Secara
garis besar Kitab Suci Perjanjian Lama (versi Katolik) sekarang ini dapat
digolongkan dan diurutkan sebagai berikut :
- Pentateukh : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan.
- Kitab-kitab Sejarah : Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1-2 Samuel, 1-2 Raja-raja, 1-2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Tobit*, Yudit*, Ester*, 1-2 Makabe*.
- Kitab-kitab Kebijaksanaan : Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan*, Putera Sirakh*.
- Kitab Nabi-nabi : Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh*, Yehezkiel, Daniel*, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi.
Tulisan-tulisan
yang diberi tanda * adalah tulisan-tulisan deuterokanonika
atau memuat bagian deuterokanonika.[1] Meski
pembagian tersebut umum, namun tak terhindarkan jika tulisan-tulisan itu dibaca
dengan sungguh-sungguh, ada beberapa tulisan yang isinya tidak selalu cocok
dengan tempat kelompoknya. Misalnya, kitab nabi Yunus sangat berbeda jika
dibandingkan dengan tulisan-tulisan kenabian lainnya.
Pada
umumnya kitab-kitab sejarah berbentuk narasi (kisah) yang bercerita tentang : bangsa
Israel memasuki dan merebut Tanah Terjanji di bawah pimpinan Yosua; Israel
hidup di Tanah Terjanji di bawah pimpinan “para Hakim” dan peralihan ke bentuk
kerajaan; Kerajaan Israel yang pada awalnya bersatu padu terpecah menjadi dua :
Kerajaan Israel yang beribukota di Samaria dan Kerajaan Yehuda yang beribukota
di Yerusalem, serta kondisi masing-masing kerajaan itu; kehidupan umat Allah di
pembuangan Babel; kembalinya umat Allah (umat kerajaan Yehuda) dari pembuangan
Babel.
Kisah-kisah
dalam kitab-kitab sejarah meliputi rentang waktu yang amat panjang, sekitar
1000 tahun. Secara garis besar, periode tersebut dapat dilihat dalam kronologis
berikut ini.
Periode waktu
(sebelum Masehi)
|
Peristiwa
|
1406
(1220)
|
Musa
wafat; Israel memasuki Tanah Terjanji, Kanaan, dipimpin oleh Yosua.
|
1375
(1210)
|
Yosua
wafat
|
1375−1055
(1210−1050/42/30)
|
Periode
para Hakim.
|
1050/42/30−1010
|
Pemerintahan
Saul.
|
1010−971
|
Pemerintahan
Daud
|
971−931
|
Pemerintahan
Salomo
|
931−722
|
Kerajaan
terpecah (Israel) - 19 raja
|
722
|
Asyur
menghancurkan Samaria, ibukota kerajaan Israel.
|
931−586
|
Kerajaan
terpecah (Yehuda) – 19 raja, 1 ratu
Babilonia
menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah. Penduduknya dibuang ke Babel.
|
586−538
|
Warga
Yehuda di pembuangan Babel.
|
561
|
Raja
Yoyakhin dibebaskan dari penjara Babel.
|
539
|
Sirus
II dari Persia mengalahkan Babel.
|
538
|
Gelombang
pertama orang Yahudi kembali dari pembuangan ke Yerusalem, di bawah pimpinan
Yeshua dan Zerubabel.
|
516
|
Selesainya
pembangunan kembali Bait Allah.
|
478
|
Ester
dan Mordekhai berperan di istana Persia.
|
458
|
Ezra
kembali ke Yerusalem dari Babel.
|
445
|
Nehemia
kembali ke Yerusalem dari Babel.
|
445-???
|
Pembangunan
kembali tembok kota Yerusalem.
|
433
|
Nehemia
mengunjungi Babel, lalu kembali ke Yerusalem.
|
KITAB SEJARAH :
PERISTIWA − DATA − FAKTA
Dalam
mempelajari kitab-kitab sejarah, kita harus mengenal tiga ‘lapisan’ yang tidak
dapat dipisahkan tetapi harus sungguh dibedakan, yaitu : peristiwa (event), data dan fakta. Peristiwa (event) adalah sesuatu yang sudah terjadi dan tidak pernah dapat
diulang. Peristiwa adalah ‘milik masa lampau’. Berkaitan dengan peristiwa
biasanya ada data-data yang dapat
berupa ingatan pribadi, laporan para saksi mata, artefak, prasasti, dll. Fakta adalah penafsiran atas data-data
dan hanya dapat ‘mendekati’ peristiwa. Fakta tidak pernah identik dengan
peristiwa itu sendiri. ‘Kedekatan’ antara fakta dan peristiwa amat tergantung
dari kuantitas dan kualitas data.
