Bercerita
merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengajar. Dengan memakai cerita
atau dongeng, para pendengar dibawa ke dunia yang bukan milik mereka. Jika
pencerita adalah seorang yang ahli, apa yang diceritakannya dapat sungguh hidup
dan seolah-olah nyata hadir di hadapan para pendengarnya. Pada saat itu
pendengar dapat mengidentifikasi diri dengan tokoh-tokohnya, mengambil
pelajaran dari isi cerita, membuat perbandingan antara apa yang diceritakan
dengan dunianya yang nyata. Mereka terlibat secara emosional, ikut sedih jika
ceritanya bernada sedih, ikut gembira jika ceritanya bernada gembira. Dengan
adanya keterlibatan aktif pendengar, pencerita dapat memasukkan pesan-pesannya
ke dalam cerita dengan lebih mudah. Suatu cerita yang bagus dan diceritakan
dengan menarik akan mampu menumbuhkan cara pandang, sikap, pencerahan, opini
yang baru bagi pendengarnya. Bahkan pendengar kadang dapat dibantu untuk
mengambil keputusan tertentu lewat cerita yang didengarnya.
Ketika mengajar
para murid dan orang banyak, Yesus kerapkali menggunakan cerita berupa
perumpamaan. Sepertiga pengajaran Yesus di dalam Injil disampaikan dalam bentuk
perumpamaan. Tetapi, Yesus bukanlah orang pertama yang memakai perumpamaan
untuk mengajar, karena di dalam Perjanjian Lama terdapat sejumlah perumpamaan
yang dipakai untuk tujuan pewartaan, yaitu 2Sam 12:1-10 (kisah tentang orang
miskin dan anak dombanya yang disampaikan oleh Natan kepada Daud); 2Sam 14:5-20
(perempuan Tekoa dengan dua anaknya); 1Raj 20:35-40 (perumpamaan yang berkaitan
dengan hukuman terhadap Ahab); Yes 5:1-7 (nyanyian kebun anggur); Yeh 17:2-10
(rajawali dan pohon anggur); Yeh 19:2-9 (singa betina dan anaknya); Yeh
19:10-14 (pohon anggur); Hak 9:7-15 (fabel tentang pohon-pohon yang mencari
raja) dan 2Raj 14:9 (rumput duri dan aras Libanon). Dari semua perumpamaan
tersebut, hanya perumpamaan yang dikisahkan oleh Natan di hadapan Daud (2Sam
12:1-10) yang mempunyai kemiripan dengan perumpamaan Yesus dari segi bentuk,
tujuan dan tehnik pengisahannya. Sebenarnya para rabi sebelum dan sezaman
dengan Yesus juga sering memakai perumpamaan di dalam mengajar. Mereka memakai
perumpamaan untuk menjelaskan isi Hukum Taurat. Yesus tidak memakai perumpamaan
untuk menjelaskan Taurat tetapi untuk mewartakan Kerajaan Allah dan berbagai
pengajaran lain.
Apa itu Perumpamaan?
Kalau kita menelusuri Alkitab kita untuk meneliti
penggunaan kata ‘perumpamaan’ dalam Alkitab, kita temukan data bahwa kata ‘perumpamaan’ muncul 45 kali dan hanya
di dalam tiga tempat, yaitu Injil Matius, Markus dan Lukas. Kata ini tidak
muncul di tempat lain. Mengenai jumlah yang 45 itu, kita bisa sedikit
mengabaikannya karena satu kata dalam bahasa Yunani, bisa saja diterjemahkan
dengan aneka pilihan kata. Tetapi yang menarik adalah bahwa rupanya perumpamaan
hanya terkonsentrasi pada Injil Sinoptik saja, dan tidak di tempat lain. Orang
menghitung bahwa kira-kira sepertiga dari pengajaran Yesus berisi perumpamaan.
Dalam bahasa Indonesia, kita menggunakan rumusan perumpamaan. Menurut kamus, kata ini
berarti cara berumpama, perbandingan, atau ibarat. Dalam bahasa Inggris, kita
menggunakan kata parable yang jelas
berasal dari kata bahasa Yunani, yang merupakan bahasa asli Perjanjian Baru,
yaitu parabole. Kata ini sebenarnya
terdiri dari dua kata, yaitu para dan
ballein. Secara harafiah, gabungan
kedua kata itu mempunyai arti “menempatkan di samping” atau “menyejajarkan”
untuk dibandingkan. Perhatikan di sini, bahwa gagasan tentang perbandingan
rupanya menjadi inti dari sebuah perumpamaan. Dengan kata lain, perumpamaan
menggunakan satu gambaran untuk menyampaikan sesuatu hal yang lain.
