Cincin Nelayan, yang dalam Bahasa Italia dikenal sebagai Pescatorio, adalah sebuah perlengkapan resmi yang digunakan
oleh Paus. Cincin ini memiliki ukiran (Italia: basso rilievo) gambar Santo Petrus sedang menjala ikan dari sebuah kapal - sebuah lambang yang berasal
dari tradisi bahwa para rasul adalah "penjala manusia" (Mrk1:17). Cincin Nelayan ini adalah sebuah signet (cincin untuk
stempel di gumpalan lilin) yang digunakan hingga tahun 1842 untuk
menaruh stempel pada dokumen resmi yang ditandatangani oleh Paus.
PENAMPAKAN DALAM PERJANJIAN BARU
Bila orang berbicara tentang penampakan dalam kerangka
pikir teologis, yang dimaksudkan ialah pengalaman akan hal yang tidak
terlihat dan tidak terdengar - baik itu tentang benda maupun tentang
manusia - menjadi terlihat dan terdengar meskipun pada kenyataannya
tetap tidak terjangkau oleh kekuatan manusiawi. Kerangka pikir teologis
tersebut cukup menjelaskan bahwa penampakan seperti itu mungkin terjadi.
Allah tetap bebas menyapa manusia dalam pelbagai cara. Lalu, penampakan
seperti itu merupakan karunia Allah bagi manusia yang kemudian
tercermin dalam kehidupan manusia itu sendiri.
Tetapi masalahnya, akibat penampakan itu tentu saja tidak sama dengan
karya Allah sendiri. Maka sebagai orang Katolik, kita perlu
memperhatikan pedoman dasar yang dianut dalam Tradisi Katolik mengenai
segala pengalaman religius, termasuk penampakan. Pengalaman religius
adalah pengaruh adikodrati karunia Allah. Pengalaman itu harus
dibuktikan dalam kehidupan, tidak bisa hanya diandaikan saja,
sebagaimana juga pewahyuan menjadi nyata dalam kehidupan.
Mengenai pertanyaan : apakah penampakan itu sungguh terjadi, teologi
sebetulnya mengandalkan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu jiwa, sosiologi dan
sebagainya. Ilmu-ilmu lain itu juga memerlukan keterbukaan akan
keyakinan teologis atas adanya rahmat yang dikaruniakan Allah dalam
kehidupan ini.
ASAL USUL HARI RAYA PENTAKOSTA
Dalam Im 23:16, ‘limapuluh hari’ menunjuk pada jumlah hari yang
dihitung mulai dari persembahan berkas jelai pada permulaan hari raya
Paskah. Dan pada hari ke-50 dirayakanlah Hari Raya Pentakosta. Karena 50
hari = 7 minggu, hari itu juga disebut khag syavu’ot atau Hari
Raya Tujuh Minggu (Kel 34:22; Ul 16:10). Hari itu menandakan selesainya
menuai jelai yang dihitung mulai dari sejak pertama kalinya menyabit
gandum (Ul 16:9), dan waktu imam mengunjukkan berkas tuaian itu 'pada
hari sesudah sabat itu' (Im 23:11). Hari itu disebut juga khag haqqatsir atau hari raya menuai, dan yom habbikkurim
atau hari buah bungaran (Kel 23:16; Bil 28:26). Hari raya itu tidak
dirayakan hanya pada zaman Pentateukh, tetapi juga pada zaman
Salomo (2Taw 8:13), sebagai hari raya kedua dari ketiga pesta tahunan
(bdk Ul 16:16).
MAKNA ASAP DAN KAPEL SISTINA
Sudah sejak lama manusia menggunakan simbol untuk berkomunikasi. Jauh sebelum Masehi, pada zaman Yunani kuno, manusia menggunakan nyala api obor untuk berkomunikasi jarak jauh. Asap sebagai simbol juga dikenal dalam Perjanjian Lama. Tentang kakak-beradik, Kain dan Habel. Kain menjadi petani dan Habel menjadi gembala kambing domba. Suatu waktu, keduanya mempersembahkan korban kepada Yahwe dan dari korban bakaran itu keluar asap. Asap dari korban Kain tegak lurus menghadap ke langit. Sedangkan asap korban persembahan Habel berputar-putar, mengepul di atas permukaan tanah, dan tidak sampai ke langit.
Tapi itulah simbol. Kitab Suci penuh dengan simbol. Apa arti asap dalam persembahan Kain-Habel? Asap yang tegak lurus menghadap ke langit, berarti diterima Yahwe. Bukankah Yahwe bersemayam di atas? Dan atas adalah simbol kuasa? Sementara asap korban Habel tidak sampai ke atas dan tidak berkenan pada Yahwe.
ALLAH TRITUNGGAL MENURUT GEREJA KATOLIK
Iman kepada Allah Tritunggal berarti mengakui adanya satu Allah dalam
tiga Pribadi. Gereja Katolik tetap memegang teguh monoteisme, artinya hanya ada
satu Allah. Adanya tiga Pribadi ilahi itu tidak sama dengan adanya tiga tiga
Allah (triteisme). Memang, kata "Tritunggal" sendiri memang tidak
ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi isi ajaran imannya murni dianggap dari Kitab
Suci. Kiranya isi ajaran iman jauh lebih penting daripada sekedar label atau
istilah. Gereja hanya merumuskan ajaran yang sudah ada dalam Kitab Suci dan
dihayati Gereja awal. Yang dirumuskan bukanlah suatu kebenaran baru hasil
rekayasa.