Jadi
jika kitab-kitab disebut “kitab sejarah” maka harus diingat bahwa kisah-kisah
di dalamnya adalah tafsiran para
penulisnya atas data-data, yang belum tentu sama persis dengan peristiwanya
sendiri. Tafsiran para penulis kitab-kitab sejarah adalah tafsiran teologis. Artinya, mereka melihat peristiwa dan sejarah
mereka, tidak sebagai sejarah profan (kejadian antarmanusia saja), tetapi
sejarah keselamatan. Sejarah interaksi Allah dan umat-Nya. Allah yang masuk dan
campur tangan dalam peristiwa hidup sehari-hari, suka-duka umat-Nya,
mengarahkan sejarah itu sesuai rencana-Nya.
Dalam
tafsiran teologis, sudut pandang
keagamaan amat dominan. Sudut pandang keagamaan yang mewarnai kitab-kitab
sejarah adalah sudut pandang kenabian (profetis).
Ciri-ciri sudut pandang kenabian adalah :
- Allah berkuasa atas sejarah manusia. Selalu ada rencana dan pelaksanaan rencana-Nya itu dalam sejarah.
- Para utusan Allah (nabi) seperti Samuel, Natan, Elia dan Elisa amat ditonjolkan, juga peran mereka.
- Sudut pandang antikemapanan juga kuat, sama seperti dalam kitab-kitab para Nabi. Kegagalan para ‘pemimpin’ Israel amat disoroti.
Jelas
kiranya bahwa sudut pandang keagamaan sama sekali tidak menyangkal historisitas
kejadian-kejadian dalam kitab-kitab ini. Dengan kata lain, bagi para penulis
kitab-kitab sejarah, kisah sejarah
(betapapun kadar historisnya) selalu punya maksud untuk menyampaikan pesan dan
firman Allah! Sejarah selalu dibaca dan didekati dari sudut pandang iman
mereka akan Allah yang berkarya dalam sejarah.
Kitab
Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel, 1-2 Raja-raja, Rut (yang baru disisipkan dalam kanon Yunani/Kristen) membentuk
“sejarah pertama”, atau lebih dikenal sebagai sejarah “deuteronomis”. Sejumlah
gagasan penting dalam kitab-kitab ini memang amat dipengaruhi oleh tema-tema
teologis kaum deuteronomis/kitab Ulangan (dari sekitar abad 7 SM), misalnya :
perjuangan melawan ilah-ilah asing, pemusatan ibadat, makna penyelamatan dari
kisah Keluaran, Perjanjian dan Umat Pilihan, keunikan Tuhan
(monolatria-monoteisme), ketaatan kepada Taurat sebagai bukti kesetiaan pada
Perjanjian, tanah sebagai anugerah Allah, pemenuhan nubuat dan peran raja.
Sedangkan kitab 1-2 Tawarikh, Ezra, Nehemia dan Ester
membentuk “sejarah kedua” yang secara khusus amat pro-Daud dan dinastinya.
Dengan
demikian, kitab-kitab sejarah mendasarkan teologinya pada Taurat (khususnya
kitab Ulangan) dan kitab para nabi. Dari kitab Taurat (kitab Ulangan) diwarisi
tema : rahmat Allah dan tuntutan ketaatan eksklusif terhadap-Nya. Sedangkan
dari para nabi sebelum pembuangan diwarisi tema : pengadilan Allah terhadap
Israel dan Yehuda atas ketidaksetiaan terhadap Tuhan dan atas dosa-dosa
moral-sosial mereka.
MASA PENULISAN
Umum
diyakini bahwa kitab-kitab sejarah “pertama” ini disunting sekitar abad 6 SM
oleh kaum deuteronomis (yang juga menulis kitab Ulangan). Jadi, kitab-kitab
sejarah ditulis sekitar (akhir) zaman pembuangan ketika Israel masih tetap berada
dalam ancaman negara-negara adidaya : Babilonia, Asyur, Persia. Seluruh kisah
disunting dan disatukan dengan tujuan untuk memberikan sebuah pegangan dalam
pembangunan kembali bangsa, setelah pembuangan! Ada ajakan untuk bertobat dan
mengakui kesalahan agar Allah berbelas kasih, sekaligus ada warta pengharapan
bahwa rahmat Allah akan kembali datang kepada dinasti Daud dan seluruh Israel.
