Social Icons

DIALOG PAUS FRANSISKUS DENGAN PASANGAN YANG TELAH BERTUNANGAN 14 Februari 2014 : PERNIKAHAN MERUPAKAN SEBUAH PERAYAAN ORANG KRISTIANI, BUKAN SEBUAH PERAYAAN DUNIAWI

Sepuluh ribu pasangan yang telah bertunangan dari seluruh dunia berkumpul pada hari Jumat 14 Februari 2014, pada Pesta Santo Valentinus, di Lapangan Santo Petrus untuk mempertimbangkan panggilan pernikahan, dengan tema "Sukacita 'Ya' Selama-lamanya", dan bertemu dengan Paus Fransiskus. Dalam acara yang diselenggarakan oleh Dewan Kepausan untuk Keluarga tersebut, Paus Fransiskus menjawab tiga pertanyaan yang diajukan oleh tiga pasangan. Berikut adalah jawaban Bapa Suci atas tiga pertanyaan yang diajukan.
 
PERTANYAAN 1 oleh Pasangan Nicolas Pecino dan Marie Alexa Gaggero dari Gibraltar : TAKUT “SELAMANYA”
Bapa Suci, begitu banyak orang hari ini berpikir bahwa menjanjikan kesetiaan bagi seluruh hidup terlalu sulit pengupayaannya; banyak orang merasa bahwa tantangan untuk hidup bersama selamanya indah, menarik, tetapi terlalu menuntut, hampir mustahil. Kami menanyakan kepada Anda karena kata-kata Anda mencerahkan kami tentang hal ini.
 
PAUS FRANSISKUS
Saya bersyukur atas kesaksian dan atas pertanyaan. Saya akan menjelaskan : mereka mengirimkan saya pertanyaan sebelumnya ... Anda mengerti. Dan maka saya bisa merenungkan dan berpikir tentang sebuah jawaban yang agak lebih padat.

Sangat penting untuk menanyakan diri Anda sendiri apakah memungkinkan untuk saling mengasihi “selamanya”. Ini adalah sebuah pertanyaan yang harus ditanyakan : Apakah mungkin untuk saling mengasihi "selamanya"? Hari ini begitu banyak orang takut membuat pilihan yang pasti. Seorang anak laki-laki berkata kepada uskupnya : "Saya ingin menjadi seorang imam, tetapi hanya selama sepuluh tahun". Ia takut akan sebuah pilihan yang pasti. Tetapi itu adalah ketakutan umum, benar-benar budaya kita. Membuat pilihan-pilihan untuk kehidupan tampaknya mustahil. Hari ini semuanya berubah dengan cepat, tidak berlangsung lama ... Dan mentalitas ini menyebabkan begitu banyak orang yang sedang mempersiapkan pernikahan mengatakan : "kita bersama-sama sembari kasih berlangsung", dan kemudian? Mengucapkan salam dan selamat tinggal ... Dan maka pernikahan berakhir.

Tetapi apa yang kita mengerti dengan "kasih"? Apakah hanya sebuah perasaan, sebuah keadaan psiko-fisik? Tentu saja jika hal ini, seseorang tidak bisa membangun sesuatu yang padu. Tetapi jika, sebaliknya, kasih adalah sebuah hubungan, maka itu adalah kenyataan yang tumbuh, dan kita juga dapat mengatakan, dengan cara misalnya, bahwa itu dibangun sebagai rumah. Dan rumah dibangun bersama-sama, bukan oleh seorang saja! Di sini membangun sberarti mendorong dan membantu pertumbuhan. Para tunangan yang terkasih, Anda sedang mempersiapkan diri Anda tumbuh bersama-sama, membangun rumah ini, hidup bersama selamanya. Anda tidak ingin membangunnya di atas pasir perasaan-perasaan yang datang dan pergi, tetapi di atas batu karang kasih sejati, kasih yang datang dari Allah. Keluarga lahir dari rancangan kasih yang ingin tumbuh ini, seperti sebuah rumah dibangun yang merupakan sebuah tempat kasih sayang, tempat pertolongan, tempat pengharapan, tempat dukungan. Karena kasih Allah langgeng dan selamanya, maka kita juga ingin kasih yang mendirikan keluarga langgeng dan selamanya. Sudilah, kita tidak boleh membiarkan diri kita dikuasai oleh "budaya sementara!”. Budaya ini yang menyerang setiap orang hari ini, budaya sementara ini, bukan merupakan jalan!