Meskipun Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa
Yunani, dunia yang digambarkan di dalamnya adalah dunia Yahudi, yaitu dunia tempat Yesus hidup. Konsep parabole
yang dipakai dalam bahasa Yunani secara umum sebenarnya merupakan terjemahan
dari kata Ibrani mashal (meshalim bentuk plural). Akan tetapi di
dalam bahasa Ibrani, konsep mashal
ini sebenarnya amat luas dan mencakup banyak hal. Selain apa yang lazimnya kita
sebut sebagai bentuk perumpamaan (misal Mat 13,33; Mrk 4,30; Luk 15,3 dll),
kata perumpamaan (parabole) juga
dipakai untuk menyebut bentuk-bentuk yang lain, seperti :
a)
Teka-teki:
“Tidak ada sesuatu pun dari luar, yang masuk ke dalam diri seseorang, dapat
menajiskannya; tetapi hal-hal yang keluar dari dalam diri seseorang, itulah
yang menajiskannya” (Mrk 7:15)
dan pada ay. 17 dikatakan bahwa para murid bertanya tentang arti perumpamaan
(parabole) itu.
b) Pepatah: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah (parabole) ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” (Luk 4:23)
c) Metafor: “Kamu adalah garam dunia... Kamu adalah terang dunia” (Mat 5:13)
d) Kiasan (similitude) : Ia menceritakan perumpamaan ini juga kepada mereka, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya” (Mat 13:33)
e) Peribahasa: “Sebab siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Luk 14:11)
b) Pepatah: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah (parabole) ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” (Luk 4:23)
c) Metafor: “Kamu adalah garam dunia... Kamu adalah terang dunia” (Mat 5:13)
d) Kiasan (similitude) : Ia menceritakan perumpamaan ini juga kepada mereka, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya” (Mat 13:33)
e) Peribahasa: “Sebab siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Luk 14:11)
Karena kata perumpamaan atau parabole
mempunyai arti bermacam-macam, maka tidak mudah untuk menentukan berapa perumpamaan yang pernah dikatakan
Yesus dalam Injil. Ada yang mengatakan sekitar tiga puluh perumpamaan. Tetapi
jika dihitung juga bentuk sastra yang lain sebagaimana disebut di atas, maka
jumlahnya bisa mencapai sekitar delapan puluh.
Mengapa Yesus Mengajar dengan Perumpamaan ?
Yesus menggunakan perumpamaan untuk memperjelas
apa yang mau disampaikan kepada pendengar-Nya. Yesus bermaksud untuk mempermudah orang menangkap yang
diajarkan, maka ‘bahan mentah’ perumpamaannya adalah hal yang amat sederhana, yang bisa ditangkap oleh
para pendengar yang juga adalah sederhana. Dan, harus pula sadari bahwa di dalam dunia yang
masih mengutamakan tradisi lisan, maka perumpamaan yang dipilih harus mudah
diingat oleh pendengarnya. Cerita atau bahasa atau tokoh yang rumit
jangan-jangan malah membuat orang mengalam kesulitan untuk mengingatnya.
Meskipun perumpamaan Yesus kebanyakan diambil dari
peristiwa sehari-hari, tidak selalu gambaran yang muncul adalah gambaran
kehidupan normal. Tidak jarang kita menemukan unsur melebih-lebihkan yang disengaja
atau sikap yang tidak biasa. Seringkali sebuah perumpamaan justru
menjungkirbalikkan situasi sehari-hari, sehingga orang harus memikirkan ulang
dirinya. Justru dengan gambaran yang diekstrimkan seperti itu, orang tidak akan
mudah melupakannya. Dengan cara itu, kontras semakin ditonjolkan. Sekaligus
orang dihadapkan pada sebuah pilihan yang tak mungkin dihindarkan. Di dalam perumpamaan
yang disampaikan Yesus, ada
pertarungan dua sudut pandang : sudut pandang manusiawi dan sudut pandang ilahi. Konflik seperti ini
menantang kita untuk secara
serius melihat dan mengevaluasi diri kita dan menentukan apa yang mau kita buat.