TEMA-TEMA POKOK
Masing-masing
kitab sejarah memiliki tema-tema yang khas. Namun sedikitnya ada lima tema
utama yang menjadi benang merah kitab-kitab itu. Tema-tema utama itu ternyata
berakar dari kitab-kitab Taurat Musa.
Kedaulatan Allah
Atas Israel dan Bangsa-bangsa
Dalam
kitab-kitab sejarah Allah selalu hadir sebagai penguasa yang berdaulat atas
segala ciptaan, termasuk unsur-unsur alam dan kejadian/peristiwa yang menimpa
orang/bangsa tertentu. Kedaulatan Allah ini bahkan seringkali ditampilkan
secara spektakuler dalam pelbagai mukjizat. Misalnya dalam kitab Yosua :
mukjizat penyeberangan sungai Yordan atau pelbagai penaklukan dan kemenangan
atas musuh-musuh Israel. Sedangkan Israel selalu ditampilkan sebagai umat yang
selalu di bawah kekuasaan, perhatian dan perlindungan Allah. Oleh karena itu,
mereka harus selalu percaya, mengasihi dan taat kepada-Nya. Bahkan bangsa-bangsa
lain pun berada di bawah kekuasaan Allah, mulai dari suku-suku dalam
negara-negara kota zaman Yosua, para Hakim, raja Saul dan Daud (misalnya :
Filistin, Moab, Kanaan), hingga bangsa-bangsa adidaya seperti Asyur, Babilonia
dan Persia.
Kehadiran Allah :
Dekat dan Jauh
Dalam
kitab-kitab sejarah, Allah digambarkan selalu dekat dengan umat-Nya. Ia
langsung memilih Yosua menjadi penerus Musa, Ia memilih para Hakim dalam
pelbagai situasi sulit yang dihadapi umat-Nya. Dialah yang memilih Saul dan
Daud menjadi raja. Dia menolong para raja atau nabi yang memohon bantuan-Nya
(Natan, Gad, Elia, Mikaia, Elisa, dll). Dia mendampingi dan memampukan Jeshua,
Zerubabel, Ezra dan Nehemia menjadi pata pemimpin umat-Nya setelah trauma
pembuangan Babel. Doa-doa para raja teladan, seperti Daud (2 Sam 7), Salomo (1
Raj 8), Yosafat (2 Taw 20), dll. Ini semua memperlihatkan kedekatan Allah
dengan umat-Nya. Akan tetapi, sesekali Allah tampaknya jauh. Paling sering hal
ini terjadi karena diakibatkan oleh dosa-dosa umat (misal : 1 Sam 4:19-22) dan
berulang kali terjadi dalam 1-2 Raj dan 1-2 Taw.
Janji-janji
Allah : Sekarang dan Nanti
Dalam
kitab-kitab sejarah tergambar janji Allah untuk terus menyertai umat-Nya. Tema
ini dimulai dengan Abraham (Kej 17:8) diteruskan dengan Musa (Kel 3:12), Yosua
(Yos 1:5,9), Daud (2 Sam 7), Ezra (Ez 7:6), Nehemia (Neh 2:8), dll. Janji
kepada Abraham (tanah Kanaan Kej 12:7; 17:18-21; banyak keturunan Kej 12:2;
15:5; dan berkat kepada Abraham dan melalui dia – kepada bangsa-bangsa) menjadi
dasar bagi apa yang terjadi dalam kitab-kitab sejarah : kisah-kisah itu terjadi dalam Tanah
Terjanjian; Israel mulai menjadi bangsa yang kuat dan besar dengan berpuncak di
zaman Daud dan Salomo; Israel dan Yehuda berulang kali diberkati Tuhan, jika
mereka setia kepada-Nya. Bahkan orang asing pun diberkati-Nya bila mereka
percaya kepada Allah Abraham (bdk. Rahab di Yos 2 dan Naaman (2 Raj 5).
Semuanya ini membuktikan bahwa Allah senantiasa setia pada janji-janji-Nya.