Jadi, bagaimana rasa takut "selamanya" ini disembuhkan? Ini disembuhkan dari hari ke hari dengan mempercayakan diri kepada Tuhan Yesus dalam sebuah kehidupan yang menjadi sebuah perjalanan rohani harian, yang terdiri dari langkah-langkah – langkah-langkah kecil, langkah-langkah pertumbuhan bersama – yang terdiri dari komitmen untuk menjadi perempuan dan laki-laki dewasa dalam iman. Karena, para tunangan terkasih, "selamanya" tidak semata-mata soal lamanya! Sebuah pernikahan tidak berhasil hanya karena telah berlangsung - mutunya penting. Tantangan pasangan-pasangan Kristiani adalah menjadi bersama-sama dan dapat saling mengasihi selamanya. Ada datang ke pikiran mukjizat penggandaan roti : untuk Anda juga, Tuhan dapat melipatgandakan kasih dan memberikannya kepada Anda segar dan baik setiap hari. Ia memiliki sebuah pasokan yang tak terbatas! Ia memberi Anda kasih yang adalah dasar kesatuan Anda dan Ia memperbaharuinya setiap hari, Ia memperkuatnya. Dan Ia menjadikannya bahkan lebih besar ketika keluarga tumbuh dengan anak-anak. Pada perjalanan ini, doa adalah penting dan selalu perlu. Dia untuk Anda dan Anda untuk dia dan semuanya serta keduanya bersama-sama. Mintalah Yesus untuk melipatgandakan kasih Anda. Dalam doa Bapa Kami kita mengatakan : "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya". Pasangan juga bisa belajar berdoa demikian : "Tuhan, berikanlah kami hari ini kasih harian kami", karena kasih harian pasangan adalah roti, roti jiwa yang sejati, apa yang menopang mereka untuk berjalan ke depan. Dan doa : dapatkan kami melakukan ujian untuk mengetahui apakah kami mampu mengatakannya? "Tuhan, berikanlah kami hari ini kasih harian kami". Semua bersama-sama! [Para tunangan: "Tuhan, berikanlah kami hari ini kasih harian kami"]. Sekali lagi! Para tunangan: "Tuhan, berikanlah kami hari ini kasih harian kami"]. Inilah doa para tunangan dan para pasangan. Mengajarkan kita untuk saling mengasihi, untuk berkehendak baik bagi satu sama lain! Semakin Anda mempercayakan diri Anda kepada-Nya semakin kasih Anda akan menjadi "selamanya", mampu diperbaharui dan akan mengatasi setiap kesulitan. Inilah apa yang saya pikir saya ingin katakan kepada Anda, dalam menanggapi pertanyaan Anda. Terima kasih!

PERTANYAAN 2 oleh Pasangan Stefano Campoli dan Valentina Mirabella dari Italia : HIDUP BERSAMA-SAMA : “GAYA” KEHIDUPAN PERNIKAHAN
Bapa Suci, hidup bersama-sama setiap hari adalah indah, memberikan sukacita dan menopang. Namun, itu adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi. Kami percaya bahwa kami harus belajar untuk saling mengasihi. Apakah ada "gaya" kehidupan suami-istri, sebuah spiritualitas sehari-hari yang kami bisa pelajari? Dapatkah Anda membantu kami dalam hal ini, Bapa Suci?
 
