Santo Paulus adalah rasul agung dan
bentara firman
Allah. Ia dulu “menganiaya” Tuhan, tetapi kemudian seluruh hidupnya
dipersembahkan bagi Dia. Paulus tetap setia, bahkan sampai mati. Paulus
terpanggil mewartakan Injil setelah ia bertobat. Ia mengadakan
perjalanan jauh ke daerah-daerah di Asia Kecil dan diperkirakan menempuh
jarak sekitar 5000 km! Tak heran ada yang menjulukinya sebagai ‘atlet
Allah”.
Sumber
utama informasi mengenai “riwayat hidup” Santo Paulus terdapat dalam
Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus). Ada satu hal
yang perlu diingat : Perjanjian Baru tidak menaruh minat akan “riwayat
hidup” Paulus. Akibatnya, jika kita ingin menyusun “riwayat hidup”
Paulus, kita akan menghadapi ketidaklengkapan. Data dari sumber-sumber
lain kiranya dapat "menyempurnakan" penyusunan “riwayat hidup” Santo
Paulus.
Latar Belakang
Kapan dan di mana Paulus dilahirkan ? Tidak ada catatan sama sekali. Mengingat Kisah Para Rasul (7:58) menyatakan bahwa Paulus masih muda ketika diakon Stefanus menjadi martir (kira-kira tahun 32-34), para ahli sepakat bahwa Paulus dilahirkan kira-kira antara tahun 6-10. Paulus lahir sewaktu Yesus muda masih tinggal di Nazaret. Paulus diperkirakan lahir di Tarsus (Kis 21:39). Tarsus adalah sebuah kota pelabuhan yang makmur dan kosmopolitan di tepi Sungai Rydnus di Kilikia (sekarang Turki). Tarsus merupakan kota dipengaruhi kebudayaan Yunani dan sudah sebelum zaman Makabe (2 Mak 4:30) di sana sudah ada koloni Yahudi. Maka itu sangat mungkin sekali Paulus adalah seorang “Hellenis”, yaitu orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Seperti banyak orang Yahudi di perantauan, Paulus punya dua nama, yaitu Saul (nama Yahudi) dan Paulus (nama Yunani). Nama “Paulus” dipilih mungkin oleh karena pengucapannya berdekatan dengan Saul (Saulus). Ia sendiri selalu memakai nama Yunaninya saja (bdk. Kis 13:6-9).
Rupanya Paulus berasal dari keluarga Yahudi terkemuka. Ada beberapa petunjuk yang meyakinkan hal itu. Paulus memiliki dua kewarganegaraan, yakni : Roma dan Yahudi. Kewarganegaraan Roma dimilikinya sejak lahir (Kis 22:28). Mengapa ia bisa memiliki dua kewarganegaraan ? Diduga ia memperolehnya dengan membeli. Dalam Kis 23:16 diceritakan bahwa anggota keluarganya mengetahui adanya komplotan yang mengancam hidupnya sesudah dipenjarakan di Yerusalem. Diduga karena rencana ini merupakan persekongkolan dengan Mahkamah Agung Yahudi, maka keluarga Paulus rupanya mempunyai hubungan baik dengan pihak-pihak penguasa. Selain itu, Paulus adalah seorang pembuat kemah yang terlatih (Kis 18:3). Pada zaman itu, hanya orang-orang Yahudi terkemuka yang mampu mempelajari salah satu keahlian bisnis. Dan juga, ada kenyataan bahwa para pemimpin Yahudi Palestina menaruh hormat padanya pada saat ia masih mengejar-ngejar orang Kristen.
Tapi yang jelas, terlepas dari status sosialnya, Paulus adalah orang Yahudi yang bersemangat. Umumnya, orang Yahudi Hellenis dianggap tidak ortodoks (asli) oleh orang Yahudi Palestina. Maka untuk menutupi kekurangannya itu, maka kadang-kadang orang Yahudi Hellenis bereaksi lebih keras dan ortodoks, bahkan menjurus fanatik. Maka tidaklah mengherankan bahwa Paulus “sangat bersemangat” mengejar orang-orang Kristen. Kecuali itu Kisah Para Rasul berulang kali mengungkapkan bahwa seteru utama Paulus setelah bertobat menjadi Kristen adalah orang Yahudi Hellenis.
Waktu masih muda Paulus mengikuti pendidikan hukum Taurat di Yerusalem yang diberikan oleh rabi terkenal masa itu, Gamaliel (Kis 22:3). Walaupun ia memiliki sifat temperamental, namun ia memiliki otak yang cerdas. Paulus pindah ke Yerusalem, mungkin bersama anggota keluarga lainnya karena Kis 23:16 menyebutkan sepupunya, anak kakak perempuan Paulus. Mungkin Paulus pindah ke Yerusalem pada saat ia masih anak-anak. Paulus menunjukkan penguasaannya akan Hukum Taurat pada setiap halaman suratnya. Ia menguasai secara baik ajaran tradisional para rabi dan cara-cara berargumentasinya. Paulus bangga atas keyahudiannya (bdk. Rm 9:1-5).
Karena pengetahuan dan keyakinannya tersebut Paulus merasa dirinya wajib menentang “bidaah” (bdk. Kis 24:5.14; 28:22) yang bermunculan di kalangan Yahudi, yaitu kelompok orang-orang Kristen. Paulus melihat orang Kristen sebagai ancaman terhadap kepercayaan Yahudi asli. Ia menjadi musuh utama orang Kristen, menangkap mereka dan mendorong mereka agar dihukum mati (Kis 26:1-11). Paulus sendiri menandaskan bahwa ia pernah “menganiaya jemaat Allah” (Gal 1:13; Flp 3:6; 1 Kor 15:9). Paulus juga turut dalam pembunuhan atas diri Stefanus (Kis 7:58; 8:3; 22:20) dan sibuk menangkap dan memenjarakan orang Kristen sampai ke luar Palestina (Kis 9:1-2).
Pertobatan Paulus
Antara tahun 34-35, Paulus mengalami suatu pertobatan di jalan menuju Damaskus/Damsyik (sekarang Suriah). Mengapa ia bisa sampai di Damsyik ? Untuk menekan perkembangan agama Kristen, Paulus menerima surat pengantar dari imam besar di Yerusalem untuk rumah-rumah ibadat di Damsyik. Isinya agar ia diperbolehkan masuk dengan bebas untuk menangkap orang Kristen Yahudi di situ. Paulus rupanya merasa puas atas keberhasilannya menekan orang Kristen di Yerusalem. Dan kini ia menganggap sudah tiba saatnya untuk menerapkan cara yang sama di Damsyik, ibukota propinsi Roma di Siria. Untuk itulah ia pergi menuju Damsyik.
Pentingnya pertobatan Paulus tercermin dalam tiga kisah mengenai kejadian itu dalam Kisah Para Rasul (9:1-19; 22:4-21; 26:10-20). Bagaimana terjadinya peristiwa pertobatan Paulus tersebut ? Paulus berjumpa dengan Kristus di dalam suatu penampakkan yang kemudian membutakan matanya secara fisik dalam perjalanan ke Damsyik. Tetapi secara rohani ia sadar akan Kristus yang bangkit di dalam Gereja-Nya. Dibawa ke Damsyik, Paulus disembuhkan dari kebutaannya dan dibaptis oleh seorang murid bernama Ananias. Paulus melanjutkan perjalanannya ke Damsyik sebagai orang yang sudah berubah dan dengan tujuan yang berbeda.
Apakah ketiga kisah pertobatan Paulus sama ? Ada perbedaan kecil dalam tiga kisah itu. Perbedaan itu barangkali memang disengaja karena cerita-cerita itu dimasukkan untuk melukiskan penglihatan Paulus dengan ungkapan-ungkapan tradisional Perjanjian Lama. Kitab Suci secara sederhana berusaha mengungkapkan apa yang sebenarnya tidak mungkin diutarakan dengan bahasa manusia : pewahyuan Allah kepada manusia. Yang jelas, Paulus sungguh diyakinkan bahwa Yesus dari Nazaret yang wafat, sekarang masih hidup. Paulus sendiri mengatakan bahwa “Kristus Yesus telah menangkapku” (Flp 3:12). Pengalaman akan Kristus yang bangkit juga merupakan panggilan untuk menjadi rasul dan memberi isi pewartaan rasul-Nya : “Bukankah aku rasul ? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita ?” (1 Kor 9:1).