Kerajaan Allah :
Ilahi dan Insani
Meskipun
Allah merajai alam semesta (Kel 15:18; Mzm 93:1), Ia memilih untuk melaksanakan
pemerintahan-Nya melalui manusia yang dipilih-Nya. Ia menjanjikan para raja
dari keturunan Abraham (Kej 17:6 dll). Akan tetapi Ia menegaskan bahwa
raja-raja pilihan-Nya tidak boleh sama dengan para raja bangsa lain, yang
ditandai oleh perang dan koalisi dengan bangsa lain. Relasi antara Allah dengan
para raja ini sering diungkapkan dengan metafor Bapa-anak. Para raja Israel
(terutama keturunan Daud) adalah “anak-anak Allah” adalah dia yang menjalankan kekuasaannya sesuai dengan kehendak Allah dan
selalu bergantung pada-Nya.
Perjanjian Allah
: Ganjaran dan Hukuman
Tema
ganjaran dan hukuman sangat jelas ditegaskan dalam kitab Ulangan (bab 27-28).
Tema inilah yang menjadi sudut pandang kebanyak kitab-kitab sejarah : ketika
umat menaati Tuhan, mereka akan diberkati. Ketika mereka tidak taat, mereka
akan menderita. Tema ini selalu berulang dalam kitab Hakim-hakim, 1-2 Samuel,
1-2 Raja-raja, 1-2 Tawarikh. Raja-raja yang mencari Tuhan, seperti Hizkia (2
Raj 18:7-8) akan diberkati, sedangkan yang tidak taat, seperti raja Manasye,
akan dihukum (2 Raj 24:3-4). Bahkan kitab 1-2 Taw dengan tegas mengaitkan dosa
dan hukuman (bdk. 1 Taw 10:13; 2 Taw 26:16-23). Fokus ganjaran dan hukuman
bukan terutama pada perorangan tetapi pada seluruh bangsa dengan raja sebagai
wakil mereka.
SEKILAS ISI
KITAB-KITAB SEJARAH
Kitab Yosua
Setelah
Musa meninggal, peranannya digantikan oleh Yosua yang akan membawa masuk bangsa
Israel ke Tanah Terjanji, Tanah Kanaan. Kitab Yosua memceritakan penaklukan
Kanaan oleh orang-orang Israel dan pembagiannya.
Kitab
ini terbagi menjadi 3 bagian. Yosua 1-12 menceritakan persiapan penaklukan
Kanaan. Yosua memimpin bangsa itu menyeberangi Sungai Yordan seperti dulu Musa
telah memimpin bangsa itu menyeberangi Laut Teberau dan merebut kota Yerikho.
Usaha ini disusul dengan perebutan di wilayah bagian tengah, selatan dan utara.
Dalam Yosua 13-21, Yosua membagikan tanah yang baru ditaklukan ini kepada
suku-suku Israel. Yosua 22-24 menceritakan akhir kepemimpinan Yosua, pidato
perpisahan dengan bangsanya dan pembaharuan perjanjian secara meriah di Sikhem.
Bagian terakhir inilah yang menjadi inti seluruh kitab : Allah telah
menunjukkan kesetiaan-Nya dengan memberikan tanah air kepada umat-Nya sesuai
dengan janji yang pernah diucapkan-Nya. Sekarang umat menyatakan dengan meriah
bahwa mereka adalah milik Allah.
Kitab
Hakim-hakim
Kitab
Hakim-hakim menceritakan perjuangan keras orang-orang Israel melawan
orang-orang Kanaan, Filistin dan bangsa-bangsa lain setelah merebut Tanah
Kanaan. Hakim-hakim bukanlah pemimpin seluruh bangsa tetapi mereka adalah
pemimpin suku atau sekelompok suku yang berperang melawan musuh. Mereka
dipanggil Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dari musuh. Pada masa itu, kerjasama
di antara suku bukanlah hal yang lazim. Waktu itu Israel belum merupakan negara
bersatu. Suku-suku menetap di daerah yang berbeda-beda dan menaklukan
musuh-musuh yang mereka hadapi di daerahnya masing-masing.
Kisah-kisah
yang terdapat dalam kitab Hakim-hakim berasal dari kumpulan cerita mengenai
para pahlawan yang menyelamatkan Israel dari kehancuran. Sebagian kisah itu
pendek, sebagian lagi lebih panjang. Yang paling menarik adalah kisah Debora
dan Barak (Hak 4-5) serta Gideon (Hak 6-8). Sedangkan yang paling terkenal
adalah kisah Simson (Hak 13-16).