PAUS FRANSISKUS
Merupakan sebuah seni untuk hidup bersama-sama, sebuah perjalanan yang sabar, indah dan mempesona. Ini tidak berakhir ketika Anda telah saling memenangkan. Sebaliknya, benar-benar sesudah itu dimulai! Perjalanan harian ini memiliki aturan yang yang dapat diringkas dalam tiga frasa yang Anda katakan, frasa yang saya telah ulangi berkali-kali bagi keluarga-keluarga : izin - yaitu, "bolehkah saya", [dapatkah Anda], seperti yang Anda katakan - terima kasih dan maafkan saya.

"Bolehkah saya – Izin?" Ini adalah permintaan yang sopan untuk bisa masuk dalam kehidupan orang lain dengan hormat dan peduli. Perlunya untuk belajar bertanya : bolehkah saya melakukan ini? Apakah kamu senang bahwa kita melakukannya dengan cara ini? Bahwa kita mengambil prakarsa ini, bahwa kita mendidik anak-anak seperti ini? Apakah kamu ingin kita pergi keluar malam ini? Singkatnya, meminta izin berarti mampu masuk dengan sopan dalam kehidupan orang lain. Tetapi dengarkanlah ini dengan baik : mampu masuk dengan sopan dalam kehidupan orang lain. Dan itu tidak mudah, itu tidak mudah. Kadang-kadang, sebagai gantinya, malahan jalan agak berat digunakan, layaknya beberapa sepatu gunung! Kasih sejati tidak memaksakan dirinya dengan kekerasan dan agresivitas. Dalam Bunga-bunga Kecil Santo Fransiskus, orang menemukan ungkapan ini : Mengetahui sopan santun adalah salah satu sifat Allah ... dan sopan santun adalah saudara perempuan amal, yang memadamkan kebencian dan melestarikan" (Bab 37). Ya, sopan santun melestarikan kasih. Dan hari ini dalam keluarga-keluarga kita, di dunia kita, seringkali kekerasan dan arogan, di sana merupakan kebutuhan jauh melebihi sopan santun. Dan hal ini bisa dimulai di rumah.
"Terima kasih". Sepertinya mudah untuk mengatakan kata ini, tetapi kita mengetahuinya tidak seperti ini ... Namun, itu penting! Kita mengajarkannya kepada anak-anak, tetapi kemudian kita melupakannya! Terima kasih merupakan sebuah perasaan penting! Pernah, di Buenos Aires seorang perempuan tua berkata kepada saya : "terima kasih adalah sebuah bunga yang tumbuh di bumi yang mulia". Kemuliaan jiwa diperlukan untuk bunga ini tumbuh. Apakah Anda ingat Injil Lukas? Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta dan kemudian hanya seorang yang kembali untuk mengucapkan terima kasih kepada Yesus. Dan Tuhan berkata : dan di mana sembilan orang lainnya? Hal ini berlaku juga bagi kita : apakah kita bisa berterima kasih? Dalam hubungan Anda, dan besok dalam kehidupan pernikahan Anda, pentinglah untuk tetap menghidupkan kesadaran bahwa orang lain adalah sebuah karunia Allah, dan orang mengucapkan terima kasih untuk karunia Allah! Dan dalam sikap batin ini saling mengucapkan terima kasih untuk segalanya. Ini bukan sebuah kata yang baik untuk dipergunakan dengan orang-orang asing, untuk menjadi sopan. Perlulah untuk dapat saling mengucapkan terima kasih, untuk berjalan ke depan bersama-sama dengan baik dalam kehidupan pernikahan Anda.

