Santo Yosef adalah seorang ”bisu”
bagi kebanyakan orang. Mengapa? Karena sangat sedikit ”data” pribadinya yang
dapat diketahui orang. Bahkan dalam Injil pun, tidak didapati satu patah kata
pun yang keluar dari mulutnya! Injil Matius dan Lukas hanya menampilkan Santo
Yosef ketika ia sudah bertunangan dengan Maria dan ketika Yesus masih
kanak-kanak. Setelah itu, kehidupannya mulai ”tersembunyi”. Tetapi, meskipun
kiranya kita sukar mengubur perannya dalam sejarah iman kita. Maka, marilah
kita mencoba ”mencari” dia dan memberi tempat dalam hidup kita melalui tulisan
singkat ini.
Santo Yosef dalam Terang Kitab Suci
Ada baiknya kita ”mencari”
Santo Yosef pertama-tama melalui sumber terpercaya, yaitu Kitab Suci. Maka
boleh diasumsikan bahwa Kitab Suci adalah buku yang ”cukup lengkap”
menceritakan tentang Santo Yosef. Miminal dari Kitab Suci, kita dapat mengetahui
siapa dia, apa statusnya, apa peranan yang dilakukannya dalam sejarah
keselamatan dan bagaimana dia menanggapi dan menghayati peran itu.
Injil Matius menampilkan Santo
Yosef sebagai orang yang tulus hati (Mat
1:19). Tulus hati tidak sama dengan baik hati. Tulus hati berarti menaati dan mengikuti
jalan Tuhan, menghormati karya Tuhan dan mau mengorbankan apapun untuk Tuhan.
Yusuf melakukan semuanya itu sehingga ia disebut tulus hati (bdk Mat 1:24). Dalam
Perjanjian Lama, sebutan ini tidak diberikan kepada Adam karena Adam melanggar
perintah Tuhan (Kej 3:1-24), tetapi diberikan kepada Nuh (Kej 6-10), Abraham
(Kej 12-35). Musa (Kel 2-40). Sedangkan dalam Perjanjian Baru, sebutan ini dikatakan
untuk orang seperti Simeon (Luk 2:25) atau Lazarus (Yoh 11). Maka tidaklah
mengherankan apabila Allah berkenan kepada Yosef untuk menjadikannya bapa asuh
dari Putera Allah yang dikandung dari Roh Kudus.
Pada bagian lain Injil Matius,
terungkap Santo Yosef sebagai seorang yang beriman kepada Tuhan
ketika dia harus mengambil keputusan berkaitan dengan Santa Maria yang sudah mengandung
sebelum mereka hidup bersama. Matius menulis : "Sesudah bangun dari tidurnya,
Yosef berbuat seperti yang diperintahkah malaikat kepadanya. Ia mengambil Maria
sebagai isterinya" (Mat 1:24). Ke-”bisu”-an Santo Yosef sekaligus menonjolkan
tindakannya bahwa ia seorang yang taat dan berserah diri pada Allah. Jika Santa
Maria taat dengan kata-kata penyerahan : "Aku ini hamba Tuhan, terjadilah
padaku menurut perkataanMu" (Luk 1:38) sehingga membuka kemungkinan bagi
Sang Sabda untuk menjelma ke dalam rahimnya, Santo Yosef taat karena ia ikut melancarkan
proses penjelmaan Sang Sabda menjadi manusia dan hidup-Nya di tengah
masyarakat. Sungguh harmonis, ia dan Maria taat dan bekerjasama sehingga Yesus
sungguh hadir menjadi manusia.
Dalam menyatakan ketaatannya
kepada rencana Allah itu, kiranya Santo Yosef mengalami pergulatan batin yang
tidak mudah. Ia harus berperang melawan harga diri dan emosi. Tetapi Santo Yosef
akhirnya dapat memutuskan bahwa kehendak Allah yang harus menjadi prioritasnya.