Paulus sebagai Orang Kristen
Tentu saja baik orang Kristen maupun orang Yahudi terheran-heran ketika Paulus muncul di rumah-rumah ibadat Damsyik bukan untuk mencari dan menghukum orang-orang Kristen Yahudi. Ia malahan memberi kesaksian mengenai iman Kristennya dan berkhotbah tentang Yesus sebagai Anak Allah. Sedikit demi sedikit bertumbuhlah keyakinan bahwa ia harus diterima sebagaimana adanya sekarang. Peristiwa ini menjadi kegembiraan bagi orang Kristen.
Dari Gal 1:17, kita mendapat informasi bahwa setelah pertobatannya, Paulus kemudian beristirahat di Arab untuk waktu yang tidak ditentukan. Tidak jelas di mana dan tujuan ia beristirahat. Kemungkinan Paulus menjauhi keramaian di kota untuk sementara waktu guna menyiapkan diri dengan doa dan meditasi.
Kemudian ia segera kembali ke Damsyik. Di situ “ia semakin besar pengaruhnya dan membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias” (Kis 9:22). Di situ ia tinggal selama 3 tahun (Gal 1:18).
Rupanya lawan-lawan Yahudinya memaksa ia meninggalkan kota itu. Mereka membuat rencana untuk membunuhnya sesudah meminta bantuan pejabat dari Raja Aretas IV di Nabatea (sebelah selatan Laut Mati, Arab), mereka merencanakan untuk menutup pintu Damsyik menghalangi pelariannya. Tetapi berkat pertolongan saudara-saudara seimannya, Paulus dapat melarikan diri dari kota di waktu malam dan ia dapat menyelamatkan diri (2 Kor 11:32; Kis 9:23-25). Kejadian itu diperkirakan sebelum tahun 37 atau sesudah tahun 40.
Dari Damsyik Paulus pergi ke Yerusalem (Kis 9:26-29; Gal 1:18+). Di Yerusalem pada awalnya ia diterima dengan penuh rasa curiga oleh orang-orang Kristen. Mereka sukar mempercayai bahwa musuh mereka yang paling ganas sekarang menjadi salah satu dari mereka. Tetapi Barnabas, yang waktu itu menjadi terpandang di Gereja Yerusalem sejak permulaan (Kis 4:36+) dan yang kelak menjadi teman perjalanan Paulus, membela Paulus dan meyakinkan teman-teman Kristen mengenai ketulusan pertobatan Paulus. Lagi-lagi Paulus giat mewartakan ajaran Kristen dan sekaligus bertentangan dengan orang-orang Yahudi Hellenis. Hal itu membahayakan hidupnya maka ia melarikan diri ke daerah kelahirannya Tarsus di Kilikia (Kis 9:30; Gal 1:21).
Paulus terpaksa tinggal di Tarsus selama beberapa tahun. Kita tidak mengetahui kegiatannya. Mungkin ia sedang mempersiapkan diri untuk tugas yang lebih besar. Pada saat di Tarsus inilah Barnabas menghubunginya dan mengajaknya ke Antiokia, Siria (kira-kira tahun 42-45). Di sana ia mendirikan jemaat. Jemaat Antiokia adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani. Di Antiokia murid-murid Yesus disebut Kristen. Paulus tinggal di Antiokia selama setahun. Pada akhir tinggalnya di Antiokia, Paulus dan Barnabas dikirim ke Yerusalem untuk membantu orang Kristen di Yudea yang mengalami bahaya kelaparan (Kis 11:27-30) sekitar tahun 44-45. Pada waktu itulah, Paulus untuk kedua kalinya pergi ke Yerusalem. Ia dan Barnabas kembali lagi ke Antiokia sambil membawa serta seorang anak muda bernama Yohanes, yang kemudian dikenal sebagai Markus, keponakan Barnabas (Kis 12:25).
Perjalanan Misi Pertama
Perjalanan misi pertama (Kis 13-14) dilakukan bersama Barnabas sekitar tahun 45-49. Pada permulaannya, kepemimpinan dipegang oleh Barnabas : namanya disebut pertama dan nama Paulus disebutkan paling akhir dalam daftar pemimpin Gereja Antiokia (Kis 13:1), dan tujuan keduanya adalah Siprus (tempat kelahiran Barnabas,pulau besar yang berjarak 100 mil dari pantai Siria). Pada akhir perjalanan Pauluslah yang menjadi pemimpin rohani dari karya penginjilan tersebut. Di Siprus mereka memberitakan firman Allah di rumah-rumah ibadat dan rupanya sukses. Salah satu bukti kesuksesannya adalah prokonsul (gubernur) Romawi Sergius Paulus merasa tertarik.
Dari Siprus Paulus dan temannya berlayar di Asia Kecil, ke kota tepi pantai, Perge di Pamfilia. Mereka tidak terlalu lama di situ dan segera membuat rencana untuk masuk lebih ke utara ke Antiokia (bukan yang di Siria) di Pisidia (sekarang Turki selatan). Di situ Markus meninggalkan mereka dan kembali ke rumahnya di Yerusalem. Rupanya ia mengalami ketidakcocokan dengan Paulus (Kis 15:38). Paulus tergesa-gesa berangkat ke Antiokia sesudah ia sakit di Perge.
Di Antiokia dan Ikonium Paulus tinggal sebentar. Di kedua kota itu, orang Yahudi dan orang bukan Yahudi membujuk pembesar-pembesar kota agar mengusir mereka, meskipun mereka sangat berhasil dalam mewartakan firman.
Listra dan Derbe (kota-kota di Likaonia) yang paling akhir dikunjungi. Paulus dan Barnabas untuk pertama kalinya berjumpa dengan semangat orang kafir. Di Listra, Paulus dan Barnabas dianggap sebagai dewa dan pemberitaan Paulus disamakan dengan ajaran dewa-dewa (Kis 14:10-17). Tak begitu lama kemudian, mereka diusir dari kota dan dengan susah payah lolos dari tangan orang Yahudi yang mengejarnya dari Antiokia dan Ikonium.
Dari Derbe Paulus dan Barnabas mencoba kembali dan mengunjungi semua kota di Asia Kecil, yang pernah mereka ajar, meskipun musuh ada di situ. Dari pelabuhan Atalia, dekat Perge, mereka berlayar kembali ke Antiokia di Siria, untuk memberi laporan kepada Gereja di sana mengenai kebijakan mereka menerima orang-orang bukan Yahudi dan mengenai hasil yang mereka peroleh. Perjalananan mereka menempuh jarak lebih dari 900 km.
Konsili di Yerusalem
Menurut banyak ahli, Konsili di Yerusalem yang dikisahkan dalam Kis 15:1-35 sama dengan kisah perjalanan Paulus 14 tahun setelah pertobatannya seperti diceritakan dalam Gal 2:1-10. Kedua cerita dikisahkan dari dua segi yang berbeda. Ahli-ahli lain berpendapat bahwa kisah dalam Kis 15 disusun dari berbagai peristiwa dalam Gereja di Yerusalem yang terjadi antara tahun 49 dan 50.
Mengapa Paulus menghadiri konsili di Yerusalem ? Ia ingin bertemu dengan tokoh-tokoh penting (Petrus, Yohanes, Yakobus). Paulus bermaksud membela kebijakannya dalam mewartakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi tanpa membebankan sunat atau Hukum Taurat. Akhirnya, ia mendapat dukungan dari tokoh-tokoh kepemimpinan induk di Yerusalem. Kegiatan misionernya direstui. Paulus berjanji memperhatikan keperluan jemaat di Yerusalem (Gal 2:10). Paulus berjanji mengumpulkan dana bantuan di luar negeri. “Kolekte” itu oleh Paulus dianggap sangat penting sebagai tanda tekad dan kerelaannya untuk mempertahankan dan memperkuat persekutuan jemaat induk di Yerusalem dan jemaat di seluruh Palestina. Meskipun Paulus tidak merasa tergantung pada jemaat induk dan ada beberapa pihak yang terus menentang karya misionernya, namun Paulus tetap mempertahankan hubungan erat dengan jemaat induk. Bagi Paulus hubungan itu penting. Paulus menekankan hakikat kesatuan Gereja.
Oleh karena itu dalam tahun-tahun berikutnya Paulus terus sibuk dengan urusan pengumpulan dana bagi jemaat di Yerusalem (bdk. 1 Kor 16:1-4; 2 Kor 8-0; Rm 15:26).
Perjalanan Misi Kedua
Dengan bekal persetujuan Gereja induk di Yerusalem, Paulus meneruskan perjalanannya ke Antiokia. Tujuannya semula mengikuti lagi jejak perjalanan pertamanya seperti yang diusulkan Barnabas. Tetapi Paulus dan Barnabas berbeda pendapat mengenai ikut sertanya Markus. Barnabas memihak saudaranya dan akibatnya Paulus mengubah rencananya (Kis 15:36-41). Barnabas dan Markus menuju Siprus dan kita tidak mengetahui lebih lanjut mengenai mereka. Sedangkan Paulus memakai jalan darat mengunjungi Listra dan Derbe, yang pernah dikunjunginya. Ia membawa serta Silas, seorang tokoh Gereja Yerusalem yang datang ke Antiokia (Kis 15:22). Di Listra Paulus mendidik seorang Kristen muda bernama Timotius (Kis 16:1-3) yang kelak menjadi muridnya terkasih dan menjadi pembantu utamanya.