"Permintaan maaf". Kita membuat begitu banyak kelalaian, begitu banyak kesalahan dalam hidup. Kita semua melakukan. Apa mungkin ada seseorang di sini yang tidak pernah melakukan kesalahan? Jika ada orang di sini, silahkan ia mengangkat tangannya : orang yang tidak pernah melakukan sebuah kesalahan? Kita semua melakukannya! Semua! Mungkin tidak ada hari yang di dalamnya kita tidak membuat beberapa kesalahan. Kitab Suci mengatakan bahwa orang benar berdosa tujuh kali sehari. Dan jadi kita membuat kesalahan-kesalahan... Maka, lihatlah kebutuhan untuk menggunakan kata sederhana ini : "Maaf". Secara umum kita masing-masing cepat menuduh orang lain dan membenarkan diri kita sendiri. Ini dimulai dengan bapa kita Adam, ketika Allah bertanya kepadanya : "Adam, apakah kamu telah makan buah itu?" Saya? Bukan! Perempuan itu yang memberikannya kepadaku!". Kita menuduh orang lain agar tidak mengatakan "maaf", "mohon ampun". Ini sebuah kisah lama! Ini adalah sebuah naluri yang merupakan cikal bakal begitu banyak bencana. Mari kita belajar untuk mengakui kesalahan kita dan meminta maaf. "Saya minta maaf jika saya mengangkat suara saya hari ini"; "Saya minta maaf lewat tanpa menyapa Anda"; "Maaf saya terlambat", "jika minggu ini saya sudah begitu diam", "jika saya sudah bicara terlalu banyak tanpa pernah mendengarkan"; "Maaf saya lupa"; "Maaf saya marah dan membawanya keluar pada Anda"... Ada begitu banyak "maaf" yang dapat kita katakan setiap hari.

Sebuah keluarga Kristiani juga tumbuh dengan cara ini. Kita semua tahu bahwa keluarga yang sempurna, atau suami yang sempurna, atau istri yang sempurna tidak ada. Kita tidak akan berbicara tentang ibu mertua yang sempurna ... Kita, orang-orang berdosa, adanya. Yesus, yang mengenal kita dengan baik, mengajarkan kita sebuah rahasia : jangan pernah mengakhiri hari tanpa meminta pengampunan dari orang lain, tanpa memiliki perdamaian pulang ke rumah Anda, ke keluarga Anda. Biasanya bertengkar antar pasangan, tetapi selalu ada sesuatu, kita bertengkar ... Mungkin Anda marah, mungkin piring beterbangan, tetapi tolonglah ingat hal ini : jangan pernah mengakhiri hari tanpa membuat perdamaian! Jangan pernah, jangan pernah, jangan pernah! Ini adalah sebuah rahasia, sebuah rahasia untuk melestarikan kasih dan membuat perdamaian. Tidak perlu membuat sebuah pidato yang indah. Kadang-kadang sebuah sikap tubuh seperti ini dan ... perdamaian dibuat. Jangan pernah mengakhiri ... karena jika Anda mengakhiri hari tanpa membuat perdamaian, apa yang Anda miliki dalam batin hari berikutnya dingin dan keras serta lebih sulit untuk membuat perdamaian. Ingatlah dengan baik : jangan pernah mengakhiri hari tanpa membuat perdamaian! Jika kita belajar untuk saling meminta maaf dan saling mengampuni, pernikahan akan berlangsung, akan berjalan ke depan. Ketika pasangan tua, merayakan 50 tahun ulang tahun pernikahan mereka, datang ke audiensi atau ke Misa di sini di Kapel Santa Marta, saya mengajukan pertanyaan : Siapa yang telah mempertahankan dia? Ini indah! Mereka semua saling memandang, mereka memandang saya, dan mereka mengatakan kepada saya : "Keduanya!" Dan ini indah. Ini adalah sebuah kesaksian yang indah!
 
PERTANYAAN 3 oleh Pasangan Miriam dan Marco dari Toscana, Italia bagian tengah : LANGGAM PERAYAAN PERNIKAHAN
Bapa Suci, dalam bulan-bulan ini kami terlibat dalam begitu banyak persiapan untuk pernikahan kami. Dapatkah Anda memberi kami beberapa saran untuk merayakan pernikahan kita dengan baik?
 
