Sejarah revolusi Makabe
Sumber utama sejarah revolusi Makabe
adalah kedua kitab Makabe itu sendiri.[1] 1
Makabe menceritakan empat puluh tahun sejarah keluarga Makabe (175-134 SM),
sedangkan masa lima belas tahun (176-161 SM) yang diliput oleh 2 Makabe memberi
informasi yang melengkapi 1 Makabe.
Sejak tahun 200 SM Palestina ditaklukkan
oleh kerajaan Siria. Yang memancing revolusi Makabe adalah raja Siria Antiokhus
IV Epifanes yang naik takhta seperempat abad kemudian (175-163 SM). Pada
tahun-tahun pertama pemerintahannya, kursi imam besar di Yerusalem menjadi buah
rebutan. Imam besar yang sah, Onias III, digeser oleh saudaranya Yason (175-172
SM) yang telah menjanjikan upeti yang lebih besar kepada Raja Antiokhus. Raja
memberikan dukungan kepada Yason untuk membangun di Yerusalem sebuah gelanggang
olahraga, lambang kebudayaan Helenis. Raja memang berhasrat menyatukan seluruh
kerajaannya di bawah satu kebudayaan Helenis. Ia memanfaatkan pertentangan
intern bangsa Yahudi. Sebagian dari mereka (kalangan atas?) tertarik kepada kebudayaan
asing itu; sebagian lagi menolaknya dan berpegang teguh pada tradisi Yahudi
sendiri. Mula-mula raja tampak berhasil mengubah Yerusalem menjadi kota Helenis
berkat bantuan segolongan orang Yahudi yang menginginkan hal yang sama.
Beberapa tahun kemudian, ketegangan
dalam bangsa Yahudi meningkat ketika Imam Besar Yason disingkirkan oleh
Menelaus yang bukan keturunan imam tetapi menawarkan upeti yang lebih tinggi
lagi kepada raja. Menelaus memegang jabatan imam besar itu selama sembilan
tahun (172-163 SM) didukung oleh raja, tetapi ditentang oleh kebanyakan orang
Yahudi.
Pada tahun 169 SM, kembali dari peperangan
mahal di Mesir, Raja Antiokhus masuk ke Yerusalem dan merampok perbendaharaan
Bait Allah. Hal yang sama terulang pada tahun berikutnya, setelah raja gagal di
Mesir. Lalu mulailah periode yang paling berat bagi bangsa Yahudi. Sebuah
benteng (Akra) dengan pasukan Siria didirikan di Yerusalem, tidak jauh dari
Bait Allah. Bait Allah sendiri dinajiskan dengan ibadat berhala, mirip dengan
ibadat Siro-Kanaan untuk Baal-Syamin.
Pada saat yang sama, seluruh cara hidup
Yahudi yang tradisional dilarang. Hukum Taurat yang sudah berabad-abad mengatur
kehidupan bangsa Yahudi - bahkan ketika mereka di bawah kekuasaan bangsa asing
- tiba-tiba diberangus oleh raja dengan dukungan partai Yahudi yang menyukai
kebudayaan Helenis dan melihat hukum Taurat sebagai rintangan utama. Masyarakat
Yahudi sendirilah yang terpecah. Berkobarlah penganiayaan terhadap orang Yahudi
yang tetap setia kepada Taurat.
Penganiayaan ini pada tahun 165 SM
menimbulkan pemberontakan yang dipimpin oleh Yudas Makabe.[2] Pada
awalnya Yudas dan pasukannya dengan cepat memperoleh hasil yang besar. Dalam
tahun 164 SM Kota Yerusalem direbut, penganiayaan dihentikan; dan pada bulan
Desember 164 SM Bait Allah ditahirkan dan mezbah ditahbiskan kembali. Dengan
demikian revolusi Makabe telah mencapai tujuannya yang semula. Apalagi, pada
waktu yang kurang lebih sama Raja Antiokhus meninggal dunia ketika sedang merampok
suatu kuil di Persia.