Paulus lalu berjalan jauh ke utara dan timur. Ia bermaksud menuju Efesus (kota utama di propinsi Roma di Asia, dan kota ini kelak akan menjadi Gereja yang besar). Tetapi rupanya ia tidak jadi ke Efesus dan ia juga dilarang masuk Bitinia di sebelah utara Asia. Paulus akhirnya melintasi Misia dan sampai di Troas, barat laut Asia Kecil (Kis 16:7+).
Di Troas, orang-orang Makedonia memintanya untuk menyeberang menolong mereka (Kis 16:9+). Peristiwa itu suatu tahap menentukan dalam sejarah Gereja : pewartaaan Injil di Eropa. Salah satu kota penting di Makedonia adalah Filipi. Di Filipi, Paulus dituduh melakukan proselitisme untuk agama Yahudi. Di sana agama Yahudi memang diperbolehkan menurut hukum Romawi tetapi dilarang untuk mengusahakan pertobatan di antara warga negara Roma untuk menganut agama Yahudi. Orang-orang Filipi tentu saja tidak membedakan antara agama Yahudi dan agama Kristen. Mereka menganggap Kristen adalah sekte agama Yahudi. Paulus juga mengusir roh jahat dari seorang perempuan. Para tukang tenung kehilangan pekerjaan akibat perbuatan Paulus tersebut. Akhirnya Paulus dimasukkan penjara pada malam hari akibat adanya keributan dari para tukang tenung. Untuk pertama kalinya Paulus menyebut hak istimewanya sebagai warga negara Roma. Para penguasa menyuruh mendera Paulus (dan Silas) untuk memuaskan orang banyak. Tetapi Paulus mengingatkan kepada para penguasa bahwa tindakan mereka kepadanya bisa berakibat kehilangan jabatan karena Romawi melindungi hak warga negaranya. Akhirnya, Paulus dan Barnabas dilepas dan meninggalkan kota tanpa huru-hara. Dari Surat kepada Umat di Filipi dapat ditarik kesimpulan bahwa pewartaan Paulus di situ sangat berhasil.
Dari Filipi, keduanya mengambil jalan Egnatia, yang membelah Makedonia, lewat Amfipolis dan Apolonia menuju Tesalonika. Tesalonika adalah kota kedua terpenting di Yunani. Surat kepada Umat di Tesalonika menunjukkan bahwa pewartaan Injil di situ sangat berhasil sebelum orang-orang Yahudi yang tidak percaya berhasil menghasut orang banyak dan mengusir Paulus dan Silas untuk sementara waktu.
Lalu mereka pergi ke selatan menuju Berea, kota tua di Makedonia. Di sini, justru orang Yahudi menerima pewartaan Paulus dengan segenap hati dan mengajak banyak orang bukan Yahudi menjadi anggota umat (Kis 17:10-12). Di Berea timbul kekacauan. Sebenarnya, kekacauan itu ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi Tesalonika yang iri hati, bukan orang Berea (Kis 17:13-15). Orang-orang Berea segera menyuruh Paulus pergi menuju pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea. Paulus menuju Atena (sekarang Yunani). Silas dan Timotius dipesan untuk segera menyusul. Dari 1 Tes 3:1+ diketahui bahwa Timotius bergabung dengan Paulus di Atena tetapi kemudian diutus kembali ke Tesalonika.
Kegiatan Paulus di Atena terekam dalam Kis 17:16-34. Di situ Paulus untuk pertama kalinya menghadapi orang Yunani asli. Di sinilah agama Kristen mulai bersentuhan dengan budaya kafir. Paulus menghadapi suatu ketidakacuhan dalam mewartakan Injil. Ada kesan pewartaan Paulus di Atena kurang berhasil.
Pada saat di Atena Paulus mendapat kabar bahwa jemaat di Tesalonika menderita penganiayaan dari kelompok yang pernah mengusir Paulus. Walaupun demikian Paulus tetap melanjutkan perjalanannya ke Korintua sekitar tahun 50 atau 51. Korintus merupakan kota makmur, kosmopolitan, komersial. Tetapi Paulus menuai keberhasilan di sana (Kis 18:1-11).
Di Korintus, Silas dan Timotius dari Makedonia bergabung dengan Paulus (Kis 18:5). Dari Timotius itulah Paulus mendengar berita buruk Gereja Tesalonika. Oleh karena itu, Paulus menulis suratnya yang pertama : Surat Pertama kepada Umat di Tesalonika pada tahun 51-52. Surat Kedua kepada Umat di Tesalonika menyusul beberapa bulan kemudian. Di Korintus Paulus tinggal sekitar 1,5 tahun (Kis 18:5).
Perjalanan Misi Ketiga
Sekitar tahun 53 Paulus berlayar kembali ke Yerusalem dan Antiokia di Siria, setelah mampir sebentar di Efesus (Kis 18:18-22). Di Efesus Paulus tinggal sekitar 3 tahun. Efesus adalah kota terpenting di Asia Kecil. Paulus memandang Efesus sebagai pusat kegiatannya. Kemungkinan pada saat tinggal di situ, ia juga mewartakan Injil ke timur, yaitu Kolose dan Licus. Daerah-daerah yang dilewati Paulus dalam perjalanannya ke Efesus serupa dengan kota-kota pada perjalanannya yang pertama di Asia Kecil (Derbe, Listra, Ikonium, Pisidia Antiokia). Kota-kota ini memandang Efesus sebagai pusatnya. Di Efesus Paulus menulis Surat kepada Umat di Galatia. Umat Galatia (sekarang Turki) yang dimaksud kemungkinan adalah kota-kota tersebut.
Di Efesus Paulus mendengar adanya pertentangan-pertentangan yang mengancam kesatuan Gereja Korintus. Untuk itu Paulus menulis Surat Pertama kepada Umat di Korintus. Selain itu, di Efesus Paulus dipenjarakan untuk beberapa waktu lamanya. Umat terkasih di Filipi mendengar nasib buruk Paulus dan mereka mengirim bantuan dan hiburan kepadanya. Di dalam penjara inilah Paulus menulis Surat kepada Umat di Filipi untuk menanggapinya. Ia berjanji secepatnya untuk mengunjungi mereka. Sementara itu ia mengutus Timotius sebagai wakilnya (Flp 2:19-24; bdk. Kis 19:21+).
Setelah itu Paulus menuju Korintus melalui Troas. Di Troas ia berjumpa dengan Titus murid yang dulu menemaninya di Konsili di Yerusalem (Gal 2:1). Titus melaporkan keadaan umat di Korintus. Paulus memutuskan untuk tidak langsung menuju Korintus, melainkan menunggu berita mengenai akibat dari surat teguran yang pertama (1 Korintus). Karena gagal menemui Titus, ia menyeberang Makedonia dan mengunjungi Filipi lagi. Di situ ia berjumpa dengan Titus, menyampaikan kabar gembira. Di Filipi Paulus menulis Surat Kedua kepada Umat di Korintus.
Akhirnya Paulus tiba di Korintus sekitar tahun 57-58. Ia tinggal selama 3 bulan. Di Korintus ia menulis Surat kepada Umat di Roma, padahal ia belum pernah ke Roma. Nampaknya ia berencana ke Roma (bdk. Kis 19:21).
Pada musim semi tahun 58 ketika Paulus mengetahui adanya komplotan orang Yahudi yang ingin membunuhnya, ia mengubah rencananya berlayar dan kembali lewat Makedonia ke Troas, ditemani sejumlah pengikutnya (Kis 20:3-6). Ia berada di Filipi sampai Paska, lalu satu minggu di Troas, yang sudah mempunyai komunitas Kristen (Kis 20:7-12). Dari Troas ia ke pantai, singgah di beberapa tempat. Tetapi ia tidak singgah di Efesus. Dari Miletus ia menyampaikan pesan penuh semangat kepada para penatua di Efesus.Paulus mengusahakan tiba di Yerusalem sekitar Pentakosta (Kis 20:13-16). Tujuannya kembali ke Yerusalem adalah untuk menyerahkan sumbangan yang ia kumpulkan dari Gereja-gereja di Makedonia bagi Gereja induk. Ini sesuai janjinya dulu (bdk. Gal 2:10). Kembalinya Paulus ke Yerusalem mengikuti jalan perdagangan yang umum, yaitu lewat laut (Kis 21:1-16). Dua kali (di Tira dan di Kaisarea) ia diperingatkan akan kesukaran-kesukaran yang menghadangnya di Yerusalem. Akhirnya Paulus dan teman-temannya tiba di Yerusalem sekitar tahun 58.