Dari
kisah-kisah yang diceritakan dalam kitab Hakim-hakim, terdapat benang merah
yang menjiwai seluruh kitab : Allah menghukum bangsa yang tidak setia (godaan
memeluk agama Kanaan), tetapi menolong mereka jika mereka bertobat dan kembali
kepada-Nya. Seluruh kisah memiliki pola : Israel meninggalkan Allah – Allah
membiarkan musuh-musuh mengalahkan dan menindas mereka – Israel bertobat dan
kembali kepada Allah – Allah mengangkat seorang Hakim sebagai pembebas – Israel
ternyata adalah umat yang bebal – tak lama setelah diselamatkan, ia akan jatuh
lagi.
Kitab Rut
Kitab
Rut diletakkan sesudah kitab Hakim-hakim karena isi pokoknya berhubungan dengan
zaman para Hakim. Tokoh utama kitab Rut adalah Rut, seorang perempuan Moab yang
menikah dengan seorang Israel. Ketika suaminya meninggal tanpa meninggalkan
anak, Rut tidak mau kembali ke tanah Moab dan tinggal bersama ibu mertuanya,
Naomi, dengan keyakinan bahwa “bangsamulah bangsaku, Allahmulah Allahku”
(1:16). Kesetiaannya mendapat pahala, dan akhirnya ia menikah dengan Boas,
salah seorang saudara mendiang suaminya. Dari perkawinan ini lahirlah seorang
anak yang menjadi kakek Raja Daud.
Kitab
Rut yang kita miliki sekarang tampaknya berasal dari zaman yang kemudian.
Pesannya ialah menyatakan bahwa Raja Daud mempunyai garis keturunan yang
melibatkan seorang perempuan “kafir”. Kalau demikian kitab Rut dimaksudkan
untuk melawan kecenderungan yang berkembang di lingkungan orang-orang Yahudi
sesudah pembuangan, yaitu menjadi semakin tertutup sikapnya terhadap
orang-orang bukan Yahudi. Khususnya mereka ini menolak perkawinan campur dengan
orang-orang bukan Yahudi (bdk. Ezr
9-10).
Kitab 1-2 Samuel
Kitab
1-2 Samuel menceritakan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan pemerintahan
Saul dan Daud. Sebenarnya kedua kitab itu merupakan satu kesatuan. Kitab 1
Samuel terdiri dari 3 bagian. 1 Sam 1-7 mengisahkan masa kepemimpinan Samuel
sebagai hakim dan penindasan yang dilakukan oleh orang-orang Filistin terhadap
orang-orang Israel. 1 Sam 8-15 mengisahkan tuntutan rakyat untuk mengangkat
seorang raja, pemilihan Saul, dan akhirnya penolakan terhadap raja Saul. 1 Sam
16-31 berisi kisah masa awal kehidupan Daud, pengurapannya oleh Samuel,
kemenangannya atas Goliat, persahabatannya dengan Yonatan putra Saul, kebencian
dan penganiayaan yang dilakukan Saul terhadap dirinya. Kitab 2 Samuel juga
terdiri dari 3 bagian. 2 Sam 1-4 menceritakan bahwa beberapa tahun sesudah
kematian Saul, Daud hanyalah raja atas sukunya sendiri, suku Yehuda. Sementara
itu suku-suku yang lain tetap setia kepada wangsa Saul. 2 Sam 5-20 berisi
sejarah pemerintahan Daud atas seluruh bangsa, kemenangan-kemenangan yang
diperolehnya atas orang-orang Filistin dan musuh-musuh lain serta pemberontakan
yang dilakukan oleh Absalom, anaknya. 2 Sam 21-24 dapat dikatakan sebagai
catatan-catatan tambahan yang berisi berbagai hal mengenai raja Daud.
Kitab
1-2 Samuel sebagaimana ada sekarang ditulis untuk menunjukkan bahwa Allah telah
menegakkan kerajaan wangsa Daud untuk selama-lamanya. Oleh karena itu puncak
kedua kitab ini adalah nubuat Natan yang terdapat dalam 2 Sam 7. Melalui
nabi-Nya Tuhan menyatakan bahwa sebagai pahala atas kesetiaannya, keluarga dan
kerajaannya akan kokoh untuk selama-lamanya. Keturunan Daud akan terus-menerus
menduduki takhta kerajaan.