PAUS FRANSISKUS
Buatlah menjadi sebuah perayaan nyata - karena pernikahan adalah sebuah perayaan – sebuah perayaan Kristiani, bukan sebuah perayaan duniawi. Motif yang paling mendalam bagi sukacita pada hari itu ditunjukkan dalam Injil Yohanes : apakah Anda ingat mukjizat pada perkawinan di Kana? Pada suatu saat mereka kehabisan anggur dan perayaan tampaknya berantakan. Bayangkan mengakhiri pesta dengan minum teh! Tidak, tidak terbayangkan! Tanpa anggur, tidak ada perayaan! Atas saran Maria, pada saat itu Yesus menyatakan diri-Nya untuk pertama kalinya dan memberikan sebuah tanda : Ia mengubah air menjadi anggur dan, dengan berbuat demikian, menyelamatkan perayaan pernikahan. Apa yang terjadi di Kana dua ribu tahun yang lalu terjadi, pada kenyataannya, dalam setiap perayaan perkawinan : apa yang akan membuat pernikahan Anda penuh dan benar mendalam akan menjadi kehadiran Tuhan, yang menyatakan diri-Nya dan memberikan rahmat-Nya. Merupakan kehadiran-Nya yang menawarkan "anggur yang baik", Ia adalah rahasia sukacita penuh, apa yang benar-benar menghangatkan hati. Merupakan kehadiran Yesus dalam perayaan itu. Semoga itu menjadi perayaan yang indah, tetapi bersama Yesus! Bukan dengan semangat dunia, tidak! Hal ini dirasakan, ketika Tuhan ada di sana.

Tetapi, pada saat yang sama, ada baiknya bahwa [hari] pernikahan Anda berakal sehat dan menyoroti apa yang benar-benar penting. Beberapa orang lebih peduli dengan tanda-tanda lahiriah, perjamuan, foto, pakaian dan bunga. Mereka adalah hal-hal penting dalam sebuah perayaan, tetapi hanya jika mereka mampu menunjukkan motif sebenarnya dari sukacita Anda : berkat Tuhan atas kasih Anda. Menjadikan tanda-tanda lahiriah perayaan Anda, seperti anggur di Kana, menyatakan kehadiran Tuhan dan mengingatkan Anda dan semua orang asal-usul dan alasan untuk sukacita Anda.

Tetapi ada sesuatu yang Anda katakan yang ingin saya tangkap, karena saya tidak ingin membiarkannya berlalu. Pernikahan juga merupakan sebuah pekerjaan setiap hari; saya bisa mengatakan sebuah pekerjaan tangan, sebuah pekerjaan tukang emas, karena suami memiliki tugas untuk menjadikan istrinya lebih perempuan dan istri memiliki tugas untuk menjadikan suaminya lebih laki-laki. Bertumbuh juga dalam kemanusiaan, sebagai laki-laki dan sebagai perempuan. Dan ini dilakukan di antara Anda. Disebut tumbuh bersama. Ini tidak datang dari udara! Tuhan memberkatinya, tetapi itu berasal dari tangan Anda, dari sikap Anda, dari cara hidup Anda, dari cara Anda saling mengasihi. Jadikan diri Anda tumbuh! Selalu bertindak sehingga yang lainnya tumbuh. Bekerjalah untuk hal ini. Jadi, saya tidak tahu, saya berpikir tentang Anda yang suatu hari akan pergi di jalan negara Anda dan orang-orang akan berkata : "Tetapi lihatlah dia, betapa seorang perempuan cantik, berapa kuatnya dia! ...". "Dengan suami seperti itu, orang dapat memahaminya!". Dan juga untuk Anda : "Lihatlah bagaimana dia!". Dengan istri yang ia miliki, orang dapat memahaminya! Inilah, untuk sampai pada hal ini : saling membuat tumbuh bersama-sama. Dan anak-anak akan memiliki warisan telah memiliki seorang ayah dan seorang ibu yang tumbuh bersama-sama ini, masing-masing membuat yang lain lebih laki-laki dan lebih perempuan!