Paulus di Palestina
Paulus tiba di Yerusalem pada hari Pentakosta (Kis 21:23+; bdk. 1 Kor 16:3; 2 Kor 9; Rm 15:25+). Di Yerusalem ia bertemu dengan Yakobus, yang disebut saudara Tuhan (Gal 1:19). Yakobus adalah yang bertanggung jawab atas jemaat di Yerusalem sepeninggal Petrus (Kis 12:17). Yakobus adalah tokoh yang gigih mempertahankan tradisi Yahudi, kendati sudah menjadi Kristen. Meskipun Yakobus setuju atas kebebasan orang Kristen bukan Yahudi terhadap Hukum Taurat, namun ia tetap membela perasaan Yahudi dengan mempertahankan beberapa syarat dan larangan yang mengatasnamakan dirinya.
Kendati Yakobus dan para penatua sungguh mengagumi karya Allah atas apa yang dikerjakan Paulus pada orang bukan Yahudi namun ia tetap menunjukkan kegelisahannya ketika ia mengingatkan penolakan orang Yahudi terhadap orang Kristen, terutama di lingkungan Yahudi sendiri. Bila kita pertimbangkan bahwa Paulus hadir pada perayaan Pentakosta, reaksi keras dari lingkungan Yahudi bisa dimengerti. Yakobus mengusulkan tindakan publik, yaitu : Paulus harus menunjukkan loyalitasnya terhadap hukum Taurat. Apakah Paulus menerima usul itu ? Walaupun Paulus tidak bersikap kompromi terhadap kemerdekaan orang Kristen dari hukum Taurat, Paulus juga mampu bertindak bijak. Contohnya, dalam Kis 18:18 Paulus mencukur rambutnya di Kenkrea karena ia sudah bernazar. Maka tidaklah mengherankan kalau Paulus akhirnya menerima usulan Yakobus.
Ternyata apa yang dilakukan Paulus dengan penuh pengorbanan itu sia-sia. Ketika orang-orang Yahudi Helenis (orang Yahudi yang tinggal di Efesus), yang bermaksud merayakan Pentakosta di Bait Suci, melihat Paulus dan orang bukan Yahudi berada di sana juga, mereka menolak Paulus. Paulus dituduh membawa orang kafir masuk ruang Bait Allah. Orang-orang Yahudi menolak kehadiran orang-orang bukan Yahudi di Bait Allah. Paulus dituduh mengajarkan kepada orang banyak agar melawan hukum dan tempat kudus. Akibatnya timbul huru-hara. Paulus ditangkap penguasa Romawi. Ia dituduh sebagai pembuat keonaran dan ia ditahan. Karena Paulus adalah warga negara Romawi maka ia terhindar dari kekejaman serdadu-serdadu Romawi.
Setelah pemeriksaan pendahuluan di depan Mahkamah Agama Yahudi, yang berakhir dengan keributan berkat kecerdikan Paulus, Mahkamah Roma di Yerusalem mengirimkan dia diam-diam malam hari ke Kaisarea, untuk menghindari aksi main hakim sendiri. Di Kaisarea, di markas gubernur Romawi Antonius Feliks (berkuasa tahun 52-60), Paulus lagi-lagi diadili oleh penguasa Yahudi dan berakhir tanpa hasil.
Walaupun tidak bersalah Paulus tetap dipenjara selama 5 tahun. Mengapa hal itu bisa terjadi ? Antonius Feliks mempunyai ambisi untuk dapat mengambil hati penguasaYahudi yang memaksanya untuk tetap memenjarakan Paulus.
Tahun 60 Antonius Feliks digantikan Percius Festus oleh Kaisar Nero. Ia seorang gubernur yang polos. Musuh-musuh Paulus segera berusahan memanfaatkan kepolosannya. Mereka merencanakan Paulus dikirim ke Yerusalem dan dalam perjalanan Paulus dapat mereka sergap dan dibunuh. Tanpa sadar Festus terjerat rencana mereka karena ia juga takut kariernya di Palestina terancam. Ia mendesak Paulus pergi ke Yerusalem untuk menghadap pengadilan Mahkamah Agama (Sanhedrin). Tapi Paulus tahu bahwa keselamatannya terancam jika ia meninggalkan Kaisarea. Festus telah memenjarakan Paulus selama 2 tahun.
Akhirnya, Paulus naik banding kepada kaisar, sesuai hak istimewanya sebagai warga negara Romawi. Sesudah pembelaannya yang terkenal di hadapan Herodes Agripa II (Kis 25:13-26:32), Paulus meninggalkan Palestina menuju Roma.
Perjalanan Ke Roma
Bersama tawanan-tawanan lain yang dikirim ke Roma, Paulus diserahkan kepada seorang perwira di Kaisarea, yang menaikkan mereka ke kapal yang berlayar ke Asia. Di Sidon, Paulus diizinkan turun ke darat mengunjungi sahabat-sahabatnya. Dari Sidon mereka berlayar dengan angin sakal ke Siprus. Sesudah menyusuri pantai Kilikia dan Pamfilia mereka sampai di Miri di Kilikia. Di situ mereka berganti kapal yang dari Alexandria mau menuju Italia. Dengan sudah payah mereka mencapai Knidus. Mereka tidak dapat mendarat karena angin. Jadi mereka berlayar di bawah angin sakal ke Kreta, lalu mendarat dengan susah payah di tanjung Pelabuhan Indah.
Paulus menyarankan kepada perwira untuk berhenti selama musin dingin di Pelabuhan Indah. Tapi diputuskan untuk mencapai pelabuhan yang lebih baik di Feniks. Dalam usaha mencapai Feniks, dengan menyusuri pantai, mereka dilanda angin “timur laut”, yang mengombang-ambingkan mereka ke lautan terbuka. Dua minggu lamanya mereka dikuasai angin itu, sampai akhirnya terdampar di kepulauan Malta. Di situ Paulus digigit ular berbisa tetapi tetap hidup. Ia juga menyembuhkan ayah Publius (gubernur di situ) dan banyak orang lain.
Setelah singgah di Malta selama musim dingin (tahun 60-61), mereka menaiki kapal lain dari Alexandria. Sesudah singgah selama 3 hari di Sirakusa di Sisilia, mereka menyusur pantai sampai di Regium (Italia selatan). Dua hari kemudian didorong oleh angin baik mereka sampai di Putioli (pantai utara Italia), salah satu pintu gerbang Roma pada masa itu. Di situ mereka berjumpa dengan umat Kristen, yang rupanya termasuk umat Roma. Seminggu mereka tinggal di situ (Kis 28:15+).
Di Roma Paulus mendapat pengawalan tetapi tinggal di rumah sendiri selama 2 tahun (tahun 61-63), bebas menulis dan berkhotbah. Selama masa itu ia menulis Surat kepada Umat di Kolose setelah ia mendengar kesulitan berat dalam bidang ajaran yang dihadapi umat di sana. Bersama itu dikirimkannya juga sepucuk surat pendek yang dialamatkan kepada Filemon (Surat kepada Filemon), seorang Kristen terkemuka di Kolose. Masa itu barangkali juga ditulis Surat kepada Umat di Efesus, yang mengembangkan pokok ajaran Kolose.
Paulus akhirnya dibebaskan dan tinggal di rumah yang disewanya sendiri selama “dua tahun penuh” (Kis 28:30). Dasarnya : tanpa ada tuduhan terhadapnya, tahanan secara otomatis dibebaskan sesudah 2 tahun. Paulus dibebaskan sekitar tahun 63. Bersama Paulus dibebaskan pula Aristarkus (Kol 4:10). Epafras (Flm 23), Demas (Kol 4:14; Flm 24), Yesus Yustus (Kol 4:11), Lukas (Kol 4:14; Flm 24), Markus (Kol 4:10; Flm 24), Onesimus (Kol 4:9; Flm 10), Timotius (Kol 1:1; Flm 1) dan Tikhikus (Ef 6:21; Kol 4:7).