Perumpamaan Yesus
Perumpamaan sebenarnya adalah sebuah
perbandingan yang dipakai untuk menyampaikan pesan tertentu. Pesan apa yang sebenarnya mau disampaikan
oleh Yesus? Yesus mau menyampaikan pengajaran tentang Kerajaan Allah. Akan tetapi, Kerajaan Allah mempunyai dimensi dan cakupan yang
begitu kaya. Kekayaan ini jelas tidak bisa terungkap dalam satu pembicaraan,
atau melalui satu perumpamaan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa di
dalam pengajaran-Nya, Yesus menggunakan perumpamaan yang masing-masing
memberikan tekanan atau menonjolkan aspek yang berbeda-beda pada dari Kerajaan
Allah.
Paling tidak ada 4 (empat) karakteristik yang
melekat pada perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus:
- Eskatologis: sebagaimana terumus dalam Mrk 1:15 “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Unsur kemendesakan begitu menonjol. Di hadapan warta Kerajaan Allah seperti itu orang tidak bisa menunda-nunda. Sekaranglah saatnya di mana orang harus membuat keputusan. Kata-kata Yesus, “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka” (Mat 8:22), mengungkapkan kemendesakan ini. Bahkan sebuah keutamaan, yaitu memakamkan orang meninggal (bdk. Tob 1:17-18), harus ditinggalkan demi mengikuti Yesus.
- Eksistensial: perumpamaan Yesus menerangi atau menelanjangi eksistensi kita. Seperti disinggung di atas, perumpamaan Yesus mempunyai tiga tahapan, yaitu orientasi – disorientasi – reorientasi. Pertemuan antara keyakinan manusiawi dan ideologi ilahi mengungkapkan siapakah manusia itu atau sejauh mana nilai yang dianut oleh manusia itu. Perempuan lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh (Mat 25:1-13) mengajak kita untuk merenungkan dimana posisi kita saat ini.
- Etis: Perumpamaan Yesus juga menyangkut relasi dengan orang lain. Perumpamaan tentang biji sesawi (Mat 13:31-35) menggambarkan sesuatu yang agak berbeda. Dari biji sampai dengan pohon membutuhkan waktu – dan itu agak bertentangan dengan gagasan tentang kemendesakan datangnya Kerajaan Allah. Tetapi yang mau digarisbawahi dalam perumpamaan ini adalah kesediaan anggota Kerajaan Allah untuk bekerja melayani sesamanya.
- Injili: Akhirnya, jelas bahwa perumpamaan Yesus bersifat injili juga. Artinya, dimensi pewartaan agar semakin banyak orang terlibat dan bergabung dengan Kerajaan Allah merupakan salah satu dimensi yang bisa ditemukan dalam perumpamaan Yesus. Dengan membuat keputusan tentang diri pribadinya, orang mau tidak mau mengambil sikap terhadap pewartaan Kerajaan Allah.
Ada beberapa
tema pokok dalam perumpamaan yang sebenarnya juga menjadi tema pokok dalam
keseluruhan pengajaran Yesus.:
- Kerajaan Allah : Sejak awal karya-Nya Yesus memberitakan datangnya Kerajaan Allah. Ia tidak pernah memberikan uraian tentang hal itu, tetapi menjelaskannya dalam berbagai perumpamaan. Kerajaan atau pemerintahan Allah itu diberikan oleh Allah sebagai karunia (Luk. 12:32), sesuatu yang tanpa jasa manusia diwariskan (Luk. 22:29). Hal ini digambarkan dengan perumpamaan tentang benih yang dengan sendirinya dan secara rahasia tumbuh (Mrk. 4:26-29), tentang ragi (Mat. 13:33 dst), tentang biji sesawi (Mat. 13:31-32), dan tentang seorang penabur Mrk. 4:1-9). Masuk ke dalam kerajaan itu merupakan jalan kasih karunia. Hal ini dikemukakan dalam perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur (Mat. 20:1-16). Manusia memperoleh keselamatan bukan karena kerja kerasnya. Allah menyelamatkan manusia bukan karena jasa manusia, melainkan karena Ia mengasihinya. Karena merupakan karunia dan ditegakkan hanya oleh Allah sendiri, manusia tidak dapat mempercepat atau memperlambat perwujudan Kerajaan Allah. Manusia hanya dapat menerima dan menyambut Kerajaan Allah sebagai seorang anak. Kerajaan itu milik anak-anak dan orang yang seperti anak-anak (Mrk. 10:14-15). Hanya orang yang menyambut kerajaan itu seperti seorang anak kecillah yang akan masuk ke dalamnya. Begitulah seharusnya orang-orang yang menyerahkan diri kepada kerajaan Allah. Sulit bagi seorang kaya untuk masuk kerajaan itu (Mrk. 10:23-25) karena orang yang bersandar pada kekuatannya sendiri tidak akan pernah benar-benar percaya kepada Allah. Kerajaan Allah memang berupa karunia, tetapi memiliki nilai yang paling tinggi. Karena itu, pantaslah bila manusia dengan gembira hati mengorbankan segala sesuatunya untuk menaklukkan diri padanya. Hal ini diilustrasikan dengan perumpamaan tentang harta yang ter-pendam dan mutiara yang berharga (Mat. 13:44-46).
