dan memilikinya, sehingga dapat menghayati dan mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Karena itu, mereka harus mengajarkannya di setiap kesempatan.
  • ayat 8-9 : Shema itu harus diajarkan kepada anak-anak dengan sarana Filakteria dan Mezuzah. Filakteria adalah sebuah kotak kecil yang terbuat dari kulit. Kotak itu dipakai untuk menyimpan gulungan Shema (Ul 6:4-9; 11:13-21; Bil 15:37-41) dan teks-teks Kitab Suci lainnya, seperti Kel 13:1-16 dan Dekalog (Sepuluh Perintah Allah). Kotak itu diikatkan dengan tali pada dahi dan pergelangan tangan saat orang berdoa. Tujuannya agar orang selalu ingat akan pengakuan iman monoteisnya dan kewajiban mengasihi TUHAN, Allahnya. Mezuzah adalah tabung kecil berisi gulungan Shema atau lempengan bertuliskan Shema yang ditaruh pada tiang pintu rumah atau pintu gerbang. Tujuannya agar orang selalu ingat akan imannya kepada TUHAN, Allahnya, dan kewajiban mengasihi-Nya waktu pergi dari dan pulang ke rumah. Mezuzah yang ditaruh pada pintu gerbang tentunya merujuk pada pintu gerbang kota. Umumnya setiap kota memiliki pelataran yang luas di depan pintu gerbang sebagai tempat pertemuan warga kota. Karena itu, peletakan Mezuzah di pintu gerbang dan tiang pintu rumah kiranya menjadi tanda bahwa tanggungjawab untuk mengajarkan Shema bukan saja terbatas pada keluarga, tetapi juga menjadi tugas seluruh warga.
Bagian 2 (Ul 6:10-15) : Perintah untuk tidak melupakan TUHAN
  • ayat 10a : Masuk bangsa Israel ke tanah terjanji Kanaan adalah pemenuhan janji Allah kepada bapa leluhur mereka : Abraham, Ishak dan Yakub.
  • ayat 10b-11 : Di tanah Kanaan itu bangsa Israel akan memperoleh anugerah yang berupa kota-kota besar, rumah-rumah penuh harta, sumur-sumur, kebun-kebun anggur dan pohon-pohon zaitun (Ul 6:10-11). Mereka hidup makmur.
  • ayat 12 : Akan tetapi kemakmuran hidup dapat menimbulkan bahaya bahwa mereka akan melupakan TUHAN dan perintah-perintah-Nya. Karena itu, mereka diingatkan supaya kenikmatan hidup di tanah terjanji janganlah membuat umat Allah lupa akan kasih Allah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan bangsa Mesir (bdk. Hos 13:5-6; Ul 31:13-16; Ul 31:20).
  • ayat 13 : Agar bangsa Israel tidak melupakan TUHAN, Allah mereka, di tanah terjanji maka mereka diperingatkan : 1. harus takut akan TUHAN dengan kesiapsediaan untuk mengikuti perintah-perintah-Nya dan berjalan di jalan-jalan TUHAN (bdk. Ul 10:12-13); 2. harus beribadat kepada TUHAN dengan pelayanan. 3. harus bersumpah demi nama-Nya (TUHAN, Allah mereka) berarti komit untuk mentaati dan mengasihi-Nya sebagai wujud penyembahan yang benar.
  • ayat 14 : Karena itu, mereka diajak untuk menjauhkan diri dari ilah-ilah dari bangsa lain. TUHAN adalah Allah satu-satunya bangsa Israel yang harus mereka sembah. Perintah itu menuntut loyalitas eksklusif kepada TUHAN, Allah mereka.
  • ayat 15 : Ketidaktaatan kepada-Nya akan membuat TUHAN murka, sebab ketidaktaatan sama artinya dengan “mengembalikan bangsa Israel ke Mesir” (bdk. Ul 17:16). Kemurkaan TUHAN juga akan terjadi, sebab TUHAN, Allah mereka, adalah Allah yang cemburu (bdk. Ul 4:24). Kemurkaan TUHAN itulah yang akan mendatangkan kemusnahan umat Allah.
 Bagian 3 (Ul 6:16-19) : Perintah untuk tidak mencobai TUHAN
  • ayat 16 : Kemakmuran dan kenikmatan hidup juga bisa mendatangkan pemberontakan dan ketidakpercayaan kepada TUHAN, sehingga bangsa Israel diingatkan agar tidak mencobai TUHAN, Allah mereka seperti peristiwa di Masa (Kel 17:1-7; Bil 14:22). Muatan kata “mencobai” di sini dimaksudkan mencobai kesabaran-Nya dengan meragukan dan tidak mempercayai janji-janji-Nya untuk mengetahui apakah TUHAN akan bereaksi dan menghukum. Namun kata “mencobai” juga erat kaitannya dengan pemberontakan dan ketidaksetiaan pada peringatan-peringatan-Nya.
  • ayat 17 : Umat Allah diingatkan agar berpegang pada perintah, peringatan dan ketetapan TUHAN. Kata “perintah, peringatan dan ketetapan” merujuk pada hukum/peraturan/kesepakatan dalam perjanjian antara bangsa Israel dengan Allah.
  • ayat 18-19 : Agar memperoleh berkat, umat Allah juga diingatkan haruslah melakukan apa yang benar dan baik di mata TUHAN.  
Bagian 4 (Ul 6:20-25) : Perintah untuk mengajarkan peristiwa Eksodus/Keluaran
  • ayat 20-23 : memaparkan topik pendidikan keagamaan bagi anak-anak. Ketika anak-anak bertanya tentang latar belakang segala aturan yang harus mereka taati, sang ayah harus menceritakan seluruh sejarah penyelamatan Allah, khususnya peristiwa Eksodus dari Mesir. Peristiwa Eksodus dari Mesir dan masuknya ke tanah Kanaan terjanji merupakan dua karya istimewa Allah terhadap bangsa Israel yang dijadikan basis pendidikan nasional. Karena itu, perayaan Paskah yang mengenang kembali peristiwa Eksodus harus dipakai untuk mendidik anak-anak. Penceritaan ulang kisah Eksodus tidak sekedar agar anak-anak mengetahui (aspek kognitif), tetapi juga untuk membawa anak-anak masuk ke dalam pengalaman nenek moyang mereka. Jadi, penerusan warisan iman itu bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga soal pengalaman.
  • ayat 24-25 : Sejak dini orang-orang Israel sudah belajar memahami dan mengalami sejarah penyelamatan Allah yang diwariskan turun-temurun (aspek historis). Sebagai tanggapan atas karya penyelamatan Allah itu, mereka pun belajar untuk hidup dan berkelakuan yang pantas (aspek etis),. Dengan demikian penerusan warisan iman tidak hanya menyangkut dimensi pemahaman iman, tetapi harus menyangkut juga dimensi perwujudan iman yang diwujudnyatakan dalam kata, sikap dan tingkah laku.