Ajaran Allah Tritunggal berarti ada hanya satu Allah dengan tiga Pribadi yang benar-benar berbeda satu sama lain. Antara ketiga Pribadi itu ada kesatuan sempurna dalam keallahan sehingga bukannya ada tiga Allah tetapi hanya ada satu Allah. Dalam karya keluar dari diri-Nya, ketiga Pribadi Allah itu selalu bekerja bersama-sama. Meskipun demikian bisa juga dilakukan pembedaan bahwa Allah Bapa lebih dominan dalam penciptaan, Allah Putra lebih berperan dalam penebusan, dan Allah Roh Kudus lebih berperan pada pengudusan. Pembedaan ini tetap tidak menyangkal bahwa ketiga-Nya bekerjasama. Ketiga Pribadi Tritunggal itu tetap pribadi yang berbeda, berlawanan dengan ajaran sesat Modalisme sekitar abad 3. Ajaran modalisme begitu menekankan kesatuan Allah Tritunggal sehingga tidak mengakui perbedaan pribadi Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus sehingga perbedaan melulu pada fungsi saja.
"BIOGRAFI" SINGKAT DAUD
Daud adalah raja terbesar orang Israel. Ia hidup sekitar tahun 1015-975 SM. Daud adalah anak bungsu Isai, orang Benyamin. Ia diurapi sebagai raja secara diam-diam oleh Samuel. Mula-mula Daud adalah pembawa senjata raja Saul. Daud piawai memainkan kecapi sehingga ia bisa mengusir kemurungan raja. Tetapi peristiwa yang sangat lerkenal antara Daud dan Goliat, raksasa unggulan Filistin, mengubah segala-galanya. Ketangkasan dan keterampilan Daud menggunakan umbannya memusnahkan kekuatan dan mematikan raksasa Goliat, adalah awal kerontokan orang Filistin. Jalan sudah terbuka bagi Daud untuk memetik pahala yang dijanjikan Saul, yaitu mempersunting putri raja, dan kebebasan membayar pajak bagi sanak keluarga bapak Daud. Tapi unsur baru mengubah jalannya sejarah. Raja Saul cemburu melihat pejuang Israel yang baru ini. Sewaktu ia pulang dari pertempuran mengalahkan Goliat, kaum perempuan Israel menyongsong dia dengan nyanyian Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa'. Sejak itu maka Saul selalu mendengki Daud.
“RESEP” SEDERHANA MEMBACA KITAB SUCI
Santo Agustinus pernah mengalami
keseganan yang sangat saat membaca Kitab Suci. Mengapa ? Ia mengalami frustasi
ketika mencoba membaca Kitab Suci yang asing baginya. Baginya Kitab Suci aneh
dan tidak karuan, bahkan bodoh dan kasar! Padahal Santo Agustinus bukanlah
orang bodoh. Ia sangat pandai dan ambisius. Nah, ternyata orang macam Santo
Agustinus bisa mengalami kelesuan dan frustasi dalam membaca Kitab Suci,
Ternyata persoalannya bukan pada kepandaian yang membuat seseorang “sulit”
membaca Kitab Suci sehingga “alergi” terhadapnya. Jangan-jangan pendapat yang
mengatakan Kitab Suci itu sulit tidak berasal dari pengalaman pribadi (setelah
membaca sendiri lalu mengatakan bahwa Kitab Suci itu sulit), melainkan berasal
dari komentar-komentar orang yang begitu saja diambil alih. Belum mencoba
membaca sudah mengatakan sulit! Lalu kalau begitu apa persoalannya ?
FUNDAMENTALISME ALKITAB
Kata
“fundamentalisme” terdiri dari dua unsur, yaitu “fundamental” dan
“isme”. Kata “fundamental” mengacu pada kata “fundamen”, yaitu
dasar/asas/alas/pondasi. Jadi “fundamental” searti dengan bersifat
dasar/pokok, mendasar. Sedangkan “isme” dapat diartikan sebagai suatu
sistem kepercayaan mutlak berdasarkan apa saja (misal : politik,
keagamaan, sosial).
Yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah fundamentalisme agama. Kelemahan utama fundamentalisme agama adalah perhatian yang berlebih-lebihan pada sistem ajaran keagamaan ciptaannya sendiri. Kaum fundamentalis begitu sibuk dengan ajaran religiusnya sehingga ajaran itu dijadikan tujuan akhir perjuangan mereka, padahal seharusnya ajaran apa saja hanyalah merupakan sarana belaka untuk mencapai tujuan yang lebih mulia.
Yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah fundamentalisme agama. Kelemahan utama fundamentalisme agama adalah perhatian yang berlebih-lebihan pada sistem ajaran keagamaan ciptaannya sendiri. Kaum fundamentalis begitu sibuk dengan ajaran religiusnya sehingga ajaran itu dijadikan tujuan akhir perjuangan mereka, padahal seharusnya ajaran apa saja hanyalah merupakan sarana belaka untuk mencapai tujuan yang lebih mulia.
BELAJAR DARI PERJANJIAN LAMA, BAGAIMANA MENGAJARKAN KITAB SUCI PADA ANAK SEJAK DINI
Secara garis besar tahap-tahap pengajaran formal perintah Taurat kepada anak-anak Israel dapat dibagi menjadi :
1. Pada umur 5 tahun : Mempelajari Kitab Suci (tanggung jawab dan kewajiban setiap keluarga)
- dimulai dengan membaca dan menuliskan 22 alfabet Ibrani
- latihan-latihan menyusun kalimat
- membaca potongan-potongan teks dari gulungan Kitab Suci
- membaca gulungan Taurat yang utuh
Subscribe to:
Posts (Atom)