- Allah : Dalam berbagai kesempatan Yesus menyatakan bahwa Ia datang ke dunia untuk melakukan kehendak Allah. Ia pun selalu mengajak orang untuk dekat dengan Allah. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan mengajak orang untuk memanggil Allah dengan sebutan “Bapa.” Tetapi, bagaimanakah sebenarnya sifat-sifat Allah itu? Dalam beberapa perumpamaan Yesus memperkenalkan Allah kepada para pendengar-Nya. Perumpamaan tentang yang hilang (Luk. 15) menggambarkan sikap Allah yang aktif mencari para pendosa dan menanti pertobatan mereka dengan tangan terbuka. Sejumlah perumpamaan yang bernuansa eskatologis dipakai untuk menggambarkan jati diri Allah sebagai Hakim. Allah maha pengampun dan menghendaki agar manusia saling mengampuni digambarkan pada perumpamaan tentang hamba yang jahat (Mat. 18:23-35). Mengenai Yesus, Injil Yohanes kaya dengan metafor untuk menggambarkan jati diri Yesus dan peranan-Nya, misalnya Yesus digambarkan sebagai: Air hidup, Roti hidup, Pokok anggur. Namun yang serupa dengan perumpamaan dapat kita temukan pada perumpamaan tentang Gembala yang baik (Yoh. 10:1-18) dan Anggur sejati (Yoh. 15:1-8). Allah itu murah hati, ia menyambut setiap orang yang mau menjadi anggota kerajaan-Nya, sekalipun tampaknya terlambat. Hal ini digambarkan dalam perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur (Mat. 20:1-16). Kemurahan hati Allah itu juga digambarkan dalam cerita tetang seorang yang meminta makanan pada malam hari pada sahabatnya (Luk. 11:5-8). Perumpamaan ini menekankan kesediaan Allah untuk mendengarkan doa-doa yang disampaikan kepada-Nya (Luk. 11:9). Senada dengan perumpamaan ini, perumpamaan tentang hakim yang tidak takut akan Allah memberikan gambaran tentang kemurahan hati Allah itu (Luk. 18:1-8).
- Warga Kerajaan Allah : Yesus telah mewartakan datangnya Kerajaan Allah, banyak orang yang percaya kepada-Nya dan selalu mengikuti-Nya. Apa yang harus dilakukan oleh orang-orang yang menerima pemerintahan Allah dalam hidup mereka? Yesus mempergunakan berbagai perumpamaan untuk mengajarkan hal ini kepada orang-orang yang mendengarkan-Nya.
ü Bertobat : Untuk menyambut kedatangan Kerajaan
Allah, orang harus bertobat. Dalam berbagai perumpamaan Yesus mengajarkan
bagaimana orang harus bertobat. Selain mengungkapkan kemurahan hati Allah,
perumpamaan tentang anak yang hilang juga menekankan pentingnya pertobatan.
Dalam pertobatan itu orang harus mengakui kesalahan dan kebodohannya lalu
bersedia untuk mengubah cara hidupnya dan kembali kepada Allah. Walaupun tidak
menyenangkan dan bisa membuat dirinya malu, orang harus bertobat karena hanya
dengan keberanian itu roang dapat menerima allah dan dapat hidup menurut
kehendak dan kuasa Allah. Lewat perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut
cukai yang berdoa di Bait Allah (Luk. 18:9-14) Yesus mengajarkan pertobatan
sebagai sikap yang benar di hadapan Allah. Orang yang berani mengakui dosanya
dan datang kepada Allah tanpa kesombongan rohani apa pun diterima dan dipandang
benar oleh Allah. Mereka yang mau bertobat harus yakin bahwa Allah akan
menerima dan mengampuni mereka karena Dia adalah bapa yang murah hati, yang
bersedia menerima kembali anak-Nya yang hilang.