Namun, revolusi Makabe ternyata tidak
berhenti di situ. Muncullah seorang imam besar baru, Alkimus (162-159 SM) yang
terus menghasut bangsa melawan Yudas Makabe. Siria mengadakan serangan-serangan
baru terhadap Yudas dan Yerusalem. Setelah Yudas tewas dalam tahun 160 SM,
revolusinya bisa kandas. Akan tetapi, setahun kemudian Imam Besar Alkimus juga mati.
Lalu, jabatan imam besar dibiarkan tidak terisi selama tujuh tahun (159-152
SM).
Pada masa lowong itu tampillah Yonatan
(160-142 SM), saudara Yudas, sebagai orang yang paling berwibawa di Yudea. Ia
menjadi juru bicara bangsa Yahudi dalam perundingan dengan Siria. Cara kerja
Yonatan agak berbeda dengan aksi-aksi militer Yudas. Ia memperjuangkan
kepentingan bangsanya lewat kelihaian perundingan politis dengan raja-raja
Siria. Wangsa yang sedang pecah dalam dua cabang yang saling berebut kekuasaan
itu, masing-masing selalu mencari sekutu. Yonatan dengan pandai setiap kali
memihak pada cabang yang sedang kuat, sambil memperoleh privilese-privilese
khusus untuk bangsa dan dirinya. Peranannya begitu penting dan menguntungkan bagi
bangsa Yahudi sehingga pada tahun 152 SM kebanyakan orang Yahudi dapat menerima
dia sebagai imam besar (meskipun ia bukan keturunan keluarga imam besar,
melainkan dari keluarga imam biasa). Ia pun diangkat oleh raja Siria menjadi
panglima untuk wilayah Yudea.
Ketika Yonatan dikhianati, ditangkap,
dan kemudian dibunuh oleh Trifon, panglima Siria, kepemimpinan revolusi diambil
alih oleh satu-satunya saudara yang masih tersisa, Simon (142-134 SM). Simon
melanjutkan garis kebijaksanaan Yonatan. Ia tidak hanya menjadi imam besar dan
panglima, tetapi juga diakui sebagai penguasa bangsa Yahudi. Ia menyelesaikan
masa revolusi dalam tahun 141 SM dengan menaklukkan benteng Siria yang sejak 168
SM menjadi lambang kekuasaan Siria di kota Yerusalem. Dalam tahun 134 SM Simon
bersama dua putranya dibunuh oleh menantunya sendiri di Yerikho. Seorang putra
yang luput dari pembantaian itu, Yohanes Hirkanus (143-104 SM), mengambil alih
jabatan-jabatan Simon.
Pertanyaan kita selanjutnya ialah : dengan cara dan visi manakah sejarah tersebut
disajikan dalam masing-masing kitab Makabe?
Kitab 1 Makabe
Garis besar kitab 1 Makabe cukup jelas.[3]
Setelah menceritakan krisis yang ditimbulkan oleh Antiokhus Epifanes (pasal 1)
dan perlawanan pertama yang dikobarkan oleh Imam Matatias (pasal 2), kitab ini
secara berturut-turut menggambarkan tindakan kepahlawanan dari tiga putra
Matatias, yaitu Yudas Makabe (3:1-9:21), Yonatan (9:23-12:53), Simon (13-15),
dan berakhir dengan memperkenalkan cucunya, Yohanes Hirkanus (16).
a)
Kisah
perjuangan dinasti Allah
Setelah secara singkat
menyebut Aleksander Agung dan orang-orang yang menggantikannya (1:1-9), perhatian
segera diarahkan kepada raja yang menjadi musuh utama, Antiokhus Epifanes.
Kejahatan-kejahatannya terhadap bangsa Yahudi diceritakan satu demi satu :
perampasan perkakas dan harta Bait Allah (ayat 16-24), pendirian benteng yang
akan menjadi basis kekuatan Siria di Yerusalem (ayat 29-35), surat perintah
yang melarang ibadat Bait Allah, Sabat, sunat, hukum ketahiran, dll (ayat 41-51).
Puncak kejahatan raja adalah penegakan "kekejian yang membinasakan di atas
mezbah korban bakaran" (ayat 52-64).