Mengenai saat akhir hidup Paulus, kita hanya dapat menduga dan mengira-ngira berdasarkan surat-suratnya. Sesudah dibebaskan dari penjara, ia pergi ke Spanyol (bdk. Rm 15:24). Barangkali ia melewati pantai selatan Perancis. Pada tahun 64 ia kembali dari Spanyol dan melewati Roma, yang saat itu menjadi tidak aman bagi orang Kristen karena Kaisar Nero menuduh mereka membakar kota Roma. Paulus langsung berlayar ke Asia Kecil, mendarat di Miletus dan mengunjungi Kolose, seperti dulu pernah direncanakannya (Flm 22). Dari Kolose ia pergi ke Efesus lagi. Di situ ia meninggalkan Timotius pada tahun 65 (1 Tim 1:3).
Dari situ Paulus pergi ke Makedonia melewati Troas. Pada saat di Filipi, ia menulis Surat Pertama kepada Timotius. Dari Makedonia lewat Korintus, Paulus pergi ke Kreta di mana ia meninggalkan Titus (Tit 1:5). Lalu ia ke Nikopolis, di pantai barat Makedonia. Ia tinggal selama musim dingin tahun 65-66. Di situ ia menulis Surat kepada Titus. Dan di situ pula Titus bergabung dengannya (Tit 3:12).
Setelah meninggalkan Nikopolis, ia mungkin ke utara lewat Illirikum dan Makedonia sebelum sampai di Troas. Di situ ia ditangkap lagi (2 Tim 4:13). Mungkin karena ia dikenal sebagai pemimpin orang-orang Kristen dan merupakan korban akhir dari penganiayaan Nero kepada orang Kristen. Dari Troas ia dibawa ke Efesus untuk diadili (2 Tim 4:16+). Dari situ ia dikirim lagi ke Roma, lewat laut Egea ke pantai Korintus di Kenkrea. Dari Korintus ke Putioli (2 Tim 1:17; 4:9-21).
Paulus sampai di Roma sekitar tahun 65. Di situ ia menulis Surat Kedua kepada Timotius. Ia dipenggal kepalanya di bawah pemerintahan Kaisar Nero tahun 67. Menurut tradisi hukumannya dilaksanakan di Via Ostia, luar kota Roma, di tempat yang dikenal dengan nama Tre Fontana. Di situ sekarang ada biara Trapis. Jenazahnya dikubur di Via Ostia, sedikit di luar tembok. Di tempat itu sekarang berdiri Basilika Santo Paulus fuori della Mura yang besar dan megah.
Sumber Referensi
Latar Belakang
Kapan dan di mana Paulus dilahirkan ? Tidak ada catatan sama sekali. Mengingat Kisah Para Rasul (7:58) menyatakan bahwa Paulus masih muda ketika diakon Stefanus menjadi martir (kira-kira tahun 32-34), para ahli sepakat bahwa Paulus dilahirkan kira-kira antara tahun 6-10. Paulus lahir sewaktu Yesus muda masih tinggal di Nazaret. Paulus diperkirakan lahir di Tarsus (Kis 21:39). Tarsus adalah sebuah kota pelabuhan yang makmur dan kosmopolitan di tepi Sungai Rydnus di Kilikia (sekarang Turki). Tarsus merupakan kota dipengaruhi kebudayaan Yunani dan sudah sebelum zaman Makabe (2 Mak 4:30) di sana sudah ada koloni Yahudi. Maka itu sangat mungkin sekali Paulus adalah seorang “Hellenis”, yaitu orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Seperti banyak orang Yahudi di perantauan, Paulus punya dua nama, yaitu Saul (nama Yahudi) dan Paulus (nama Yunani). Nama “Paulus” dipilih mungkin oleh karena pengucapannya berdekatan dengan Saul (Saulus). Ia sendiri selalu memakai nama Yunaninya saja (bdk. Kis 13:6-9).
Rupanya Paulus berasal dari keluarga Yahudi terkemuka. Ada beberapa petunjuk yang meyakinkan hal itu. Paulus memiliki dua kewarganegaraan, yakni : Roma dan Yahudi. Kewarganegaraan Roma dimilikinya sejak lahir (Kis 22:28). Mengapa ia bisa memiliki dua kewarganegaraan ? Diduga ia memperolehnya dengan membeli. Dalam Kis 23:16 diceritakan bahwa anggota keluarganya mengetahui adanya komplotan yang mengancam hidupnya sesudah dipenjarakan di Yerusalem. Diduga karena rencana ini merupakan persekongkolan dengan Mahkamah Agung Yahudi, maka keluarga Paulus rupanya mempunyai hubungan baik dengan pihak-pihak penguasa. Selain itu, Paulus adalah seorang pembuat kemah yang terlatih (Kis 18:3). Pada zaman itu, hanya orang-orang Yahudi terkemuka yang mampu mempelajari salah satu keahlian bisnis. Dan juga, ada kenyataan bahwa para pemimpin Yahudi Palestina menaruh hormat padanya pada saat ia masih mengejar-ngejar orang Kristen.
Tapi yang jelas, terlepas dari status sosialnya, Paulus adalah orang Yahudi yang bersemangat. Umumnya, orang Yahudi Hellenis dianggap tidak ortodoks (asli) oleh orang Yahudi Palestina. Maka untuk menutupi kekurangannya itu, maka kadang-kadang orang Yahudi Hellenis bereaksi lebih keras dan ortodoks, bahkan menjurus fanatik. Maka tidaklah mengherankan bahwa Paulus “sangat bersemangat” mengejar orang-orang Kristen. Kecuali itu Kisah Para Rasul berulang kali mengungkapkan bahwa seteru utama Paulus setelah bertobat menjadi Kristen adalah orang Yahudi Hellenis.
Waktu masih muda Paulus mengikuti pendidikan hukum Taurat di Yerusalem yang diberikan oleh rabi terkenal masa itu, Gamaliel (Kis 22:3). Walaupun ia memiliki sifat temperamental, namun ia memiliki otak yang cerdas. Paulus pindah ke Yerusalem, mungkin bersama anggota keluarga lainnya karena Kis 23:16 menyebutkan sepupunya, anak kakak perempuan Paulus. Mungkin Paulus pindah ke Yerusalem pada saat ia masih anak-anak. Paulus menunjukkan penguasaannya akan Hukum Taurat pada setiap halaman suratnya. Ia menguasai secara baik ajaran tradisional para rabi dan cara-cara berargumentasinya. Paulus bangga atas keyahudiannya (bdk. Rm 9:1-5).
Karena pengetahuan dan keyakinannya tersebut Paulus merasa dirinya wajib menentang “bidaah” (bdk. Kis 24:5.14; 28:22) yang bermunculan di kalangan Yahudi, yaitu kelompok orang-orang Kristen. Paulus melihat orang Kristen sebagai ancaman terhadap kepercayaan Yahudi asli. Ia menjadi musuh utama orang Kristen, menangkap mereka dan mendorong mereka agar dihukum mati (Kis 26:1-11). Paulus sendiri menandaskan bahwa ia pernah “menganiaya jemaat Allah” (Gal 1:13; Flp 3:6; 1 Kor 15:9). Paulus juga turut dalam pembunuhan atas diri Stefanus (Kis 7:58; 8:3; 22:20) dan sibuk menangkap dan memenjarakan orang Kristen sampai ke luar Palestina (Kis 9:1-2).
Pertobatan Paulus
Peristiwa Damsyik |
Pentingnya pertobatan Paulus tercermin dalam tiga kisah mengenai kejadian itu dalam Kisah Para Rasul (9:1-19; 22:4-21; 26:10-20). Bagaimana terjadinya peristiwa pertobatan Paulus tersebut ? Paulus berjumpa dengan Kristus di dalam suatu penampakkan yang kemudian membutakan matanya secara fisik dalam perjalanan ke Damsyik. Tetapi secara rohani ia sadar akan Kristus yang bangkit di dalam Gereja-Nya. Dibawa ke Damsyik, Paulus disembuhkan dari kebutaannya dan dibaptis oleh seorang murid bernama Ananias. Paulus melanjutkan perjalanannya ke Damsyik sebagai orang yang sudah berubah dan dengan tujuan yang berbeda.
Apakah ketiga kisah pertobatan Paulus sama ? Ada perbedaan kecil dalam tiga kisah itu. Perbedaan itu barangkali memang disengaja karena cerita-cerita itu dimasukkan untuk melukiskan penglihatan Paulus dengan ungkapan-ungkapan tradisional Perjanjian Lama. Kitab Suci secara sederhana berusaha mengungkapkan apa yang sebenarnya tidak mungkin diutarakan dengan bahasa manusia : pewahyuan Allah kepada manusia. Yang jelas, Paulus sungguh diyakinkan bahwa Yesus dari Nazaret yang wafat, sekarang masih hidup. Paulus sendiri mengatakan bahwa “Kristus Yesus telah menangkapku” (Flp 3:12). Pengalaman akan Kristus yang bangkit juga merupakan panggilan untuk menjadi rasul dan memberi isi pewartaan rasul-Nya : “Bukankah aku rasul ? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita ?” (1 Kor 9:1).