> Mengampuni : Karena Allah sendiri telah mengampuni
dosa dan kesalahannya, orang yang telah menerima pengampunan itu harus
mengampuni sesamanya. Pengampunan yang telah diterimanya dari Allah itu jauh
lebih besar daripada pengampunan yang seharusnya ia berikan kepada orang lain
yang bersalah kepadanya. Sehingga tidak masuk akal bila ia tidak mau mengampuni
orang lain. Yesus menegaskan hal ini dalam perumpamaan tentang hamba yang
berhutang (Mat. 18:21-35).
> Rendah hati : Yesus memakai beberapa perumpamaan mengajarkan kerendahan hati di
hadapan sesama dan Tuhan. Perumpamaan dalam Luk. 14:7-11 diawali dengan: Karena
Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia
mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:... Yesus mengingatkan para
pendengar agar jangan suka mencari kehormatan diri. Contoh lainnya adalah
perumpamaan tentang doa yang diawali dengan: Dan kepada beberapa orang yang
menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus
mengatakan perumpamaan ini: ....” (Luk. 18:8-14). Agar para murid tidak
cenderung mencari pujian ketika melakukan perbuatan baik, Yesus mengambil
perumpamaan tentang tuan dan hamba yang diakhiri dengan nasihat: “Demikian
jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna;
kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Luk. 17:10).
> Mempergunakan anugerah : Dalam
perumpamaan tentang talenta Yesus mengajarkan bahwa mereka pun harus
mempergunakan semua yang diberikan kepada Allah dengan sebaik-baiknya (Mat.
25:14-30). Semua itu telah dipercayakan Allah kepada kita karena Ia percaya
bahwa kita dapat mengembangkannya. Pada waktunya Allah akan meminta
pertanggungjawaban atas semua yang telah dipercayakan-Nya kepada kita itu.
> Mengasihi : Orang yang telah menjadi anggota
Kerajaan Allah akan mengasihi orang lain, seperti Allah telah mengasihi semua
manusia. Kasihnya tidak akan terbatas pada orang-orang yang telah mengasihinya
atau yang dapat membalas kasihnya. Allahlah yang harus menjadi “model” untuk
mengasihi. Ia bermurah hati kepada semua orang. Ia memberikan hujan tidak hanya
kepada orang benar, tetapi juga kepada orang yang tidak benar (Mat. 5:44-45).
Ia pun akan mengasihi Allah yang hadir dalam kehidupan nyata, seperti Allah
telah mengasihinya. Yang menjadi ukuran dalam pengadilan Allah adalah perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang terhadap Allah selama ia hidup di dunia ini (Mat.
25:31-46). Allah hadir dalam diri orang-orang yang menderita dan kekurangan.
Apa pun yang dilakukan terhadap mereka sebenarnya dilakukan terhadap Allah
sendiri.
> Selalu
berjaga-jaga : Ada sejumlah perumpamaan
Yesus yang berbicara tentang akhir zaman. Perumpamaan yang bertema eskatologi
ini bertujuan untuk mengingatkan para pendengar agar mengambil sikap yang benar
untuk menghadapi akhir zaman. Para murid hendaknya senantiasa berjaga-jaga
karena mereka tidak tahu kapan akhir zaman tiba (Mrk. 13:34-36; Luk. 12:35-38;
Mat. 24:42-44//Luk. 12:39-40; Mat. 24:45-51//12:42-46; Mat. 25:1-13; Luk.
12:13-21), pada akhir zaman akan terjadi pemisahan antara orang yang baik dan
yang jahat (Mat. 7:16-20; 13:47-50; 13:24-30.36-43 Mat. 25:31-46). Dengan
perumpamaan-perumpamaan tersebut Yesus mengajak umat untuk menghayati kehidupan
di dunia ini dengan perspektif akhir zaman dan kehidupan kekal. Hidup di dunia
ini hanya sementara, oleh karena itu semuanya hendaknya berjaga-jaga untuk
menghadapi pengadilan terakhir.
Membaca Perumpamaan
Jelas bahwa perumpamaan tidak dimaksudkan untuk
mengajar kita secara langsung. Perumpamaan hanya mau membongkar keyakinan
pribadi yang tadinya dipegang erat-erat dan kemudian membangunnya kembali
dengan menggunakan arahan yang berbeda. Di dalam sebuah perumpamaan, orang
dipaksa mengambil sikap yang sesuai.