Reaksi orang Yahudi
berbeda-beda : banyak yang meninggalkan Taurat, tetapi ada juga yang memilih
mati daripada melanggar hukum (1:62-64). Namun, para martir ini tidak menjadi
perhatian utama pengarang (berbeda dengan 2 Makabe). Pengarang 1 Makabe lebih
meminati perlawanan yang akan dilancarkan oleh Matatias dan kelima putranya
(Yohanes, Simon, Yudas, Eleazar dan Yonatan, 2:2-3). Sebagai permulaan
perlawanan itu, dengan panjang lebar diceritakan suatu peristiwa yang sama
sekali tidak dikenal oleh sumber lain. Ketika pegawai raja datang ke kota kecil
Modein dan memaksa orang Yahudi mengadakan pengorbanan menurut cara yang
ditentukan raja, imam Matatias membunuh seorang Yahudi yang melakukannya dan pegawai
raja itu, lalu mengajak orang Yahudi untuk mengikutinya dalam perang gerilya
melawan raja (2:15-28).
Berbeda dengan sebagian
orang Yahudi yang memilih mati daripada bertempur pada hari Sabat (2:29-41),
rombongan Matatias bertempur pada hari Sabat. Sikap bebas kaum Makabe terhadap
hukum ini tentu bisa menjauhkan orang-orang saleh dari mereka. Mungkin karena
itulah pengarang sangat menekankan bahwa kaum mursid bergabung dengan gerakan
Matatias (ayat 42). Ia dan keluarganya memimpin seluruh Israel dalam aksi melawan penguasa Siria. Dalam kata-kata
wasiatnya, Matatias mengangkat Simon sebagai Bapa (penasihat) dan Yudas yang lebih muda sebagai pemimpin perang (ayat
49-70).
Yudas
Makabe (pasal 3-9) digambarkan sebagai pemimpin militer
yang gagah berani, tetapi yang juga memberi ilham kepada orang-orangnya melalui
seruan dan doa yang saleh. Serangkaian kemenangan atas pasukan Siria (3:10-4:35)
membuka jalan ke puncak pertama dalam kisah Yudas, yaitu penahiran dan
penahbisan ulang Bait Allah. Untuk terus mengenang peristiwa itu, Yudas
menetapkan pesta peringatan tahunan yang kini dikenal sebagai Hanuka (dijuluki "Natal
Yahudi", sebab dirayakan oleh umat Yahudi setiap bulan Desember).
Sesudah itu Yudas dan
kawan-kawannya digambarkan memperluas aksi mereka ke segala penjuru angin (pasal
5): selatan (Idumea), timur (Amon), utara (Gilead dan Galilea), dan barat
(Filistea). Semua aksi berhasil, kecuali kalau ada orang yang bertindak lepas
dari kepemimpinan Makabe (5:55-62,67). Diceritakan juga tentang kematian Raja
Antiokhus yang jatuh sakit di Persia dan meninggal ketika gagal merampas sebuah
kuil di negeri itu. Namun, menurut pengarang 1 Makabe, raja itu mati karena
mendengar berita-berita buruk tentang kekalahan pasukannya di Yudea dan
penahiran Bait Allah (6:1-17).
Kematian Antiokhus IV
tidak mengakhiri kesulitan bagi Yudea. Keberanian Yudas untuk mengepung benteng
Siria di Yerusalem (6:18-29) mengundang ekspedisi militer baru dari Raja
Antiokhus V dan panglima Lisias. Yerusalem kembali dikuasai pasukan raja
(6:60-63). Raja baru Demetrius I mengangkat seorang imam besar baru, Alkimus,
yang ditugaskan untuk membalas dendam kepada bangsa Yahudi (7:1-25). Atas
permintaan Alkimus, raja mengutus panglima Nikanor yang mengancam akan membakar
Bait Allah, tetapi malah tewas dalam pertempuran melawan Yudas (7:26-50).