Kitab 1-2
Raja-raja
Kitab
1-2 Raja-raja menceritakan peristiwa-peristiwa yang berlangsung sejak
pemerintahan Salomo sampai jatuhnya kota Yerusalem. Seperti halnya kitab 1-2
Samuel, kitab 1-2 Raja-raja sebenarnya adalah satu kesatuan. Kitab 1-2
Raja-raja terdiri dari 3 bagian. 1 Raj 1-11 menceritakan pemerintahan Salomo,
dengan perhatian khusus pada pembangunan dan pentahbisan kenisah. 1 Raj 12- 2 Raj
17 berisi kisah perpecahan kerajaan dan masing-masing kerajaan disusun secara
sejajar, sampai jatuhnya kerajaan utara/Israel. 2 Raj 18-27 menceritakan
tentang raja-raja terakhir kerajaan selatan/Yehuda, jatuhnya ibukota Yerusalem,
dan pembuangan di Babilonia. Kitab 1-2 Raja-raja ditulis pada masa pembuangan
oleh seseorang yang mempunyai kemungkinan untuk melihat catatan-catatan resmi
kedua kerajaan itu atau sekurang-kurangnya kronik yang didasarkan pada
catatan-catatan itu.
Dengan
demikian, kitab 1-2 Raja-raja mau menyatakan bahwa bukan Allah yang
meninggalkan umat-Nya. Sebaliknya umat-Nyalah yang meninggalkan Allah. Mereka
menerima hukuman karena mereka telah berdosa. Selain itu Allah tidak menolak
mereka untuk selama-lamanya. Hukuman terhadap mereka dimaksudkan untuk membawa
mereka kembali kepada diri-Nya. Ini adalah hukuman yang memurnikan mereka. Dalam
hal ini pun Allah tidak menarik janji-Nya. Allah mendidik raja-raja itu,
sebagaimana seorang ayah mendidik anak-anaknya yang menyeleweng. Janji ini akan
terwujud secara penuh di masa depan. Bagaimana hal ini akan terwujud? Penulis
kitab tidak mampu menjawabnya dengan jelas. Kitab 1-2 Raja-raja dapat juga
menjadi pelajaran bagi kita. Kemakmuran dan kesejahteraan dapat membuat orang
buta. Orang begitu percaya kepada dirinya sendiri dan melupakan Allah. Kalau
demikian satu-satunya yang masih dapat mengajar kita mengenai kehidupan adalah
kegagalan.
Kitab 1-2
Tawarikh, Ezra dan Nehemia
Kitab
1-2 Tawarikh berisi kisah-kisah yang terjadi pada tahap sejarah yang sama
dengan yang diceritakan dalam kitab 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-raja. Ada sebagian
kisah dalam kitab 1-2 Tawarikh yang sejajar dengan kisah 1-2 Samuel atau 1-2
Raja-raja. Bahkan kitab 1-2 Tawarikh juga menyalin begitu saja bahan yang
terdapat dalam kitab 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-raja. Namun kitab 1-2 Tawarikh
juga banyak menyimpan keterangan yang tidak terdapat dalam kitab 1-2 Samuel
maupun 1-2 Raja-raja. Meskipun demikian, harus dikatakan bahwa kitab 1-2
Tawarikh mempunyai cakrawala yang berbeda. Kitab 1-2 Tawarikh menceritakan
sejarah masa lampau dengan maksud untuk menunjukkan bahwa panggilan Israel yang
sejati adalah menjadi umat imami. Dalam pandangan kitab 1-2 Tawarikh, cita-cita
itu hampir tercapai pada masa pemerintahan Daud dan Salomo. Meskipun beberapa
raja sungguh-sungguh berusaha untuk mencapai cita-cita itu, namun harus
dikatakan bahwa sebagai bangsa, Israel ternyata tidak setia kepada
panggilannya.