Paulus sebagai Orang Kristen
Tentu saja baik orang Kristen maupun orang Yahudi terheran-heran ketika Paulus muncul di rumah-rumah ibadat Damsyik bukan untuk mencari dan menghukum orang-orang Kristen Yahudi. Ia malahan memberi kesaksian mengenai iman Kristennya dan berkhotbah tentang Yesus sebagai Anak Allah. Sedikit demi sedikit bertumbuhlah keyakinan bahwa ia harus diterima sebagaimana adanya sekarang. Peristiwa ini menjadi kegembiraan bagi orang Kristen.
Dari Gal 1:17, kita mendapat informasi bahwa setelah pertobatannya, Paulus kemudian beristirahat di Arab untuk waktu yang tidak ditentukan. Tidak jelas di mana dan tujuan ia beristirahat. Kemungkinan Paulus menjauhi keramaian di kota untuk sementara waktu guna menyiapkan diri dengan doa dan meditasi.
Kemudian ia segera kembali ke Damsyik. Di situ “ia semakin besar pengaruhnya dan membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias” (Kis 9:22). Di situ ia tinggal selama 3 tahun (Gal 1:18).
Rupanya lawan-lawan Yahudinya memaksa ia meninggalkan kota itu. Mereka membuat rencana untuk membunuhnya sesudah meminta bantuan pejabat dari Raja Aretas IV di Nabatea (sebelah selatan Laut Mati, Arab), mereka merencanakan untuk menutup pintu Damsyik menghalangi pelariannya. Tetapi berkat pertolongan saudara-saudara seimannya, Paulus dapat melarikan diri dari kota di waktu malam dan ia dapat menyelamatkan diri (2 Kor 11:32; Kis 9:23-25). Kejadian itu diperkirakan sebelum tahun 37 atau sesudah tahun 40.
Dari Damsyik Paulus pergi ke Yerusalem (Kis 9:26-29; Gal 1:18+). Di Yerusalem pada awalnya ia diterima dengan penuh rasa curiga oleh orang-orang Kristen. Mereka sukar mempercayai bahwa musuh mereka yang paling ganas sekarang menjadi salah satu dari mereka. Tetapi Barnabas, yang waktu itu menjadi terpandang di Gereja Yerusalem sejak permulaan (Kis 4:36+) dan yang kelak menjadi teman perjalanan Paulus, membela Paulus dan meyakinkan teman-teman Kristen mengenai ketulusan pertobatan Paulus. Lagi-lagi Paulus giat mewartakan ajaran Kristen dan sekaligus bertentangan dengan orang-orang Yahudi Hellenis. Hal itu membahayakan hidupnya maka ia melarikan diri ke daerah kelahirannya Tarsus di Kilikia (Kis 9:30; Gal 1:21).
Paulus terpaksa tinggal di Tarsus selama beberapa tahun. Kita tidak mengetahui kegiatannya. Mungkin ia sedang mempersiapkan diri untuk tugas yang lebih besar. Pada saat di Tarsus inilah Barnabas menghubunginya dan mengajaknya ke Antiokia, Siria (kira-kira tahun 42-45). Di sana ia mendirikan jemaat. Jemaat Antiokia adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani. Di Antiokia murid-murid Yesus disebut Kristen. Paulus tinggal di Antiokia selama setahun. Pada akhir tinggalnya di Antiokia, Paulus dan Barnabas dikirim ke Yerusalem untuk membantu orang Kristen di Yudea yang mengalami bahaya kelaparan (Kis 11:27-30) sekitar tahun 44-45. Pada waktu itulah, Paulus untuk kedua kalinya pergi ke Yerusalem. Ia dan Barnabas kembali lagi ke Antiokia sambil membawa serta seorang anak muda bernama Yohanes, yang kemudian dikenal sebagai Markus, keponakan Barnabas (Kis 12:25).
Perjalanan Misi Pertama
Perjalanan Misi I |
Dari Siprus Paulus dan temannya berlayar di Asia Kecil, ke kota tepi pantai, Perge di Pamfilia. Mereka tidak terlalu lama di situ dan segera membuat rencana untuk masuk lebih ke utara ke Antiokia (bukan yang di Siria) di Pisidia (sekarang Turki selatan). Di situ Markus meninggalkan mereka dan kembali ke rumahnya di Yerusalem. Rupanya ia mengalami ketidakcocokan dengan Paulus (Kis 15:38). Paulus tergesa-gesa berangkat ke Antiokia sesudah ia sakit di Perge.
Di Antiokia dan Ikonium Paulus tinggal sebentar. Di kedua kota itu, orang Yahudi dan orang bukan Yahudi membujuk pembesar-pembesar kota agar mengusir mereka, meskipun mereka sangat berhasil dalam mewartakan firman.
Listra dan Derbe (kota-kota di Likaonia) yang paling akhir dikunjungi. Paulus dan Barnabas untuk pertama kalinya berjumpa dengan semangat orang kafir. Di Listra, Paulus dan Barnabas dianggap sebagai dewa dan pemberitaan Paulus disamakan dengan ajaran dewa-dewa (Kis 14:10-17). Tak begitu lama kemudian, mereka diusir dari kota dan dengan susah payah lolos dari tangan orang Yahudi yang mengejarnya dari Antiokia dan Ikonium.
Dari Derbe Paulus dan Barnabas mencoba kembali dan mengunjungi semua kota di Asia Kecil, yang pernah mereka ajar, meskipun musuh ada di situ. Dari pelabuhan Atalia, dekat Perge, mereka berlayar kembali ke Antiokia di Siria, untuk memberi laporan kepada Gereja di sana mengenai kebijakan mereka menerima orang-orang bukan Yahudi dan mengenai hasil yang mereka peroleh. Perjalananan mereka menempuh jarak lebih dari 900 km.
Konsili di Yerusalem
Menurut banyak ahli, Konsili di Yerusalem yang dikisahkan dalam Kis 15:1-35 sama dengan kisah perjalanan Paulus 14 tahun setelah pertobatannya seperti diceritakan dalam Gal 2:1-10. Kedua cerita dikisahkan dari dua segi yang berbeda. Ahli-ahli lain berpendapat bahwa kisah dalam Kis 15 disusun dari berbagai peristiwa dalam Gereja di Yerusalem yang terjadi antara tahun 49 dan 50.
Mengapa Paulus menghadiri konsili di Yerusalem ? Ia ingin bertemu dengan tokoh-tokoh penting (Petrus, Yohanes, Yakobus). Paulus bermaksud membela kebijakannya dalam mewartakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi tanpa membebankan sunat atau Hukum Taurat. Akhirnya, ia mendapat dukungan dari tokoh-tokoh kepemimpinan induk di Yerusalem. Kegiatan misionernya direstui. Paulus berjanji memperhatikan keperluan jemaat di Yerusalem (Gal 2:10). Paulus berjanji mengumpulkan dana bantuan di luar negeri. “Kolekte” itu oleh Paulus dianggap sangat penting sebagai tanda tekad dan kerelaannya untuk mempertahankan dan memperkuat persekutuan jemaat induk di Yerusalem dan jemaat di seluruh Palestina. Meskipun Paulus tidak merasa tergantung pada jemaat induk dan ada beberapa pihak yang terus menentang karya misionernya, namun Paulus tetap mempertahankan hubungan erat dengan jemaat induk. Bagi Paulus hubungan itu penting. Paulus menekankan hakikat kesatuan Gereja.
Oleh karena itu dalam tahun-tahun berikutnya Paulus terus sibuk dengan urusan pengumpulan dana bagi jemaat di Yerusalem (bdk. 1 Kor 16:1-4; 2 Kor 8-0; Rm 15:26).
Perjalanan Misi Kedua
Perjalanan Misi II |
Paulus lalu berjalan jauh ke utara dan timur. Ia bermaksud menuju Efesus (kota utama di propinsi Roma di Asia, dan kota ini kelak akan menjadi Gereja yang besar). Tetapi rupanya ia tidak jadi ke Efesus dan ia juga dilarang masuk Bitinia di sebelah utara Asia. Paulus akhirnya melintasi Misia dan sampai di Troas, barat laut Asia Kecil (Kis 16:7+).