Berbeda dengan 2 Makabe
yang berhenti di sini, 1 Makabe melanjutkan kisahnya tentang keluarga Makabe yang
dikaguminya. Yudas masih sempat mengadakan persekutuan dengan Roma, kekuatan
besar dan sangat terpuji di ujung barat (pasal 8; pengarang kitab belum tahu
bahwa seabad kemudian Roma akan menumpas kemerdekaan bangsa Yahudi yang
diperjuangkan oleh keluarga Makabe). Dalam suatu pertempuran yang sama sekali
tidak berimbang antara 3.000 pasukan Yudas dan 22.000 pasukan Siria, Yudas tewas
(9:1-22).
Yonatan
dipilih sebagai pengganti Yudas untuk memimpin gerakan melawan Siria (9:23-73).
Mula-mula sibuk dengan peperangan seperti Yudas, Yonatan kemudian berkembang
sebagai politikus yang cakap. Dengan pandai ia mengambil untung dari
perselisihan antara kedua cabang dinasti Siria yang bersaing dan masing-masing
mencari dukungannya. Dari Raja Demetrius I, ia mendapat wewenang untuk
menghimpun pasukan dan membuat perlengkapan senjata (10:6). Namun, kemudian ia
memihak Raja Aleksander Balas yang menawarkan kepadanya jabatan imam besar
(yang sudah tujuh tahun tidak terisi) dan mengangkatnya pula menjadi panglima
(10:23,65). Dengan berpindah-pindah memberi dukungan seperti itu, Yonatan dapat
bertahan sebagai imam besar dan memperoleh sejumlah keringanan untuk bangsanya (11:20-37,57).
Yonatan juga memperbarui persekutuan dengan Roma dan mengadakan persekutuan dengan
Sparta (12:1-23). Ketika terseret lagi ke dalam beberapa aksi militer, Yonatan
secara curang ditangkap oleh panglima Trifon yang berusaha merampas mahkota kerajaan
(12:39-53). Di situ berakhirlah karier politik Yonatan yang telah menyumbang
banyak kepada perjuangan kemerdekaan bangsanya.
Simon,
satu-satunya dari lima bersaudara yang masih hidup, mengganti Yonatan yang akhirnya
dibunuh oleh Trifon (13:1-11). Ia sempat memperoleh kebebasan pajak dari raja
Siria (13:31-42) dan - lebih penting lagi -berhasil menaklukkan benteng Siria (Akra)
di Yerusalem (13:43-53). Dengan demikian, revolusi Makabe boleh dikatakan
mencapai puncaknya. Bangsa Yahudi mengakui Simon sebagai pemimpin religius
(imam besar), militer (panglima), dan politik (penguasa, 13:42; 14:25-49). Ia
dipuji sebagai pemimpin yang mengusahakan kesejahteraan bangsanya dan membela
yang lemah (14:4-15). Juga raja Siria yang baru, Antiokhus VII, sejenak mengakuinya
(15:1-14) dan tidak lagi dapat mematahkan kekuasaan Simon (15:25-16:10). Kisah
tiba-tiba berakhir dengan pembunuhan Simon oleh menantunya sendiri. Putranya,
Yohanes Hirkanus, pemimpin angkatan perang (13:53) dan pemenang (16:1-10),
luput dari pembunuhan itu dan mengganti ayahnya (16:11-24). Pemerintahan
dinasti itu pun terus berlanjut.
b)
Maksud
1 Makabe dan pandangan teologisnya
Alur kisah dengan cukup
jelas menyatakan tujuan penulisan kitab ini. Pengarang ingin menjelaskan
bagaimana Allah memakai Yudas dan saudara-saudaranya untuk menghentikan
penindasan raja-raja Siria dan bagaimana jabatan imam besar jatuh ke keluarga itu.[4]
Atau lebih tajam, pengarang mau "memuliakan wangsa Hasmone dan barangkali
membela keabsahan dinasti itu terhadap kalangan orang-orang saleh yang
menentangnya".[5]
Dalam 1Mak. 5:62 mereka diperkenalkan sebagai "orang-orang yang tangannya
diserahi penyelamatan Israel".
