Social Icons

MENGAPA KISAH MASA KANAK-KANAK YESUS HANYA DICERITAKAN DALAM DUA INJIL?

Agak mengherankan bahwa dalam seluruh Perjanjian Baru hanya ada dua pengarang yang menaruh perhatian kepada kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus, yaitu Matius (bab 1-3) dan Lukas (bab 1-2). Keduanya pun sepakat tidak menyatakan menyatakan hari dan tahun kelahiran Yesus! Dan hanya Lukas (2:41-50) yang menceritakan sesuatu antara kelahiran Yesus dengan karya publik-Nya.


Jika dicermati lebih lanjut, Anda barangkali akan terkejut ketika mendapati Kisah Masa Kanak-kanak Yesus yang diceritakan Matius dan Lukas ternyata begitu berbeda, terdapat perbedaan yang begitu besar. Menurut Matius, Maria dan Yusuf tinggal di Betlehem dan mempunyai sebuah rumah di sana. Karena kedatangan orang majus dari Timur, Herodes berniat membunuh anak-anak di Betlehem sehingga mereka melarikan diri ke Mesir. Karena Arkhilaus, putra Herodes menggantikan ayahnya di Yudea, maka Yusuf takut untuk kembali ke Betlehem. Ia membawa kanak-kanak Yesus berserta Maria ke kota Nazaret di Galilea. Sedangkan menurut Lukas, Maria dan Yusuf tinggal di Nazaret dan pergi ke Betlehem hanya untuk sementara waktu karena harus mengikuti sensus yang diadakan pemerintah Romawi di sana. Di Betlehem Maria melahirkan seorang Yesus dan membaringkannya dalam palungan karena tidak ada tempat bagi mereka di tempat penginapan. Secara tersirat, mereka tidak mempunyai rumah sendiri di Betlehem. Lalu mereka kembali dengan aman ke Betlehem menuju Nazaret melalui Yerusalem. Dan Lukas sama sekali tidak memberi tempat bagi kedatangan orang majus dan perjuangan melawan Herodes dalam kisahnya.
Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Kisah Masa Kanak-kanak Yesus hanya diceritakan oleh Matius dan Lukas ? Dan mengapa Kisah Masa Kanak-kanak Yesus versi Matius dan versi Lukas mengandung perbedaan besar ? Untuk itu, melalui tulisan singkat ini, saya ajak Anda, pembaca yang budiman, untuk memahami duduk masalah yang sebenarnya.

Terbentuknya Injil
Ada jangka waktu tiga puluh tahun lebih antara wafat serta kebangkitan Yesus dan ditulisnya Injil yang pertama. Yesus wafat di salib sekitar tahun 30 M. Injil Markus kiranya disusun sekitar tahun 64/65 atau barangkali kemudian dari itu. Matius dan Lukas menulis Injilnya antara tahun 70 dan 80 M atau kemudian dari itu. Injil Yohanes baru muncul sekitar tahun 100 M atau dalam permulaan abad 2 M. Ini berarti bahwa hampir dua generasi orang-orang Kristiani tidak mempunyai Kitab Injil. Jadi, apa yang terjadi dalam waktu yang agak lama itu?
Selama hidup-Nya Yesus tidak menulis apa-apa! Sabda dan karya-Nya diteruskan melalui bahasa lisan selama bertahun-tahun sebelum akhirnya dituangkan dalam bahasa tulisan oleh para pengikut-Nya. Melalui tradisi lisan, para pengikut-Nya menggambarkan kekuatan Yesus yang bahkan melampaui daya manusia biasa, mengulang cerita-cerita yang telah dibawakan oleh Yesus dan pengajaran yang diberikan-Nya, menceritakan bagaimana Yesus benar-benar dapat memahami orang lain sampai pada lubuk hati yang paling tersembunyi, lalu membuat mereka melihat dirinya sesuai dengan kebenaran. Khususnya pesan terakhir dari riwayat hidup Yesus diceritakan oleh para rasul dengan panjang lebar. Pesan itu memuncak dalam dua peristiwa, wafat Yesus serta kebangkitan-Nya.