Di Troas, orang-orang Makedonia memintanya untuk menyeberang menolong mereka (Kis 16:9+). Peristiwa itu suatu tahap menentukan dalam sejarah Gereja : pewartaaan Injil di Eropa. Salah satu kota penting di Makedonia adalah Filipi. Di Filipi, Paulus dituduh melakukan proselitisme untuk agama Yahudi. Di sana agama Yahudi memang diperbolehkan menurut hukum Romawi tetapi dilarang untuk mengusahakan pertobatan di antara warga negara Roma untuk menganut agama Yahudi. Orang-orang Filipi tentu saja tidak membedakan antara agama Yahudi dan agama Kristen. Mereka menganggap Kristen adalah sekte agama Yahudi. Paulus juga mengusir roh jahat dari seorang perempuan. Para tukang tenung kehilangan pekerjaan akibat perbuatan Paulus tersebut. Akhirnya Paulus dimasukkan penjara pada malam hari akibat adanya keributan dari para tukang tenung. Untuk pertama kalinya Paulus menyebut hak istimewanya sebagai warga negara Roma. Para penguasa menyuruh mendera Paulus (dan Silas) untuk memuaskan orang banyak. Tetapi Paulus mengingatkan kepada para penguasa bahwa tindakan mereka kepadanya bisa berakibat kehilangan jabatan karena Romawi melindungi hak warga negaranya. Akhirnya, Paulus dan Barnabas dilepas dan meninggalkan kota tanpa huru-hara. Dari Surat kepada Umat di Filipi dapat ditarik kesimpulan bahwa pewartaan Paulus di situ sangat berhasil.
Dari Filipi, keduanya mengambil jalan Egnatia, yang membelah Makedonia, lewat Amfipolis dan Apolonia menuju Tesalonika. Tesalonika adalah kota kedua terpenting di Yunani. Surat kepada Umat di Tesalonika menunjukkan bahwa pewartaan Injil di situ sangat berhasil sebelum orang-orang Yahudi yang tidak percaya berhasil menghasut orang banyak dan mengusir Paulus dan Silas untuk sementara waktu.
Lalu mereka pergi ke selatan menuju Berea, kota tua di Makedonia. Di sini, justru orang Yahudi menerima pewartaan Paulus dengan segenap hati dan mengajak banyak orang bukan Yahudi menjadi anggota umat (Kis 17:10-12). Di Berea timbul kekacauan. Sebenarnya, kekacauan itu ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi Tesalonika yang iri hati, bukan orang Berea (Kis 17:13-15). Orang-orang Berea segera menyuruh Paulus pergi menuju pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea. Paulus menuju Atena (sekarang Yunani). Silas dan Timotius dipesan untuk segera menyusul. Dari 1 Tes 3:1+ diketahui bahwa Timotius bergabung dengan Paulus di Atena tetapi kemudian diutus kembali ke Tesalonika.
Kegiatan Paulus di Atena terekam dalam Kis 17:16-34. Di situ Paulus untuk pertama kalinya menghadapi orang Yunani asli. Di sinilah agama Kristen mulai bersentuhan dengan budaya kafir. Paulus menghadapi suatu ketidakacuhan dalam mewartakan Injil. Ada kesan pewartaan Paulus di Atena kurang berhasil.
Pada saat di Atena Paulus mendapat kabar bahwa jemaat di Tesalonika menderita penganiayaan dari kelompok yang pernah mengusir Paulus. Walaupun demikian Paulus tetap melanjutkan perjalanannya ke Korintua sekitar tahun 50 atau 51. Korintus merupakan kota makmur, kosmopolitan, komersial. Tetapi Paulus menuai keberhasilan di sana (Kis 18:1-11).
Di Korintus, Silas dan Timotius dari Makedonia bergabung dengan Paulus (Kis 18:5). Dari Timotius itulah Paulus mendengar berita buruk Gereja Tesalonika. Oleh karena itu, Paulus menulis suratnya yang pertama : Surat Pertama kepada Umat di Tesalonika pada tahun 51-52. Surat Kedua kepada Umat di Tesalonika menyusul beberapa bulan kemudian. Di Korintus Paulus tinggal sekitar 1,5 tahun (Kis 18:5).
Perjalanan Misi Ketiga
Perjalanan Misi III |
Di Efesus Paulus mendengar adanya pertentangan-pertentangan yang mengancam kesatuan Gereja Korintus. Untuk itu Paulus menulis Surat Pertama kepada Umat di Korintus. Selain itu, di Efesus Paulus dipenjarakan untuk beberapa waktu lamanya. Umat terkasih di Filipi mendengar nasib buruk Paulus dan mereka mengirim bantuan dan hiburan kepadanya. Di dalam penjara inilah Paulus menulis Surat kepada Umat di Filipi untuk menanggapinya. Ia berjanji secepatnya untuk mengunjungi mereka. Sementara itu ia mengutus Timotius sebagai wakilnya (Flp 2:19-24; bdk. Kis 19:21+).
Setelah itu Paulus menuju Korintus melalui Troas. Di Troas ia berjumpa dengan Titus murid yang dulu menemaninya di Konsili di Yerusalem (Gal 2:1). Titus melaporkan keadaan umat di Korintus. Paulus memutuskan untuk tidak langsung menuju Korintus, melainkan menunggu berita mengenai akibat dari surat teguran yang pertama (1 Korintus). Karena gagal menemui Titus, ia menyeberang Makedonia dan mengunjungi Filipi lagi. Di situ ia berjumpa dengan Titus, menyampaikan kabar gembira. Di Filipi Paulus menulis Surat Kedua kepada Umat di Korintus.
Akhirnya Paulus tiba di Korintus sekitar tahun 57-58. Ia tinggal selama 3 bulan. Di Korintus ia menulis Surat kepada Umat di Roma, padahal ia belum pernah ke Roma. Nampaknya ia berencana ke Roma (bdk. Kis 19:21).
Pada musim semi tahun 58 ketika Paulus mengetahui adanya komplotan orang Yahudi yang ingin membunuhnya, ia mengubah rencananya berlayar dan kembali lewat Makedonia ke Troas, ditemani sejumlah pengikutnya (Kis 20:3-6). Ia berada di Filipi sampai Paska, lalu satu minggu di Troas, yang sudah mempunyai komunitas Kristen (Kis 20:7-12). Dari Troas ia ke pantai, singgah di beberapa tempat. Tetapi ia tidak singgah di Efesus. Dari Miletus ia menyampaikan pesan penuh semangat kepada para penatua di Efesus.Paulus mengusahakan tiba di Yerusalem sekitar Pentakosta (Kis 20:13-16). Tujuannya kembali ke Yerusalem adalah untuk menyerahkan sumbangan yang ia kumpulkan dari Gereja-gereja di Makedonia bagi Gereja induk. Ini sesuai janjinya dulu (bdk. Gal 2:10). Kembalinya Paulus ke Yerusalem mengikuti jalan perdagangan yang umum, yaitu lewat laut (Kis 21:1-16). Dua kali (di Tira dan di Kaisarea) ia diperingatkan akan kesukaran-kesukaran yang menghadangnya di Yerusalem. Akhirnya Paulus dan teman-temannya tiba di Yerusalem sekitar tahun 58.
Paulus di Palestina
Paulus tiba di Yerusalem pada hari Pentakosta (Kis 21:23+; bdk. 1 Kor 16:3; 2 Kor 9; Rm 15:25+). Di Yerusalem ia bertemu dengan Yakobus, yang disebut saudara Tuhan (Gal 1:19). Yakobus adalah yang bertanggung jawab atas jemaat di Yerusalem sepeninggal Petrus (Kis 12:17). Yakobus adalah tokoh yang gigih mempertahankan tradisi Yahudi, kendati sudah menjadi Kristen. Meskipun Yakobus setuju atas kebebasan orang Kristen bukan Yahudi terhadap Hukum Taurat, namun ia tetap membela perasaan Yahudi dengan mempertahankan beberapa syarat dan larangan yang mengatasnamakan dirinya.
Kendati Yakobus dan para penatua sungguh mengagumi karya Allah atas apa yang dikerjakan Paulus pada orang bukan Yahudi namun ia tetap menunjukkan kegelisahannya ketika ia mengingatkan penolakan orang Yahudi terhadap orang Kristen, terutama di lingkungan Yahudi sendiri. Bila kita pertimbangkan bahwa Paulus hadir pada perayaan Pentakosta, reaksi keras dari lingkungan Yahudi bisa dimengerti. Yakobus mengusulkan tindakan publik, yaitu : Paulus harus menunjukkan loyalitasnya terhadap hukum Taurat. Apakah Paulus menerima usul itu ? Walaupun Paulus tidak bersikap kompromi terhadap kemerdekaan orang Kristen dari hukum Taurat, Paulus juga mampu bertindak bijak. Contohnya, dalam Kis 18:18 Paulus mencukur rambutnya di Kenkrea karena ia sudah bernazar. Maka tidaklah mengherankan kalau Paulus akhirnya menerima usulan Yakobus.