Untuk mencapai tujuan
itu, pengarang menulis sejarah dengan gaya
biblis. Kaum Makabe diperkenalkan sebagai utusan Allah yang digambarkan sesuai
dengan pola tradisional para imam, hakim, dan raja Israel. Aksi-aksi mereka
selaras dengan tindakan dan perkataan para pemimpin dahulu dalam Alkitab Ibrani
(2:51-60). Tindakan Matatias (yang keras) demi hukum dibandingkan dengan apa
yang dilakukan Pinehas terhadap Zimri (2:26; Bil. 25:7-15). Doa Yudas sebelum pertempuran
melawan Nikanor mengingatkan malapetaka yang menimpa tentara Asyur yang mengepung
Yerusalem (7:41; 2Raj 19:35; Yes. 37:36). Pemakaman Yudas diceritakan dengan gaya
kitab Raja-raja dan disertai kata-kata ratapan Daud atas Saul dan Yonatan
(9:19ii; 2Sam. 1:19). Yonatan berperan seperti para hakim di Israel kuno (9:73).
Pujian bagi Simon (14:12) memakai kiasan-kiasan tradisional dari Mi. 4:4.
Singkatnya, pemerintahan dinasti Makabe sungguh-sungguh memenuhi harapan
tradisional Israel.
Sebagai kunci
keberhasilan mereka ditekankan kepercayaan kepada Allah dan kesetiaan kepada
hukum Taurat, sebagaimana sudah dipesan terlebih dahulu oleh Matatias:
"Belum pernahlah lemah barangsiapa percaya kepada Tuhan ... Anak-anakku,
hendaklah tetap bersifat jantan dan gagah berani untuk hukum Taurat"
(2:61,64). Untuk membela hukum itu orang harus mengangkat senjata, juga pada
hari Sabat (2:27,40-41; selebihnya Yudas digambarkan secara teliti mengikuti peraturan
hukum Musa, 3:56, Ul. 20:5-8). Tanpa kepercayaan teguh akan perutusan ilahi
mereka, kaum Makabe tidak akan kuat menghadapi dan mengubah jalannya sejarah.
Sesuai dengan tradisi Alkitab (1Sam. 14:6), Yudas yakin bahwa kemenangan dalam
peperangan tidak terletak dalam banyaknya pasukan, melainkan dari Surgalah datang
kekuatan (3:19). Allahlah yang menentukan nasib bangsanya. Namun demikian,
pengarang tidak menyelingi sejarahnya dengan kisah-kisah tindakan ajaib Allah
(seperti dalam 2 Makabe). Pertolongan Allah yang diminta dalam doa-doa,
terwujud dalam tindakan kepahlawanan kaum Makabe yang percaya dan setia.
Kitab 2 Makabe
Kitab ini berbeda dengan 1 Makabe, bukan
hanya karena menceritakan periode yang jauh lebih singkat (hanya sampai
kemenangan Yudas atas Nikanor tahun 161 SM), tetapi juga karena menceritakannya
dengan agak lain. Misalnya, permulaan perlawanan oleh Matatias, ayah kaum
Makabe (1Mak. 2), sama sekali tidak disinggung dalam 2 Makabe yang tampak tidak
berminat akan dinasti Makabe. Sebaliknya, ketegangan intern dalam bangsa Yahudi
yang hanya disinggung sepintas saja dalam 1Mak. 1:11-15 (padahal menjadi sebab
utama masa krisis) diuraikan panjang lebar dalam 2Mak. 3-4. Juga para martir
yang kurang dihargai dalam 1 Makabe menjadi perhatian utama dalam 2Mak. 6-7.[6]
a)
Kisah
perjuangan untuk Bait Allah
Garis besar kitab 2
Makabe adalah sebagai berikut. Kisah diawali dengan dua surat yang mengajak
orang Yahudi di Mesir untuk merayakan penahiran Bait Allah (pasal 1-2). Lalu
diceritakan tentang tiga serangan utama terhadap Bait Allah : oleh Heliodorus,
oleh Raja Antiokhus Epifanes, dan oleh Nikanor (2Mak. 3; 4:1-10:8; 10:9-15:39).
Semua serangan itu digagalkan oleh Allah, dua yang terakhir melalui tindakan Yudas,
yang mana menjadi dasar dua perayaan tahunan. Dari susunan ini jelaslah bahwa
Bait Allah menjadi perhatian sentral pengarang kitab ini.