Bagaimana sebaiknya kita memahami sebuah
perumpamaan. Kalau mau
sedikit petunjuk untuk membaca perumpamaan, bolehlah langkah-langkah berikut
diperhatikan:
1.
Membaca
berulang-ulang dengan cermat perumpamaan yang akan kita bahas.
Kita juga perlu
menganalisa konteks dekat dari perumpamaan tersebut di dalam Injil. Misalnya,
dalam rangka apa Yesus mengisahkan perumpamaan tersebut. Setelah itu, kita bisa
mencoba menemukan plot (alur) dari ceritanya, mengamati tokoh-tokohnya serta
peranan mereka di dalam cerita. Jangan lupa mencatat (mengamati) sejumlah
kata-kata penting yang menentukan alur cerita. Sebagai contohnya, kita dapat
mengamati perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk. 15:11-32). Kata-kata dari
bapanya mempunyai makna penting, yaitu sebagai pertanda bahwa bapa tersebut
menerima kembali anaknya sebagai anak (bukan sebagai hamba). Kesan ini tampak
dari perintah sang bapa kepada para hambanya agar mengambilkan pakaian, cincin,
sepatu, dan agar mereka menyembelih lembu yang tambun.
2.
Mencoba mencari
tahu latar belakang dari perumpamaan.
Sebagai contoh,
berkaitan dengan perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati (Luk.
10:25-37), ada beberapa latar belakang situasi dan kondisi waktu itu yang perlu
kita pahami. Misalnya, perseteruan antara orang Samaria dan orang Yahudi,
alasan imam dan Lewi yang tidak mau menolong, kekhasan dari jalan dari Yerikho
ke Yerusalem. Sistem sosial-religius masyarakat Yahudi zaman Yesus perlu pula
kita ketahui. Kita perlu tahu misalnya siapakah itu orang Farisi, Saduki,
pemungut cukai, dan sebagainya. Dengan begitu kita dapat memahami secara lebih
baik perumpamaan yang berkaitan dengan mereka.
3.
Menelaah
perumpamaan dalam konteks pelayanan publik Yesus.
Siapakah
pendengar Yesus waktu itu? Situasi dan kondisi pendengar perumpamaan pada zaman
Yesus berlainan dengan situasi dan kondisi kita saat ini. Kita tidak punya
kepekaan lagi tentang permusuhan antara orang Yahudi dengan orang Samaria. Bagi
orang Yahudi yang waktu itu mendengar perumpamaan tentang orang Samaria yang
baik hati, pasti terasa adanya sindiran yang lebih kuat dan jelas dibandingkan
dengan apa yang sekarang kita rasakan. Contoh lainnya, konsep mengampuni musuh
adalah konsep baru yang ditawarkan oleh Yesus kepada para pendengar-Nya waktu
itu.
4.
Mengamati
bagaimana perumpamaan tersebut menjadi sarana pewartaan yang dibawa oleh Yesus.
Jangan kita
lupakan perlunya menafsirkan perumpamaan dalam kaitannya dengan pewartaan Yesus
tentang Kerajaan Surga dan karya-karya mujizat-Nya. Dengan demikian,
perumpamaan bukan hanya sebuah narasi sederhana, melainkan merupakan bagian
dari cara pandang Yesus terhadap Allah, umat manusia, keselamatan, dan zaman
baru yang dimaklumkan dengan kehadiran-Nya di dunia ini. Semua perumpamaan
tentu sudah dirancang sedemikian rupa untuk memperjelas pokok-pokok pewartaan
yang dibawa oleh Yesus. Dari macam-macam perumpamaan yang ada dalam Injil, kita
juga dapat melihat pandangan teologis penginjil. Sebagai contoh, dari
perumpamaan-perumpamaan yang terdapat dalam Lukas, kita dapat mengatakan bahwa
Lukas mempunyai minat khusus pada karya keselamatan Allah, doa, penggunaan
harta benda secara benar, serta perhatian pada kaum miskin dan tertindas.
5.
Refleksi atas
hidup kita.