Bahan-bahan lisan itu beredar dan disampaikan dari mulut ke mulut. Para rasul dan pemimpin-pemimpin jemaat lainnya terus mengawasi semuanya supaya kaum beriman sungguh dididik sesuai dengan kebenaran sebagaimana telah menjadi nyata dalam karya dan sabda Yesus. Ini tentu saja tidak berarti bahwa bahan-bahan itu hanya diulang saja dengan tidak berubah sedikit pun. Sebaliknya bahan yang pada pokoknya tetap sama disesuaikan dengan kebutuhan jemaat, supaya benar-benar meresap ke dalam hati serta menguatkan dan membina kepercayaan dan keyakinan orang Kristiani. Itulah keuntungan tradisi lisan :  sebuah ucapan atau peristiwa dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan pendengar.

Lama kelamaan macam-macam bahan yang beredar di kalangan jemaat-jemaat Kristiani mulai dikumpulkan dan disusun secara teratur. Muncullah kumpulan nasihat Yesus, perumpamaan Yesus, dan mujizat-mujizat Yesus. Khususnya disusun kisah mengenai akhir hidup Yesus, sengsara, wafat dan kebangkitan. Kumpulan-kumpulan semacam boleh dianggap sebagai usaha pertama untuk menyusun Injil.
Selama para rasul masih hidup dan dapat mengawasi perkembangan jemaat-jemaat itu, belum dirasakan adanya keperluan untuk menuliskan pewartaan mereka sebagai kesaksian terhadap diri Yesus. Lama kelamaan para rasul mulai menghilang, entah karena mati terbunuh entah karena usia lanjut. Maka, menjadi semakin penting bahwa pewartaan para rasul sebagaimana telah mereka sampaikan dan sebagaimana telah diterima oleh jemaat dijadikan semacam pedoman tetap dalam bentuk tulisan. Begitulah dan karena itulah Injil mulai digubah dalam bentuk kisah yang agak panjang, lengkap dan teratur. Dalam hal memilih bahannya, menyusun, dan mengaturnya penulis sendiri serta pandangannya besar pengaruhnya.

“Lapisan” Injil
Karena fokus utama penulisan Injil adalah akhir hidup Yesus, para ahli sepakat bahwa dalam satu kitab Injil yang sama terdapat teks yang umurnya berbeda satu sama lain. Boleh dikatakan bahwa kitab Injil memiliki “lapisan” : ada  “lapisan” yang lebih tua, ada “lapisan” yang lebih muda. Ternyata teks-teks Injil yang merupakan “lapisan” paling tua tidaklah mewartakan Masa Kanak-kanak Yesus serta awal hidup-Nya di dunia, bahkan tidak menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama jalan hidup-Nya. Teks-teks Injil yang merupakan “lapisan” paling tua malahan mewartakan puncak keberadaan Yesus, yaitu wafat dan kebangkitan-Nya.

Dengan mengetahui latar belakang penulisan Injil, maka tidaklah mengherankan dan sangatlah wajar jika Kisah Masa Kanak-kanak Yesus tidak “diminati” oleh sebagian besar penulis Perjanjian Baru dan antara kisah dalam Matius dan Lukas terdapat perbedaan yang besar. Fokus utama pewartaan Perjanjian Baru adalah wafat dan kebangkitan Yesus, bukan kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus!

Mengapa Ada Kisah Masa Kanak-kanak ?
Matius dan Lukas pertama-tama tidak bermaksud menuliskan sejarah masa kanak-kanak Yesus, melainkan sebuah renungan tentang awal kehidupan Yesus. Dengan bentuk sastra tertentu, mereka mau menampilkan awal kehidupan Yesus sebagai pesan iman agar jemaat Kristen lebih menghargai nilai pribadi Yesus yang menjadi Junjungan mereka. Kisah Masa Kanak-kanak Yesus bukan reportase kelahiran Yesus, melainkan sebagai renungan mengenai arti dan nilai pribadi Yesus dalam hubungan dengan iman Kristen. Matius dan Lukas tidak mau membuat reportase kelahiran Yesus, melainkan mau menampilkan nilai kejadian itu, dengan bahan dan cara yang terdapat dalam tradisi jemaat pada waktu itu.