Dua
surat dan kata pendahuluan. Surat pertama (1:1-9) berasal
dari orang-orang Yahudi di Yerusalem yang mengajak orang-orang Yahudi di Mesir untuk
setiap tahun turut merayakan penahiran Bait Allah (pesta Hanuka). Ajakan
tersebut diperkuat dan diberi alasan tambahan dalam surat kedua dari penduduk
Yerusalem kepada Aristobulus dan orang-orang Yahudi lainnya di Mesir
(1:10-2:18). Kedua surat ini memberi kesan bahwa kisah yang menyusul disusun
secara khusus untuk pesta Hanuka, untuk memberi makna kepada perayaan penahiran
Bait Suci itu. Minat besar akan penahiran Bait Suci juga tampak dalam kata
pendahuluan penyusun kitab (2:19-32) yang menjelaskan bagaimana ia meringkas sebuah
karya dari Yason yang terdiri dari lima jilid.
Heliodorus.
Setelah Simon, seseorang yang bukan keturunan imam, gagal menggeser imam besar
Onias, ia berbohong kepada raja tentang besarnya harta Bait Suci. Maka, Raja
Siria mengirim Heliodorus untuk menyita harta tersebut. Namun, ketika Heliodorus
memasuki Bait Allah, ia diserbu oleh kuda dan dua pemuda surgawi sehingga Bait
Allah tidak jadi dinajiskan (2 Mak. 3). Kisah mukjizat ini menyajikan semacam
pertunjukan pendahuluan (preview)
tentang dua serangan terhadap Bait Allah yang akan menyusul. Akarnya selalu
keretakan di dalam bangsa Yahudi sendiri: salah satu pihak mencari dukungan
raja Siria, yang lantas campur tangan sehingga timbul bahaya penajisan Bait
Suci. Penajisan itu dicegah oleh intervensi ilahi. Intervensi ilahi pada dua
serangan berikut bukanlah melalui peristiwa adikodrati seperti di sini, tetapi
melalui gerakan Yudas Makabe.
Antiokhus
IV Epifanes. 2 Mak. 4 amat melengkapi 1 Makabe
karena dengan lebih rinci menggambarkan ketegangan intern bangsa Yahudi, khususnya
berkaitan dengan jabatan imam besar. Sementara Simon masih berkomplot melawan
Imam Besar Onias, Yason, saudara Onias, sempat merebut jabatan itu dengan
menjanjikan banyak uang kepada raja dan perwujudan program helenisasi di
Yerusalem (4:1-20). Keadaan yang sudah buruk di mata pengarang itu lebih
diperburuk lagi ketika beberapa tahun kemudian seorang saudara dari Simon,
yaitu Menelaus, juga bukan keturunan imam (!), mendapat jabatan imam besar
dengan menjanjikan lebih banyak uang kepada raja. Ia akhirnya harus memenuhi
janjinya itu dengan menjual perkakas Bait Suci (4:23-50).
Kembali dari Mesir,
Raja Antiokhus secara kejam menaklukkan segala perlawanan di Yerusalem,
menajiskan Bait Suci dengan diantar keliling oleh Menelaus sendiri, dan
merampas perabot suci (5:11-20). Pengarang menjelaskan bahwa kali ini Allah
tidak menghalangi penajisan itu karena banyaknya dosa penduduk Yerusalem
(5:17-18). Namun, sebagai titik pengharapan, untuk pertama kalinya disebut nama
Yudas (5:27).
Penajisan Bait Suci
mencapai puncaknya dalam 6:1-9. Raja Antiokhus yang memaksa bangsa Yahudi untuk
mengingkari hukum Taurat, mengalihkan ibadat dalam Bait Allah kepada dewa Yunani,
Zeus. Pada puncak penajisan ini, perhatian kisah secara dramatis diarahkan
kepada para martir: dua ibu yang menyunatkan anak-anaknya, banyak orang yang
merayakan hari Sabat, serta Eleazar dan tujuh orang bersaudara beserta ibu
mereka yang menolak makanan yang haram; semuanya dibunuh secara kejam (6:10-7:42).