Setelah memahami
perumpamaan dengan teliti dan menemukan pesan pokoknya, kita kemudian dapat
melangkah ke tahap selanjutnya, yaitu refleksi atas hidup kita. Perumpamaan
yang baru saja kita bahas itu punya makna apa bagi hidup kita. Perumpamaan
Yesus harus dipahami dengan iman akan Dia. Jika tidak ada iman kepada-Nya,
pesan dari perumpamaan tidak akan dapat dipahami dengan benar. Yesus menyadari
hal itu, oleh karena itu Dia tahu bahwa banyak orang mendengar perumpamaan-Nya
tetapi tidak mampu memahaminya karena tidak ada iman pada-Nya.
Daftar Perumpamaan Yesus
Markus
|
Matius
|
Lukas
|
|
PERUMPAMAAN TENTANG DOA
|
|||
Hal
pengabulan doa
|
7:9-11
|
11:11-13
|
|
Sahabat yang datang tengah malam
|
11:5-8
|
||
Orang
Farisi dan pemungut cukai
|
18:9-14
|
||
Hakim
yang tak benar
|
18:1-8
|
||
MENJADI PENDENGAR DAN PELAKSANA SABDA
|
|||
Rumah di atas batu dan
pasir
|
7:24-27
|
6:47-49
|
|
Dua orang anak
|
21:28-32
|
||
Penabur benih
|
4:1-9, 13-20
|
13:1-9
|
8:4-8.11-15
|
Hamba yang rendah hati
|
17:7-10
|
||
ESKATOLOGI (Akhir zaman)
|
|||
Nasihat berjaga-jaga
|
13:34-36
|
12:35-38
|
|
Pencuri di waktu malam
|
24:42-44
|
12:39-40
|
|
Hamba yang setia dan
tidak setia
|
24:45-51
|
12:42-46
|
|
Orang kaya yang bodoh
|
12:13-21
|
||
Domba dan kambing
|
25:31-46
|
||
SIKAP DAN PERWUJUDAN IMAN YANG BENAR
|
|||
Tentang puasa
|
2:19-20
|
9:15
|
5:33-39
|
Pohon baik dan tidak
baik
|
7:16-20
|
||
Secarik kain dan anggur
baru
|
2:21-22
|
9:16-17
|
5:36-39
|
Dua macam jalan
|
7:13-14
|
13:23-27
|
|
Pelita dan ukuran
|
4:21-25
|
8:16-18
|
|
Pohon ara
|
13:28-32
|
24:32-36
|
21:29-33
|
Membangun menara
|
14:28-30
|
||
Raja yang maju perang
|
14:31-33
|
||
Bendahara yang tidak
jujur
|
16:1-9
|
||
Orang kaya dan Lazarus yang miskin
|
16:19-31
|
||
Pohon ara yang tidak
berbuah
|
13:6-9
|
||
KERAJAAN ALLAH
|
|||
Benih yang tumbuh
diam-diam
|
4:26-29
|
13:18-19
|
|
Biji sesawi
|
4:30-32
|
13:31-32
|
|
Pukat
|
13:47-50
|
||
Lalang di ladang gandum
|
13:24-30,36-43
|
||
Harta terpendam
|
13:44
|
||
Mutiara yang indah
|
13:45-46
|
||
Pesta perkawinan
|
22:1-14
|
14:15-24
|
|
Ragi
|
13:33
|
13:20-21
|
|
Orang upahan di kebun anggur
|
20:1-16
|
||
Gadis bijak dan gadis
bodoh
|
25:1-13
|
||
Talenta
|
25:14-30
|
19:11-27
|
|
KASIH DAN PENGAMPUNAN
|
|||
Domba yang hilang
|
18:12-14
|
15:1-7
|
|
Domba yang hilang
|
15:1-7
|
||
Dirham yang hilang
|
15:8-10
|
||
Anak yang hilang
|
15:11-32
|
||
Hamba yang jahat
|
18:23-35
|
||
Dua orang yang berhutang
|
7:41-50
|
||
Orang Samaria yang baik
hati
|
10:25-37
|
||
SIKAP PENOLAKAN TERHADAP YESUS
|
|||
Tentang Beelzebul
|
3:22-27
|
12:29-30
|
11:21-23
|
Penggarap kebun anggur
|
12:1-12
|
21:33-46
|
20:9-19
|
PERUMPAMAAN TENTANG DIRI YESUS
|
|||
Gembala yang baik
|
Yoh. 10:1-18 (bdk. Mat. 18:12-14; Luk. 15:1-7)
|
||
Anggur yang sejati
|
Yoh. 15:1-8
|