Tetapi bukan berarti Kisah Masa Kanak-kanak Yesus tidak memiliki nilai sejarah. Di dalamnya tetap dipertahankan nilai sejarah karena bahan Kisah Masa Kanak-kanak berasal dari tradisi khusus (bukan sekedar pewartaan langsung jemaat perdana) dan meskipun ada perbedaan antara Matius dan Lukas tetaplah ada bahan-bahan yang saling mendukung (misalnya : kelahiran Yesus dari seorang perawan, Yesus berasal dari wangsa Daud).

Makna Kisah Masa Kanak-kanak Yesus
Dalam Injil Matius, Kisah Masa Kanak-kanak dihubungkan dengan Perjanjian Lama dan nadanya lebih bersifat pembelaan (apologetik) dan debat (polemik). Matius mau mengungkapkan bahwa Allah yang merencanakan keselamatan manusia lewat Abraham, melanjutkan rencana itu dan menyempurnakannya lewat Yesus Kristus.  Yesus ditampilkan sebagai Musa baru bagi Israel baru. Seperti Musa yang dahulu menderita dan menjadi pembebas bagi bangsa Israel, demikian pula Yesus sebagai Musa baru akan mengalami penderitaan dan menjadi pembebas bagi seluruh umat manusia sebagai Israel baru.
Sedangkan dalam Injil Lukas, Kisah Masa Kanak-kanak sarat dengan gagasan teologis dan sekaligus memberi semacam teladan bagaimana Yesus hidup dalam keluarga. Dengan mengambil bahan yang berasal dari tradisi Yahudi-Kristen-Palestina, Lukas mencoba menggambarkan bahwa tokoh Yesus jauh lebih besar dari tokoh Yohanes Pembaptis. Namun kedua tokoh itu tetap penting dalam kehidupan iman Kristen.

Ada baiknya Kisah Masa Kanak-kanak Yesus lebih dimaknai ajaran dan pesan religiusnya yang dimiliki bersama ketimbang historisitasnya. Menurut Raymond E. Brown, ada dua pesan pokok yang mau disampaikan :

Pertama, Matius dan Lukas mau menyampaikan identitas Yesus. Dengan “melengkapi” Injil mereka dengan Kisah Masa Kanak-kanak, mereka mau menjelaskan identitas Yesus. Baik Matius maupun Lukas sepakat bahwa Yesus memiliki identitas ganda, sebagai Anak Daud dan sebagai Anak Allah. Identitas ganda inilah yang merupakan unsur penting dalam memahami Kabar Gembira Perjanjian Baru. Selain itu, Matius dan Lukas sepakat bahwa pewartaan identitas Yesus tidak selalu menemui sikap terbuka/penerimaan (Matius menunjuk orang majus dari Timur yang menerima dan menyembah Yesus, sedangkan Lukas menunjuk para gembala yang menyambut gembira kedatangan Yesus, dan juga Simeon dan Hana), tetapi juga menemui sikap negatif/penolakan (raja, imam-imam dan para ahli Taurat).

Kedua, Matius dan Lukas bermaksud “menjembatani” Kitab Suci Yahudi (Perjanjian Lama) kepada kisah pelayanan Yesus. Kisah Masa Kanak-kanak Yesus banyak mengambil cerita dan motif Perjanjian Lama karena mereka merasa tidak mungkin memahami Yesus tanpa persiapan semacam itu. Jika Yesus dipahami dalam terang Perjanjian Lama, maka pemahaman akan Yesus menjadi lebih bermakna.

Penutup
Bila Kisah Masa Kanak-kanak Yesus hanya dipahami dari segi pengetahuan, maka kita akan kehilangan nilai yang diperjuangkan oleh Matius dan Lukas, yaitu nilai iman yang menjadi dinamika bagi hidup dan perjuangan Gereja. Oleh karena itu, ada baiknya kita kembali pada iman yang mau disampaikan tersebut. Sehingga dengan mengenali ciri-ciri pribadi Yesus sejak awal keberadaan-Nya di dunia, iman kita semakin bertumbuh.