Malapetaka itu di satu pihak dipandang sebagai hukuman dari Allah demi
perbaikan bangsanya (6:12-17) dan di lain pihak juga digambarkan sebagai jalan menuju
kebangkitan bagi para martir sendiri (pasal 7).
Di tengah siksaan ini
bangkitlah Yudas Makabe. Dengan 6.000 ribu pasukan ia mengalahkan Nikanor dan
beberapa panglima Siria (2Mak. 8). Penjelasan mengapa Allah kini membela bangsanya,
diletakkan dalam mulut Nikanor ketika ia melarikan diri: sebab mereka menuruti
segala hukum yang ditetapkan Allah (8:36).
Penyakit yang akan
membawa kematian raja sebelum
penahiran Bait Suci (berbeda dengan 1Mak. 6), menurut 2Mak. 9, oleh raja
diterima sebagai cambuk ilahi (ayat 11). Diceritakan bahkan ia mau menyatakan
Yerusalem merdeka (ayat 14) dan mau masuk agama Yahudi (ayat 17). Ia pun
menulis sebuah surat kepada orang-orang Yahudi (ay. 18-29).
Puncak kisah mengenai
Antiokhus ini adalah penahiran Bait Allah dan penetapan pesta Hanuka. Perayaan
selama delapan hari itu dilukiskan agak rinci agar dapat dirayakan demikian juga
oleh seluruh bangsa Yahudi setiap tahun (10:1-9).
Nikanor.
Kisah tentang serangan ketiga terhadap Bait Allah oleh Nikanor diawali dengan
laporan panjang tentang sejumlah kemenangan Yudas atas musuhnya (2Mak.
10:14-11:13). Beberapa surat dari pihak Lisias, Raja Antiokhus V, dan Roma
menegaskan bahwa bangsa Yahudi boleh hidup menurut hukumnya sendiri (11:16-32),
namun kenyataannya lain. Mereka tidak dibiarkan hidup dengan tenteram, sehingga
Yudas harus terus bertindak melawan berbagai musuh (pasal 12-13).
Tiga tahun kemudian
keadaan memburuk. Raja baru, Demetrius, mengangkat imam besar baru, Alkimus,
yang menuduh Yudas di hadapan raja (14:1-11). Karena hasutan Alkimus dan
desakan raja, Nikanor menuntut supaya Yudas diserahkan kepadanya dengan ancaman,
"Bait Allah ini akan kuratakan dengan tanah dan ... di tempatnya akan
kudirikan sebuah kuil yang elok untuk Dionisius" (14:33). Namun, ancaman
yang paling berat terhadap Bait Allah ini dicegah oleh "Dia yang memelihara
kesucian Tempat-Nya sendiri" (15:34) melalui kemenangan mutlak Yudas atas
Nikanor yang tewas (15:1-36). Juga kemenangan ini dilestarikan dalam penegakan pesta
tahunan, pada hari ketiga belas bulan Adar. Di sinilah pengarang mengakhiri
kisahnya dengan sebuah kata penutup yang menyenangkan.
b)
Maksud
2 Makabe dan pandangan teologisnya
Dari susunan kisah dan
dua surat yang mengawalinya jelas bahwa perhatian utama 2 Makabe bukanlah dinasti
Makabe, melainkan nasib Bait Allah di Yerusalem. Allah yang berada bersama
umat-Nya dalam Bait Suci berulang kali melindungi Bait itu terhadap ancaman
musuh. Orang Yahudi di Mesir diajak untuk mengakui satu-satunya Bait Allah yang
sah di Yerusalem, dengan setiap tahun merayakan penahirannya.[7]
Bait Allah itu ada demi
bangsa dan bukan sebaliknya (5:19). Bait yang melambangkan pilihan Allah atas
bangsa Yahudi mengambil bagian dalam nasib bangsa. Dan, nasib bangsa itu
dikaitkan dengan sikap bangsa terhadap hukum
Taurat. Bait dilindungi terhadap serangan Heliodorus ketika "hukum
Taurat ditepati dengan sebaik-baiknya berkat Imam Besar Onias yang
bertakwa..." (3:1). Akan tetapi, ketika penduduk Yerusalem "terseret
oleh banyak dosa", Allah membiarkan saja Antiokhus menajiskan Bait-Nya
(5:18; bdk. 4:17; 7:18; 10:4; 12:40). Malapetaka dan siksaan pada waktu itu
dimaksudkan untuk memperbaiki bangsa (6:12;7:33). Kalau nasib Bait Allah
kemudian berbalik, anugerah Allah itu sebagian dikaitkan dengan tindakan
keberanian Yudas (yang digambarkan sebagai pemimpin golongan yang saleh dan
setia, 5:27; 14:6), tetapi juga tidak lepas dari doa, tobat dan kesetiaan
bangsa (3:22;8:2-5,36; 15:1-5), dan dari darah para martir yang dengan
ketaatannya melunakkan murka Tuhan (7:38; 8:4). Allah bahkan mengirim bala
tentara surgawi untuk membantu orang-orangnya (10:29-31; 11:6-11; seperti dalam
3:23-30).