Ternyata apa yang dilakukan Paulus dengan penuh pengorbanan itu sia-sia. Ketika orang-orang Yahudi Helenis (orang Yahudi yang tinggal di Efesus), yang bermaksud merayakan Pentakosta di Bait Suci, melihat Paulus dan orang bukan Yahudi berada di sana juga, mereka menolak Paulus. Paulus dituduh membawa orang kafir masuk ruang Bait Allah. Orang-orang Yahudi menolak kehadiran orang-orang bukan Yahudi di Bait Allah. Paulus dituduh mengajarkan kepada orang banyak agar melawan hukum dan tempat kudus. Akibatnya timbul huru-hara. Paulus ditangkap penguasa Romawi. Ia dituduh sebagai pembuat keonaran dan ia ditahan. Karena Paulus adalah warga negara Romawi maka ia terhindar dari kekejaman serdadu-serdadu Romawi.
Setelah pemeriksaan pendahuluan di depan Mahkamah Agama Yahudi, yang berakhir dengan keributan berkat kecerdikan Paulus, Mahkamah Roma di Yerusalem mengirimkan dia diam-diam malam hari ke Kaisarea, untuk menghindari aksi main hakim sendiri. Di Kaisarea, di markas gubernur Romawi Antonius Feliks (berkuasa tahun 52-60), Paulus lagi-lagi diadili oleh penguasa Yahudi dan berakhir tanpa hasil.
Walaupun tidak bersalah Paulus tetap dipenjara selama 5 tahun. Mengapa hal itu bisa terjadi ? Antonius Feliks mempunyai ambisi untuk dapat mengambil hati penguasaYahudi yang memaksanya untuk tetap memenjarakan Paulus.
Tahun 60 Antonius Feliks digantikan Percius Festus oleh Kaisar Nero. Ia seorang gubernur yang polos. Musuh-musuh Paulus segera berusahan memanfaatkan kepolosannya. Mereka merencanakan Paulus dikirim ke Yerusalem dan dalam perjalanan Paulus dapat mereka sergap dan dibunuh. Tanpa sadar Festus terjerat rencana mereka karena ia juga takut kariernya di Palestina terancam. Ia mendesak Paulus pergi ke Yerusalem untuk menghadap pengadilan Mahkamah Agama (Sanhedrin). Tapi Paulus tahu bahwa keselamatannya terancam jika ia meninggalkan Kaisarea. Festus telah memenjarakan Paulus selama 2 tahun.
Akhirnya, Paulus naik banding kepada kaisar, sesuai hak istimewanya sebagai warga negara Romawi. Sesudah pembelaannya yang terkenal di hadapan Herodes Agripa II (Kis 25:13-26:32), Paulus meninggalkan Palestina menuju Roma.
Perjalanan Ke Roma
Perjalanan Ke Roma |
Paulus menyarankan kepada perwira untuk berhenti selama musin dingin di Pelabuhan Indah. Tapi diputuskan untuk mencapai pelabuhan yang lebih baik di Feniks. Dalam usaha mencapai Feniks, dengan menyusuri pantai, mereka dilanda angin “timur laut”, yang mengombang-ambingkan mereka ke lautan terbuka. Dua minggu lamanya mereka dikuasai angin itu, sampai akhirnya terdampar di kepulauan Malta. Di situ Paulus digigit ular berbisa tetapi tetap hidup. Ia juga menyembuhkan ayah Publius (gubernur di situ) dan banyak orang lain.
Setelah singgah di Malta selama musim dingin (tahun 60-61), mereka menaiki kapal lain dari Alexandria. Sesudah singgah selama 3 hari di Sirakusa di Sisilia, mereka menyusur pantai sampai di Regium (Italia selatan). Dua hari kemudian didorong oleh angin baik mereka sampai di Putioli (pantai utara Italia), salah satu pintu gerbang Roma pada masa itu. Di situ mereka berjumpa dengan umat Kristen, yang rupanya termasuk umat Roma. Seminggu mereka tinggal di situ (Kis 28:15+).
Di Roma Paulus mendapat pengawalan tetapi tinggal di rumah sendiri selama 2 tahun (tahun 61-63), bebas menulis dan berkhotbah. Selama masa itu ia menulis Surat kepada Umat di Kolose setelah ia mendengar kesulitan berat dalam bidang ajaran yang dihadapi umat di sana. Bersama itu dikirimkannya juga sepucuk surat pendek yang dialamatkan kepada Filemon (Surat kepada Filemon), seorang Kristen terkemuka di Kolose. Masa itu barangkali juga ditulis Surat kepada Umat di Efesus, yang mengembangkan pokok ajaran Kolose.
Paulus akhirnya dibebaskan dan tinggal di rumah yang disewanya sendiri selama “dua tahun penuh” (Kis 28:30). Dasarnya : tanpa ada tuduhan terhadapnya, tahanan secara otomatis dibebaskan sesudah 2 tahun. Paulus dibebaskan sekitar tahun 63. Bersama Paulus dibebaskan pula Aristarkus (Kol 4:10). Epafras (Flm 23), Demas (Kol 4:14; Flm 24), Yesus Yustus (Kol 4:11), Lukas (Kol 4:14; Flm 24), Markus (Kol 4:10; Flm 24), Onesimus (Kol 4:9; Flm 10), Timotius (Kol 1:1; Flm 1) dan Tikhikus (Ef 6:21; Kol 4:7).
Mengenai saat akhir hidup Paulus, kita hanya dapat menduga dan mengira-ngira berdasarkan surat-suratnya. Sesudah dibebaskan dari penjara, ia pergi ke Spanyol (bdk. Rm 15:24). Barangkali ia melewati pantai selatan Perancis. Pada tahun 64 ia kembali dari Spanyol dan melewati Roma, yang saat itu menjadi tidak aman bagi orang Kristen karena Kaisar Nero menuduh mereka membakar kota Roma. Paulus langsung berlayar ke Asia Kecil, mendarat di Miletus dan mengunjungi Kolose, seperti dulu pernah direncanakannya (Flm 22). Dari Kolose ia pergi ke Efesus lagi. Di situ ia meninggalkan Timotius pada tahun 65 (1 Tim 1:3).
Dari situ Paulus pergi ke Makedonia melewati Troas. Pada saat di Filipi, ia menulis Surat Pertama kepada Timotius. Dari Makedonia lewat Korintus, Paulus pergi ke Kreta di mana ia meninggalkan Titus (Tit 1:5). Lalu ia ke Nikopolis, di pantai barat Makedonia. Ia tinggal selama musim dingin tahun 65-66. Di situ ia menulis Surat kepada Titus. Dan di situ pula Titus bergabung dengannya (Tit 3:12).
Setelah meninggalkan Nikopolis, ia mungkin ke utara lewat Illirikum dan Makedonia sebelum sampai di Troas. Di situ ia ditangkap lagi (2 Tim 4:13). Mungkin karena ia dikenal sebagai pemimpin orang-orang Kristen dan merupakan korban akhir dari penganiayaan Nero kepada orang Kristen. Dari Troas ia dibawa ke Efesus untuk diadili (2 Tim 4:16+). Dari situ ia dikirim lagi ke Roma, lewat laut Egea ke pantai Korintus di Kenkrea. Dari Korintus ke Putioli (2 Tim 1:17; 4:9-21).
Paulus sampai di Roma sekitar tahun 65. Di situ ia menulis Surat Kedua kepada Timotius. Ia dipenggal kepalanya di bawah pemerintahan Kaisar Nero tahun 67. Menurut tradisi hukumannya dilaksanakan di Via Ostia, luar kota Roma, di tempat yang dikenal dengan nama Tre Fontana. Di situ sekarang ada biara Trapis. Jenazahnya dikubur di Via Ostia, sedikit di luar tembok. Di tempat itu sekarang berdiri Basilika Santo Paulus fuori della Mura yang besar dan megah.
Sumber Referensi
- Cletus Groenen, OFM. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Penerbit Kanisius.
- Lembaga Biblika Indonesia. Surat-surat Paulus 1. Penerbit Kanisius.
- Oscar Lukefahr, CM. A Catholic Guide to the Bible. Penerbit Obor
- Martin Harun, OFM. Kamu akan Menjadi Saksiku : Dua Belas Langkah dalam Kisah Para Rasul. Lembaga Biblika Indonesia.
- Simon Jenkins. Bible Mapbook. Lion Publishing.
- St. Darmawijaya, Pr. Kisah Para Rasul. Penerbit Kanisius.
- Tom Jacobs, SJ. Paulus : Hidup, Karya dan Teologinya. Penerbit Kanisius.
- en.wikipedia.org
- www.biblestudy.org