Ketaatannya itu diwujudkan dengan menerima Maria sebagai bukan hanya sebagai
tunangannya, tetapi sebagai isterinya. Dengan demikian, kesediaan Santo Yosef
itu menutupi "misteri" mengandungnya Santa Maria (Mat 1:20).
Selain itu, Santo Yosef mau menerima
bayi yang dikandung Maria, dan mengakui bayi itu sebagai anaknya secara hukum,
yaitu dengan memberi nama pada bayi itu. Tindakan memberi nama adalah tindakan
kebapaan yang mengakui anak itu sebagai anaknya. Artinya, Yosef mau memikul
tanggung jawab untuk mengurus dan mendidik anak itu. Meskipun secara biologis
Yosef bukanlah bapa dari Yesus, tetapi Yosef memberikan "garis
keturunannya" kepada Yesus. Juga secara sosial dan insani, Yosef ikut serta
mengasuh, menumbuhkembangkan dan mengasihi Yesus. Yosef menjadi bapa dari Yesus,
baik dari sudut emosional, sosial maupun hukum. Yosef menyertai Yesus pada
tahap-tahap awal hidup Yesus. Dengan kata lain, Yosef menjadi ayah Yesus secara
manusiawi. Masyarakat pun mengakui Yosef sebagai bapa Yesus (Luk 3:23; 4:22;
Yoh 6:42).
Santo Yosef dalam Ajaran Gereja
Sayang memang publikasi ajaran
Gereja mengenai Santo Yosef kurang gencar publikasinya. Untuk itu marilah kita
tinjau beberapa ajaran Gereja mengenai Santo Yosef.
Dalam dekrit Quemadmodum Deus yang dimaklumkan pada 8
Desember 1870, Paus Pius IX menetapkan Santo Yosef sebagai Pelindung Gereja dan
sekaligus mengangkat perayaan Santo Yosef, suami Santa Maria, tanggal 19 Maret,
dari tingkat Festum (Pesta) menjadi Sollemnitas (Hari Raya). Dasarnya adalah
Santo Yosef adalah seorang hamba Allah yang setia. Ia memelihara dan menjaga
keluarga Nazaret dalam untung dan malang. Doa dan kepengantaraannya dirasakan
Gereja dari waktu ke waktu.
Hampir setahun kemudian,
tepatnya 7 Juli 1871, Paus Pius IX mengeluarkan lagi dekrit baru tentang Santo
Yosef yang berjudul Inclytum Patriarcham.
Dalam dekrit tersebut Paus Pius IX meringkas kembali sejarah Santo Yosef dalam
liturgi, menegaskan kembali Santo Yosef sebagai pelindung Gereja universal, dan
membuat kerangka aturan untuk upacara liturgi yang sah bagi Hari Raya Santo Yosef,
19 Maret, berhubung Hari Raya tersebut berada dalam Masa Prapaskah.
Pada tanggal 15 Agustus 1889,
Paus Leo XIII mengeluarkan ensiklik Quamquam
Pluries yang intinya adalah Gereja harus menghidupkan kebiasaan memohon
kepada Allah rahmat khusus dengan pengantaraan para kudus, khususnya Perawan
Maria Terberkati dan Santo Yosef. Ensiklik ini juga menunjukkan kadar kekudusan
Santo Yosef yang menjadi dasar mengapa kita perlu meminta bantuan pengantaraan
Santo Yosef. Selain mengesahkan pemakaian skapulir Santo Yosef, Paus Leo XIII
juga mengajak uman beriman agar sesudah mendoakan Rosario pada bulan Oktober
menambahkan suatu doa kepada Santo Yosef. Siapapun yang mendoakan doa ini akan
diberi indulgensi.
Bertepatan dengan Hari Raya
Santo Yosef, suami Perawan Maria Terberkati, tanggal 19 Maret 1937, Paus Pius
XI mengeluarkan ensiklik Divini
Redemptoris. Ensiklik ini mengajak umat beriman berjuang melawan komunisme
dalam kesatuan mereka dengan Santo Yosef (bdk DR 81).