Kitab
1-2 Tawarikh memberi perhatian istimewa kepada kenisah dan ibadat, khususnya
dalam hal musik. Raja Daud adalah seorang tokoh pertama dan utama dalam hal
musik di kenisah. Ia adalah seorang pemusik dan penggubah nyanyian-nyanyian
mazmur. Dalam kitab 1-2 Tawarikh, kisah perzinahan Daud dengan Batseba dan
pemberontakan Absalom tidak diceritakan. Selain itu, kitab 1-2 Tawarikh juga
menekankan gagasan penghukuman dan ganjaran yang diberikan oleh Allah kepada
para pemimpin dan umat sesuai dengan ketidaksetiaan atau kesetiaan mereka.
Lebih daripada kitab-kitab yang ditulis sebelumnya, kitab 1-2 Tawarikh
menunjukkan bahwa Allah secara langsung ikut campur tangan dalam
peristiwa-peristiwa sejarah.
Secara
garis besar, kitab 1-2 Tawarikh terdiri atas 4 bagian. 1 Taw 1-9 menceritakan
silsilah dari Adam sampai Daud; 1 Taw 10-29 menceritakan pemerintahan Daud; 2
Taw 1-9 menceritakan pemerintahan Salomo; dan 2 Taw 10-36 menceritakan
pemerintahan raja-raja keturunan Daud. Dari struktur di atas jelas bahwa kitab
1-2 Tawarikh amat mementingkan 2 raja utama : Daud dan Salomo.
Penulis
kitab 1-2 Tawarikh amat menekankan kesatuan semua umat Israel sebagai satu umat
Allah. Peristiwa pembuangan tidak menghancurkan kesatuan umat Allah. Kesatuan
umat dipertegas lagi di dalam kerajaan Daud. Penulis kitab 1-2 Tawarikh
mengingatkan bahwa kerajaan Daud merangkul semua suku Israel, meski beberapa
suku Israel (Simeon, Benyamin dan semua suku di utara) sudah tidak ada lagi
pada zamannya.
Bait
dan perayaan-perayaannya juga menonjol di dalam kitab 1-2 Tawarikh. Bait Allah
dilihat sebagai simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Bait itu berkaitan
erat dengan kota tempat didirikannya, yakni Yerusalem. Tema menonjol lainnya
adalah tentang ganjaran dan hukuman. Ganjaran Allah bagi orang yanng taat dan
hukuman bagi orang berdosa.
Hal
lain yang patut dicermati dalam kitab 1-2 Tawarikh adalah kata benda “doa” dan
kata kerja “berdoa”. Kata benda “doa” muncul 12 kali dalam kitab Tawarikh.
Semuanya muncul dalam 2 Tawarikh. (6:19 dua kali; 20,29,35,39,40; 7:12,15;
30:27; 33:18, 19). Sedangkan kata kerja “berdoa” muncul 15 kali. Hampir
semuanya muncul dalam 2 Tawarikh (1 Taw 17:25; 2 Taw 6:19,20,21,24,26,32,34,38;
7:1,14; 30:18; 32:20, 24; 33:13). Data statistik ini memperlihatkan bahwa doa
memainkan suatu peran penting di dalam 1-2 Tawarikh. Ada lima doa penting yang
dikutip di dalam kitab ini. Kelima doa itu berasal dari raja-raja yang baik.
Dua doa berasal dari raja Daud (1 Taw 17:16-27; 1 Taw 29:10-19), sementara
Salomo (2 Taw 6:12-42), Yosafat (2 Taw 20:5-12), dan Hizkia ((2 Taw 30:18-19)masing-masing
satu doa. Doa-doa ditampilkan dengan 2 tujuan utama, yaitu : 1. memperkuat
gambaran positif tentang raja-raja tersebut; dan 2. memberi pemahaman yang kaya
kepada kita tentang Allah sendiri, kehendak-Nya bagi umat beriman dan memberi
petunjuk tentang cara yang pantas di dalam berelasi dengan Allah.
Kitab
1-2 Tawarikh mempunyai lanjutan yang mungkin ditulis oleh orang yang sama,
yaitu kitab Ezra dan kitab Nehemia. Pada mulanya dua kitab ini merupakan satu
kitab saja. Kedua kitab ini menceritakan kisah pemukiman kembali orang-orang
buangan di Yudea; pembangunan kembali Yerusalem serta kenisahnya; bantuan yang
dibawa kepada mereka oleh Nehemia, bupati yang ditunjuk oleh raja Persia; dan
pembaharuan keagamaan yang dilaksanakan oleh Ezra, seorang ahli kitab (yang
mungkin adalah pengarang kitab-kitab ini).
(dioleh dari
berbagai sumber)