Dalam pandangan
teologis ini, 2 Makabe mengambil posisi tengah di antara 1 Makabe (yang begitu
menekankan penyelamatan Allah melalui tindakan kepahlawanan orang-orang pilihannya,
wangsa Makabe) dan di lain pihak, kitab Daniel (yang sama sekali mengabaikan
perjuangan manusia dengan senjata dan semata-mata mengharapkan intervensi Allah
untuk menolong umat-Nya yang setia). Perbedaan tajam antara 1 & 2 Makabe
ialah dalam 2 Makabe, Yudas berjuang untuk ketahiran Bait Allah, sedangkan dalam
1 Makabe seluruh wangsa Makabe berjuang untuk kemerdekaan bangsa Israel di
bawah kekuasaan wangsa itu sendiri, yang kemudian dikenal sebagai wangsa
Hasmone.*** (Prof. Dr. Martin Harun, OFM)
[1]Harun, Memahami Kitab Makabe, halaman 36-55, cat. 1. Bdk Harrington, Maccabean Revolt, pp. 109-123.
[2]Kata Makkabaios aslinya julukan untuk Yudas saja (1Mak. 2:4; 2Mak.
2:19), tetapi kemudian dipakai untuk seluruh keluarga. Artinya mungkin
"palu" (pemukul musuh), mungkin juga berasal dari kata Ibrani maqqabyahu, yang artinya "ditunjuk
oleh Tuhan".
[3]Kitab 1 Makabe yang hanya
tersimpan dalam bahasa Yunani tampak merupakan terjemahan kaku dari sebuah teks
Ibrani yang kini hilang. Pengarangnya tampak sebagai orang Yahudi yang
mengagumi dinasti Makabe/Hasmone, mengenal dengan baik geografi Palestina,
menguasai gaya penulisan sejarah Alkitab, dan mempunyai akses kepada
sumber-sumber resmi (14:49; kiranya kronik kerajaan Siria, sebuah riwayat
Yudas, dan kronik imam besar Yonatan serta Simon, dll.).
[4]Harrington, Maccabean Revolt, p. 57.
[5]Harold Attridge, 1986,
"Jewish Historiography", in: Early
Judaism and its Interpreters, ed. R.A. Kraft and G.W. Nickelsburg,
Philadelphia: Fortress, p. 318.
[6]2 Makabe tampak disusun langsung
dalam bahasa Yunani, sebagai ringkasan atas lima jilid tulisan karya Yason,
orang Kirene (2:23). Peringkasan itu mungkin dilakukan bertepatan waktu dengan
penulisan surat pengantar pertama yang bertanggal tahun 124 SM (1:9).
Penulisnya barangkali seorang Yahudi di Mesir (Aleksandria) yang akrab dengan
semangat kaum Mursid (Hasidim, kemudian Farisi dan Eseni). Berbeda dengan 1
Makabe yang dikarang dengan gaya penulisan sejarah biblis, 2 Makabe dalam
banyak hal mendekati gaya tulisan sejarah Yunani klasik.
[7]Kitab ini mungkin berpolemik
melawan sebuah Bait Suci tandingan di Leontopolis, Mesir.