Lalu pada tanggal 19 Maret
1961, Beato Paus Yohanes XXIII mengeluarkan surat apostolik Le Voci yang ditujukan kepada semua uskup dan umat
Katolik seluruh dunia. Dalam surat apostolik tersebut, Paus Yohanes XXIII
memberi begitu banyak perhatian pada Santo Yosef sehingga ia digelari Paus Santo Yosef. Ia memaparkan sejarah
panjang tentang peranan Santo Yosef dalam kehidupan Gereja selama kurun waktu
100 tahun terakhir sejak Paus Pius IX. Selain itu Paus Yohanes XXIII
memaklumkan Santo Yosef sebagai pelindung Konsili Vatikan II dan mendorong umat
untuk berdoa kepada anto Yosef.
Dokumen terkini mengenai Santo
Yosef, dikeluarkan pada tanggal 15 Agustus 1989 dengan judul Redemptoris Custos oleh Beato Paus
Yohanes Paulus II dalam rangka memperingati 100 tahun ensiklik Paus Leo XIII Quamquam Pluries. Ensiklik Redemptoris Custos meringkas kembali
ajaran Santo Yosef dari sudut pandang Kitab Suci, Liturgi, Tradisi Kepausan
dalam kurun waktu 100 tahun terakhir. Santo Yosef tetap dipandang sebagai santo
terbesar sesudah Santa Maria meski tentu saja tidak sama dengan Maria (RC 4.7).
Ensiklik ini juga memberikan suatu tatanan khusus menyangkut peran Santo Yosef
dalam rencana ilahi, menujukkan peran ganda anto Yosef sebagai suami aria dan
bapa bagi Yesus, menampilkan Santo Yosef sebagai seorang pekerja dan karena itu
menjadi model bagi semua orang Katolik, serta menampilkan kembali Santo Yosef
sebagai pelindung Gereja sepanjang masa.
Penutup
Dari penelaahan singkat
terhadap teks Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja, kita dapat melihat dalam
kehidupan Gereja peranan Santo Yosef semakin lama semakin besar. Apakah dia
harus kita biarkan tetap bersembunyi di belakang layar? Kenyataannya kita sukar
mengubur perannya dalam sejarah iman kita. Maka tidaklah salah jika kita mau
berpaling kepadanya untuk mendapatkan pengertian tentang hidup Katolik sejati,
yaitu hidup dalam Yesus, bersama Yesus, dan untuk Yesus. Beato Paus Yohanes
XXIII pun sampai terkagum-kagum dengan Santo Yosef dan dalam suatu pertemuan
dengan para pekerja Roma, beliau berkata, ”Para kudus dalam kemuliaan tentu
saja patut dihormati secara khusus, tetapi Santo Yosef memiliki suatu peran
istimewa, yang lebih manis, lebih mesra mengambil tempat dalam hati kita...
Kita bisa mengetengahkan lengkap semua keunggulan Santo Yosef, bukan hanya oleh
alasan karena ia dekat pada Yesus dan Maria, tetapi juga oleh teladan unggul,
yakni mempunyai segala keutamaan, yang telah ia tunjukkan kepada kita” (Burkey,
John XXIII : Pope of Saint Joseph).
Bagaimana dengan kita? Melupakan Santo Yosef dalam Masa Natal sungguh merupakan
hal yang naif. Justru Masa Natal
menghadirkan kebesaran Santo Yosef sebagai seorang yang taat kepada kehendak
Allah dan seorang bapa yang dapat menjadi figur setiap keluarga kristiani. Santo Yosef menjadi ”tersembunyi” supaya
Anaknya menjadi besar. Santo Yosef, engkau
adalah teladanku. Santo Yosef, doakanlah kami.